Derbi Milano yang mempertemukan AC Milan dan Internazionale Milano serta berlangsung Minggu malam (21/2) kemarin sah menjadi kepunyaan kubu yang disebut belakangan.
Tanpa tedeng aling-aling, I Nerazzurri mencukur I Rossoneri dengan skor mencolok 3-0. Hasil tersebut bikin Samir Handanovic dan kawan-kawan semakin nyaman di puncak classifica dengan keunggulan empat poin dari Gianluigi Donnarumma beserta kolega.
Walau Inter sukses memetik kemenangan, tetapi perlawanan yang diberikan Milan juga luar biasa. Mereka bahkan memulai babak kedua dengan baik.
Nahasnya, I Rossoneri gagal memanfaatkan sejumlah momen untuk menggetarkan jala I Nerazzurri. Sebuah fakta yang membuat Stefano Pioli, pelatih Milan, merasa kecewa.
“Menjadi hukuman yang sangat berat ketika kami gagal mencetak gol di 15 menit awal babak kedua. Pada momen itu kami mendominasi permainan. Kegagalan itu merugikan diri kami sendiri”, terang sang allenatore seperti dikutip dari laman resmi klub.
Milan menggunakan formasi dasar 4-2-3-1 pada laga ini. Davide Calabria, Simon Kjaer, Alessio Romagnoli, dan Theo Hernandez mengisi lini belakang. Sandro Tonali dan Frank Kessie sebagai poros ganda dibantu oleh Hakan Calhanoglu yang mengisi pos gelandang serang. Sementara Zlatan Ibrahimovic diapit oleh Alexis Saelemaekers dan Ante Rebic di lini depan.
Sebaliknya, Inter besutan Antonio Conte memilih bermain dengan formasi andalannya. 3-5-2. Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku jadi tandem di sektor penyerangan. Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, dan Christian Eriksen jadi tiga gelandang tengah yang diapit duo wingback, Achraf Hakimi dan Ivan Perisic. Di sektor belakang, berdiri trio Alessandro Bastoni, Stefan de Vrij, dan Milan Skriniar.
Formasi dasar kedua tim mengalami sedikit perubahan, tergantung momen pertandingan. Ketika bertahan, Milan tetap dengan struktur 4-2-3-1 untuk menghadapi bangun serangan Inter yang masih dengan struktur 3-5-2 dengan dua wingback rendah.
Saat mengganggu bangun serangan I Nerazzurri, I Rossoneri melakukan pressing man to man (orang per orang). Ibrahimovic menjaga bek tengah lawan (de Vrij) dengan Rebic dan Saelemaekers memberikan tekanan kepada pada bek tengah kiri dan kanan (Bastoni serta Skriniar) saat bola diumpan ke salah satu di antara mereka. Sedangkan Calabria dan Hernandez bakal melakukan pressing pada Hakimi dan Perisic.
Situasi man to man ini mengharuskan Romagnoli dan kawan-kawan untuk sangat teliti membaca pergerakan bola sekaligus lawan untuk menentukan pressing yang mereka berikan. Saat tekanan dilakukan pada momen dan arah yang tepat, lawan akan sangat kesulitan untuk memprogresi bola ke depan. Hal ini berhasil dilakukan Milan, terutama di awal babak kedua.
Akan tetapi, jika terjadi keterlambatan dalam melakukan pressing, maka akan tercipta celah yang bisa dimanfaatkan oleh lawan. Selain itu, situasi 2 lawan 2 antara bek Milan dan penyerang Inter juga menjadi potensi berbahaya bagi skema bertahan yang diterapkan oleh anak asuh Pioli. Gol Inter terjadi akibat hal yang satu ini.
Pada saat membangun serangan, anak asuh Conte menggunakan 6 hingga 7 pemain di area dekat kotak penalti. Tiga bek, dua wingback dengan posisi yang rendah dan dua gelandang. Brozovic dan Eriksen biasanya jadi gelandang tengah yang mengambil posisi yang lebih rendah.
Hal tersebut dilakukan buat menarik pressing lawan untuk kemudian memanfaatkan ruang yang ditinggalkan. Ruang-ruang lebar yang tercipta inilah yang kemudian dimaksimalkan oleh Barella, Lautaro, dan Lukaku.
Pressing man to man yang dilakukan Milan cukup menyusahkan Inter untuk membangun serangan. Namun, keterlambatan pressing pemain I Rossoneri memberikan celah bagi I Nerazzurri untuk memprogresi bola dan mencetak gol.
Pada gol pertama, keterlambatan Hernandez dalam memberikan tekanan pada Hakimi membuat pemain asal Maroko ini nyaman memberikan umpan pada Lukaku. Sementara pada gol kedua, Kessie terlambat dalam memberikan gangguan kepada Barella yang mencari Lukaku di lini depan.
Gol terakhir tercipta dengan proses yang juga mirip. Terjadi akibat kebocoran skema man to man Milan. Posisi Lukaku yang dekat dengan Kessie membuat Romagnoli memutuskan untuk melakukan cover dan mengambil jarak terhadap dua pemain tersebut. Sialnya, Kessie tidak mampu mengantisipasi umpan melambung dari Perisic pada Lukaku.
Di sisi lain, tim asuhan Pioli juga gagal untuk membongkar skema bertahan yang diperagakan klub arahan Conte. Setelah mencetak gol cepat di babak pertama, Inter lebih banyak bertahan dengan melakukan pressing dalam blok menengah bahkan rendah dengan struktur 5-3-2.
Menghadapi blok bertahan Inter yang cukup rapat menutup ruang tengah, Milan berusaha menyerang memanfaatkan sayap dengan sedikit mengubah struktur bermainnya. I Rossoneri membangun serangan menggunakan tiga bek, umumnya dengan Calabria, Kjaer, dan Romagnoli.
Hernandez sebagai fullback kiri mengambil posisi yang lebih tinggi. Hal ini membuat Rebic mengisi posisi lebih ke tengah di ruang apit (halfspace).
Untuk progresi bola dan menciptakan peluang, Ibrahimovic dan kawan-kawan memanfaatkan wide rotation di kedua sisi. Calhanoglu sebagai gelandang serang sangat berperan untuk membantu proses rotasi di kedua sisi sayap dengan sering bergerak mendekat ke sisi bola. Skema serangan ini membuat Milan banyak melepaskan crossing untuk menciptakan peluang.
Pada momen ini, pertarungan kedua tim menjadi antara kecepatan Inter membatasi dan menutup pilihan umpan dan kecepatan Milan untuk terus menciptakan pilihan umpan untuk progresi bola. Di sini, lini belakang I Nerazzurri lebih dominan.
Meskipun sempat beberapa kali Milan mampu menemukan pemain bebas, de Vrij dan kawan-kawan cukup disiplin dalam melakukan cover. Selain itu, lini belakang Inter juga cukup apik dalam mengatasi hujan umpan silang dari Milan.
Keberhasilan lepas dari pressing dan kedisiplinan lini belakang menjadi kunci kemenangan Inter atas Milan pada Derbi Milano kali ini. Selain meraup poin sempurna, I Nerazzurri kembali menegaskan bahwa mereka lebih unggul dari I Rossoneri karena dari tiga pertemuan sepanjang musim ini, mereka menang dua kali dan kalah sekali.