Sudah bukan rahasia lagi kalau sepakbola adalah cabang olahraga yang sangat populer di muka Bumi. Namun tak semua negara menjadikan sepakbola sebagai olahraga terfavoritnya. Di sejumlah negara Asia semisal Filipina, India, dan Pakistan, cabang olahraga basket dan kriket lebih diminati.
Meski punya jumlah negara terbanyak dalam kontinennya, Asia masih tertinggal dari Amerika Latin, Eropa, dan mungkin Afrika dalam hal mencetak pesepakbola top dunia. Nama-nama seperti Cha Bum Kun, Ali Daei, Hidetoshi Nakata, sampai Park Ji-sung memang legendaris, tapi dibanding Lionel Messi, Cristiano Ronaldo serta Samuel Eto’o, empat figur pertama masih ketinggalan.
Akan tetapi, hal itu tak perlu membuat sepakbola di Asia minder di hadapan yang lain. Toh, sepakbola Asia punya keunikan tersendiri yang dapat membuat kita takjub. Nah, apa saja keunikan dari sepakbola di Benua Kuning?
Sering Berganti Nama Klub
Mungkin sah-sah saja untuk melihat suatu klub mengganti berganti logo mereka. Alasannya pastilah pembaruan sekaligus penyegaran. Namun untuk urusan berganti nama sepertinya jarang dilakukan oleh klub-klub di luar Asia.
Sebagai contoh, ada Furukuawa Electric dan Yomiuri FC di Jepang yang kini dikenal dengan JEF United Chiba dan Tokyo Verdy. Pun dengan sejumlah klub di Indonesia maupun Singapura. PS TNI berubah nama jadi PS Tira lalu jadi PS Tira-Persikabo karena merger dan kini jadi Persikabo saja. Sementara Home United berubah nama jadi Lion City Sailors dengan alasan klub sudah berpindah tangan dari pemilik lama ke pemilik baru.
Kalian tahu kesebelasan Asia lain yang berganti nama?
Klub Dibubarkan
Mungkin ini cukup jarang ditemui, tapi lumayan banyak terjadi di Asia. Contohnya klub asal Thailand, Thai Farmers Bank, dibubarkan karena alasan bangkrut. Padahal kalau dilihat, klub asal di Bangkok ini merupakan satu-satunya kesebelasan asal Asia Tenggara yang pernah menjuarai kompetisi teratas antarklub sepakbola Asia. Sangat disayangkan, klub yang bermarkas di Stadion Kasikorn Bank tersebut hanya bertahan selama 13 tahun. Hal serupa banyak terjadi dengan klub di Indonesia era Galatama yang akhirnya bubar.
Jarak Pertandingan yang Jauh
Dikarenakan letak geografis benua Asia yang luas, maka format Liga Champions Asia dan Piala AFC dibuat sedemikian rupa agar tidak membebani finansial tim yang berpartisipasi. Klub-klub umumnya dibagi dalam dua zona yakni barat dan timur sehingga dua kesebelasan yang bertanding tidak menempuh jarak yang terlalu jauh sehingga menguras fisik para pemain.
Kala Persipura tampil di semifinal Piala AFC 2013 silam, mereka harus menempuh jarak sekitar 10 ribu kilometer untuk sampai ke Kuwait, negara asal sang lawan, Al Qadsia. Bisa dibayangkan bukan betapa menjemukannya perjalanan yang mesti dilakukan sebelum berlaga?
Tidak Ada Klub Unggulan
Jika Eropa punya Real Madrid (13 gelar), Afrika memiliki Al-Ahly (8), atau Oseania dengan Auckland City (9) untuk diunggulkan serta difavoritkan jadi raja di benua masing-masing, maka Asia tak memilikinya. Siapa yang jadi kampiun Liga Champions Asia sangat sulit ditebak kecuali sudah memasuki fase final.
Sampai saat ini, klub terbanyak peraih Liga Champions Asia adalah Al Hilal dan Pohang Steelers. Berapa jumlah trofi mereka? Masing-masing tiga buah. Catatan ini jelas jomplang dibanding kesebelasan di benua lain yang selisih gelar antara tim tersukses dengan yang ada di posisi berikutnya bisa menyentuh tiga sampai delapan trofi. Menariknya, hampir setiap tahun ada juara baru di Benua Kuning.
Tentang Sepakbola Israel dan Australia
Dahulu, sepakbola Asia memiliki salah satu raksasa bernama Israel. Namun seiring berjalannya waktu, mereka memilih keluar dari keanggotaan federasi sepakbola Asia (AFC) dan bergabung dengan federasi sepakbola Eropa (UEFA) pada 1994 dengan alasan politik. Bahkan Israel pernah bergabung dengan konfederasi sepakbola Oseania (OFC) dari 1974 hingga 1994.
Terlepas dari itu, wajib diakui bahwa Israel adalah momok yang menakutkan bagi negara lain. Baik di level tim nasional maupun klub, mereka pernah menjuarai kompetisi sepakbola Asia. Israel pernah kadi kampiun Piala Asia 1964, sementara Maccabi Tel Aviv dan Hapoel Tel Aviv merengkuh titel Liga Champions Asia tahun 1960-an dan 1970-an.
Sedangkan Australia, sang kekuatan baru Benua Kuning, bergabung menjadi anggota AFC pada 2006 hasil pindahan dari OFC. Alasannya karena mereka kesulitan menembus Piala Dunia melalui zona OFC dan mereka terlalu kuat di sana, hanya Selandia Baru lawan yang cukup sepadan bagi mereka sehingga level kompetitifnya rendah.
Usai jadi anggota AFC, hebatnya Australia justru mampu menggamit titel Piala Asia 2015 dan klub Western Sydney Wanderers jadi kampiun Liga Champions Asia setahun sebelumnya.
Juara Hasil Give Away
Terakhir, fakta unik ini mungkin hanya terjadi di sepakbola Asia, di mana ada dua klub menjadi juara hasil dari give away di kompetisi yang sama. Pertama, final Asian Club Championship 1971 antara Maccabi Tel Aviv melawan Al-Shorta. Final tersebut tidak digelar lantaran pemain Al-Shorta memasuki lapangan dan mengibarkan bendera Irak dan Palestina di sekitar lapangan sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dan perlawanan kepada Israel.
Kedua, di kejuaraan yang sama pada 1987 saat Yomiuri bertemu Al-Hilal. Klub asal Jepang itu dihadiahi kemenangan Walk Out (WO) gara-gara sembilan pemain dari kesebelasan Al Hilal yang berasal dari Arab Saudi dipanggil oleh timnas. Tak bisa tampil lengkap, trofi pun diserahkan kepada Yomiuri.
NB: Sebelum era 2000-an, Liga Champions Asia dikenal sebagai Asian Club Championship.