Dahulu, kata terseok-seok begitu asing untuk Manchester United dan para suporternya. Namun setelah Sir Alex Ferguson pensiun, mereka jadi salah satu kubu yang akrab dengan kata tersebut. Bagaimana tidak, prestasi United dalam kurun lima tahun terakhir sangat jauh dari kata memuaskan. Praktis, cuma empat trofi yang mampir ke Stadion Old Trafford. Masing-masing berupa sebiji Piala FA, Piala Liga, Community Shield, dan Liga Europa.
Ada banyak alasan yang dikemukakan sebagai penyebab kebobrokan United belakangan ini. Namun bukan The Red Devils namanya kalau tak ingin mengubah peruntungannya demi capaiannya yang lebih gemilang. Salah satu caranya adalah menggaungkan lagi slogan Youth.Courage.Success yang dulu menjadi mantra United menjadi kesebelasan terbaik di Inggris, Eropa, dan bahkan dunia.
Pada era Ole Gunnar Solskjaer, slogan tersebut dipopulerkan kembali sebagai cara menyongsong masa depan sekaligus merepresentasikan DNA United yang dahulu begitu kental dengan pemain-pemain akademi di tubuh skuadnya yang kemudian beken dengan sebutan The Class of 92.
Rekomendasi T-Shirt Timnas Indonesia dari Erspo
Bekerja dengan pemain muda bukanlah masalah pelik bagi Ole. Pasalnya, ia sudah pernah melatih tim cadangan United di tahun 2007 sampai 2009 dan sukses memenangkan beberapa kompetisi semisal Lanchasire Senior Cup, Manchester Senior Cup, dan Manchester Reserve League.
Pada musim lalu, ada sejumlah catatan apik yang United buat bersama Ole dan berhubungan dengan para penggawa belia. Di antaranya adalah mempromosikan delapan pemain akademi untuk bermain di tim senior, memiliki starting eleven dengan rataan usia termuda dari seluruh partisipan Liga Primer Inggris, hingga mencatatkan 4000 ribu pertandingan beruntun di tim senior yang melibatkan pemain akademi.
“Kami akan selalu memberikan kesempatan bermain di tim senior kepada pemain muda yang berhasil menunjukkan potensi besarnya. Sebab itu adalah bagian dari DNA United”, terang Ole seperti dikutip dari laman resmi klub.
Ibarat sebuah proyek, cara United menyongsong masa depan juga diperlihatkan dari aktivitas mereka di bursa transfer. Belakangan ini, mereka cenderung aktif merekrut pemain-pemain muda, baik yang langsung masuk ke tim utama atau dipoles lebih dahulu di akademi, selama bursa transfer guna mengimplementasikan slogan Youth.Courage.Success.
Sebagai contoh, United merekrut Hannibal Mejbri dari AS Monaco dengan biaya lumayan tinggi, 10 juta Euro. Padahal saat itu Mejbri baru berusia 16 tahun. Selain itu, The Red Devils juga memboyong Dillon Howegerf dari Ajax Amsterdam U-17 (berbanderol 130 ribu Euro) dan Mateo Mejia dari Real Zaragoza Youth via mahar 670 ribu Euro.
Selain nama-nama di atas, manajemen United juga mendatangkan Joe Hugill dan Logan Pye dari Sunderland U-18 dengan kompensasi senilai 300 ribu Euro. Pun dengan penggawa muda Norwegia, Isak Hansen-Aaroen, yang dicomot dari Tromso. Lalu ada juga tiga pemain Spanyol yakni Alvaro Fernandes, Alejandro Garnacho, dan Marc Jurado yang masing-masing direkrut dari tiga kesebelasan top Negeri Matador.
Ada pula Charlie McNeil yang dibawa pulang dari Manchester City. Biaya untuk perekrutannya mencapai 800 ribu Euro. Terakhir, ada pemain muda fenomenal milik Sochaux U-19, Willy Kambwala yang didatangkan lewat mahar 4 juta Euro. Mengingat The Red Devils sampai melanggar aturan protokol klub saat merilis foto-foto kedatangan Kambwala, tersirat bahwa klub memang punya antusiasme tinggi terhadapnya.
Nama-nama tersebut diyakini bakal mengikuti jejak lulusan akademi yang akhirnya sukses menembus tim utama seperti Mason Greenwood, Scott McTominay, Teden Mengi, dan Brandon Williams. Empat sosok ini sendiri diproyeksikan sebagai tulang punggung United dalam kurun tiga sampai empat tahun mendatang.
Vice Executive-Chairman United, Ed Woodward, mengungkapkan kalau para pemain akademi adalah bagian besar dari klub dan pihaknya ingin mengembangkan kemampuan para pemain muda tersebut sehingga di masa depan bisa menjadi tumpuan baru guna meraih prestasi.
Woodward juga menyebut bahwa era kepelatihan Ole merupakan periode rebuilding United sehingga banyak sekali perubahan di tubuh tim. Ia juga menyatakan bahwa paceklik gelar memang menjengkelkan, tetapi ada proses yang sedang dilakukan klub dalam menyongsong masa depan lebih cerah guna memanen trofi lagi secara rutin. Sederhananya, era kepelatihan Ole akan membuat klub berdarah-darah dahulu, persis ketika Ferguson membangun dinastinya.
Di tengah performa yang tak kunjung memuaskan, nyatanya United tak tinggal diam. Salah satu cara yang mereka tempuh adalah membangun masa depan. Harapannya jelas, periode tersebut bisa berlangsung paripurna untuk United karena sudah mempersiapkan segalanya sejak jauh-jauh hari.
Cukup menarik buat mengamati perkembangan proyek Youth.Courage.Success yang sedang dilaksanakan The Red Devils. Hasilnya memang mustahil terlihat saat ini karena sasarannya adalah masa depan. Para fans harus sabar menunggunya. Ibarat pion dalam permainan catur, mereka kudu melihatnya berpindah pelan-pelan dari satu kotak ke kotak lain di depannya agar sampai di ujung papan sehingga dapat mengubah pion tersebut jadi bidak yang lebih kuat.