Mengambil Stadion Rizal Memorial di kota Manila sebagai venue, tim nasional Indonesia berhasil menghempaskan Thailand pada babak final South East Asian (SEA) Games 1991 via adu penalti dengan skor 4-3. Capaian manis itu bikin Indonesia sukses meraih medali emas keduanya sepanjang berpartisipasi di ajang SEA Games.
Nahasnya, medali emas yang dibawa pulang Widodo Cahyono Putro dan kawan-kawan ke Tanah Air pada saat itu jadi prestasi pamungkas Indonesia di kancah sepakbola, utamanya bagi tim senior. Selepas momen tersebut, paceklik memang melanda skuat Garuda. Jangankan beroleh gelar prestisius macam Piala AFF, buat mengulangi prestasi gemilang di SEA Games saja tak kunjung mampu.
Padahal, Indonesia adalah satu dari sekian kontestan yang cukup rajin menembus babak semifinal di ajang SEA Games guna berebut medali. Bahkan pada gelaran tahun 1997, 2011 dan 2013 silam, skuat Garuda berhasil menjejak final. Namun Malaysia dan Thailand selalu jadi penghalang mimpi Indonesia menggenggam medali emas.
Tatkala berangkat menuju Manila untuk ikut serta di SEA Games 2019, ada satu misi agung yang dipikul oleh Indonesia yaitu merengkuh medali emas. Modal yang dibawa anak asuh Indra Sjafri cukup meyakinkan yaitu skuat yang berkualitas dan merata di seluruh lini.
Dalam babak penyisihan grup B, Indonesia menampilkan performa cukup apik. Dari lima laga yang dijalani, Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan mengumpulkan 12 poin, hasil dari empat kemenangan dan sekali kalah. Rekor itu mengantar Indonesia duduk di peringkat dua klasemen akhir dan berhak lolos ke semifinal.
Pada babak krusial tersebut, Indonesia mesti berduel dengan kampiun Grup A, Myanmar, kemarin sore (7/12). Sempat terjebak deadlock sepanjang babak pertama, masing-masing kubu menggila di babak kedua.
Indonesia jadi pihak yang tertawa lebih dahulu usai mengemas dua gol via sumbangsih Evan Dimas dan Egy. Namun saat keyakinan skuat Garuda bahwa merekalah yang akan lolos ke final makin meninggi, Myanmar menampakkan taringnya. Dalam tempo dua menit, memanfaatkan blunder yang dibuat Indonesia, kubu The Asian Lions sukses menyamakan kedudukan lewat gol-gol dari Mann Aung Kang dan Tun Win Naing.
Skor 2-2 yang bertahan sampai peluit panjang dibunyikan memaksa kedua kubu memeras keringat hingga babak perpanjangan waktu. Beruntung, di fase ini Indonesia memperlihatkan ketangguhannya. Sepasang gol dari Osvaldo Haay dan Evan akhirnya mengunci kemenangan 4-2 bagi skuat Garuda. Mereka pun beroleh tiket lolos ke final.
Ini bermakna bahwa mimpi Indonesia untuk mengukir prestasi manis di kancah sepakbola kembali terbuka. Syaratnya, tentu saja memenangkan partai final kontra Vietnam yang di semifinal lainnya, sanggup menggilas Kamboja dengan skor mencolok 4-0.
Menariknya, The Golden Stars adalah kesebelasan yang bikin Egy dan kolega mencicipi pahitnya kekalahan pada babak penyisihan grup. Maka satu-satunya hal yang wajib dilakukan Indonesia adalah membalas kekalahan tersebut dengan cara paripurna!
Walau begitu, ada keluhan akut yang kerap diutarakan penggemar sepakbola Indonesia. Apalagi kalau bukan performa menyedihkan skuat Garuda ketika bertempur di partai final. Sudah terlalu sering, asa beroleh prestasi justru patah di momen paling penting.
Seolah-olah, usaha tak kenal lelah yang dilakukan sekadar untuk menjamin kelolosan ke final. Padahal, laga puncak cuma terbahak menertawakan Indonesia yang lebih gemar mengecap kekalahan daripada kemenangan.
Jujur saja, harapan untuk melihat Indonesia beroleh prestasi senantiasa melompat-lompat di dada para penggemar. Cinta dan dukungan yang tiada henti dari seluruh fans sepatutnya dibalas tuntas serta berujung bahagia.
Alih-alih terbebani, Egy dan kawan-kawan harus menjadikannya sebagai motivasi. Sudah waktunya Indonesia mengukir sejarah baru, bukan terkungkung pada kejayaan masa lalu yang makin usang. Selagi kesempatan untuk itu terbuka lebar, maka keberhasilan merebut medali emas di SEA Games 1991 kudu diulangi tahun ini.
Ha Duc Chinh beserta rekan-rekannya memang bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan, tapi Indonesia tak sepantasnya gentar terhadap mereka. Final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial pada hari Selasa (10/12) mendatang adalah sarana tepat untuk membuktikan diri bahwa skuat Garuda merupakan tim yang kompeten dan hebat. Saatnya dahaga prestasi nyaris tiga dekade disudahi.
Ayo Indonesia, bawa pulang medali emas dari Manila!