Babak Baru Derby Berlin

Setelah Perang Dunia II yang melelahkan, Jerman harus mengakui kekalahan dan menyerahkan nasib mereka terhadap Sekutu. Melalui Perjanjian Postdam, wilayah Jerman akhirnya dibagi menjadi 4 bagian antara Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet.

Seiring berjalannya waktu dan tidak adanya titik temu, akhirnya zona yang diduduki oleh Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat membentuk Republik Federal Jerman atau yang lebih dikenal sebagai Jerman Barat pada tanggal 23 Mei 1949. Tidak lama kemudian pada tanggal 7 Oktober 1949, Uni Soviet mendirikan Republik Demokratik Jerman atau Jerman Timur.

Pembagian ini juga mempengaruhi ibu kota Jerman, Berlin, yang akhirnya harus dibagi menjadi dua, Berlin Barat dan Berlin Timur. Kondisi ekonomi dan sosial kedua wilayah Berlin lambat laun mulai berbeda menuju ke arahnya masing-masing.

Meningkatnya tensi pada Perang Dingin, bikin pemerintah Jerman Timur saat itu mulai membangun tembok untuk mengelilingi wilayah Berlin Barat pada tahun 1961. Masyarakat Berlin Barat harus mendapatkan pemeriksaan yang ketat jika ingin masuk ke wilayah Berlin Timur, sedangkan Masyarakat Berlin Timur dilarang untuk memasuki wilayah Berlin Barat.

Pemisahan Jerman ini juga mempengaruhi kondisi sepakbola di Jerman. Klub-klub Jerman Barat dan Jerman Timur memiliki liga sendiri untuk mengarungi kompetisi. Berlin sendiri memiliki klub yang berkompetisi di dua kompetisi liga di Jerman. Jerman Barat memiliki tim seperti Tasmania 1900 Berlin, Blau-Weiß Berlin, Tennis Borussia Berlin, dan tentunya Hertha Berlin. Sedangkan Jerman Timur memiliki tim seperti Vorwärts Berlin, BFC Dynamo, dan Union Berlin.

Solidaritas Antara Mereka yang Terpisah

Pemisahan Berlin sebenarnya bukan hal yang diinginkan oleh masyarakat Berlin, namun sebagai negara yang kalah perang mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Pemisahan ini justru membuat masyarakat Berlin Barat dan Berlin Timur memiliki solidaritas yang tinggi dan menjadi teman senasib. Begitu juga dengan suporter sepakbola antara kedua wilayah Berlin, terutama suporter Hertha dan Union.

Suporter Hertha sering datang ke wilayah Jerman Timur untuk bertegur sapa dengan suporter Union. Mereka membuat stiker, poster, dan chant yang bertuliskan slogan “Hertha und Union – Eine Nation” yang artinya “Hertha dan Union – Satu Bangsa atau “Es gibt nur zwei Meister an der Spree – Union und Hertha BSC!” yang artinya “Hanya ada dua Juara di (sungai) Spree – Union dan Hertha BSC!”. Bagi mereka ini adalah cara untuk menunjukkan solidaritas antara sesama masyarakat Berlin.

Suporter Hertha juga sering datang ke Stadio  Alten Försterei untuk mendukung Union saat bermain sambil menyuarakan persatuan Berlin. Sebaliknya, suporter Union datang mendukung saat Hertha bermain di wilayah negara sosialis.

Puncak pertemanan suporter Hertha dan Union terjadi pada April 1978 ketika Dynamo Dresden menjamu Hertha Berlin. Konvoi panjang suporter Union datang menuju Dresden hanya untuk mendukung Hertha. Laga tersebut memang bukan Derby Berlin, tetapi kedua kelompok suporter justru saling bertemu.

Runtuhnya Sang Pemisah

Pada tanggal 9 November 1989 tembok pemisah antara Berlin Barat dan Berlin Timur akhirnya runtuh.  Masyarakat dari Berlin Timur dapat memasuki wilayah Berlin Barat dengan bebas. Masyarakat Berlin merasakan persatuan setelah 28 tahun terpisah.

Ketika Hertha menjamu Wattenscheid di Bundesliga 2, tepat dua hari setelah tembok runtuh, ada 44 ribu orang yang hadir di Stadion Olympia, ribuan diantaranya adalah masyarakat Berlin Timur yang menerima tiket gratis.

Dua bulan setelahnya, tepatnya 27 Januari 1990, pertemuan pertama antara Hertha dan Union diselenggarakan di Stadion Olympia dan dipenuhi oleh lebih dari 50 ribu orang sebagai perayaan atas kembali bersatunya Berlin. Para penonton saling bergandengan tangan layaknya sebuah perayaan. Pertandingan yang akhirnya dimenangkan oleh Hertha dengan skor 2-1. Setelah pertandingan berakhir para pemain dari kedua klub menikmati makan malam bersama.

Babak Baru Rivalitas

Pertemuan antara Hertha dan Union secara kompetitif terjadi musim 2010/2011 saat Hertha terdegradasi ke Bundesliga 2. Pada pertemuan Derby Berlin pertama di Stadion Alten Försterei tanggal 17 September 2010, skor berakhir imbang 1-1.

Saat pertemuan kedua di Stadion Olympia tanggal 2 Februari 2011, Union berhasil mengalahkan Hertha dengan skor 1-2. Hal ini menjadi sebuah pencapaian besar dalam sejarah modern Union.

Dua musim berikutnya Hertha kembali terdegradasi ke Bundesliga 2. Kali ini giliran Hertha yang dapat mengalahkan Union dengan skor 1-2 di Stadion Alten Försterei pada tanggal 3 September 2012.

Pemain Union saat itu, Christopher Quiring, mengatakan ia ingin muntah melihat pemain Hertha merayakan pesta kemenangan di Alte Försterei. Pada musim itu juga Hertha kembali ke Bundesliga dan bertahan hingga saat ini.

Pada musim 2019/2020, Union untuk pertama kalinya naik ke kompetisi tertinggi di Jerman. Akhirnya, Derby Berlin akan berlangsung di Bundesliga.

Pada pertemuan pertama di Stadion Alten Försterei 3 November 2019 lalu situasi memanas. Eskalasinya meningkat karena pada saat latihan, suporter Hertha meneriakkan chantscheiß Union” yang artinya “Union is sh*t”.

Dalam pertandingan itu sendiri, suporter Hertha melemparkan cerawat ke lapangan dan ada yang hampir mengenai pemain Union. Selanjutnya ada beberapa Ultras Union yang memasuki lapangan, tapi beruntung dapat dihentikan oleh Kiper Union, Rafal Gikiewicz.

Pembakaran syal dan bendera juga terjadi di dalam stadion. Sedangkan di luar stadion suporter Hertha dijaga ketat oleh polisi agar tidak terjadi kerusuhan.

Nahasnya, partai Derby Berlin jilid kedua di kasta teratas yang sejatinya dipentaskan tanggal 21 Maret 2020 di Stadion Olympia, terpaksa ditunda karena pandemi Corona yang melanda dunia.

Sudah 30 tahun sejak Tembok Berlin runtuh, generasi baru suporter Hertha dan Union sekarang adalah mereka yang lahir tanpa merasakan pemisahan Berlin.

Ada nuansa berbeda di antara mereka. Sepertinya, babak baru rivalitas antara Hertha dan Union akan segera dimulai

Komentar

This website uses cookies.