Pep Guardiola berhasil mengalahkan Roger Schmidt pada pertandingan ini. Namun tidak seperti kemenangan dirinya atas Schmidt pada umumnya, kali ini Pep benar-benar berhasil mengakali sistem permainan lawan yang dikaguminya.
Susunan pemain dan strategi umum
Pep membuat kejutan “gila” pada pertandingan ini dengan tidak menurunkan satu pun pemain yang secara natural biasa berperan sebagai bek tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola modern bukan lagi tentang peran di mana seorang pemain menempati posisi tertentu. Penulis lebih memilih untuk mendefinisikan bahwa sepak bola modern lebih mengarah kepada kontrol ruang dan keterhubungan (connectivity) melalui struktur-struktur yang mengalir secara kontinu.
Dalam sebuah skema 3-3-1-3/3-3-4 yang sangat menekankan stabilitas pada fase build-up — Manuel Neuer bermain sebagai penjaga gawang di belakang trio Phillip Lahm, David Alaba dan Juan Bernat. Terdapat sebuah asimetri di antara ketiga pemain ini di mana Bernat memosisikan dirinya sedikit lebih tinggi dan lebih melebar hingga ke area sayap dibandingkan dengan Lahm yang lebih cenderung di area halfspace kanan.
Ketika Leverkusen mendapat akses dan meningkatkan intensitas pressing mereka, David Alaba sebagai titik pusat sirkulasi bola akan bergeser sedikit ke halfspace kiri, sementara Xabi Alonso yang bermain sebagai no. 6 mengisi di antara Lahm dan Alaba menciptakan struktur bek 4 dengan Bernat dan Lahm sebagai fullback. Struktur ini memudahkan Munchen untuk mengakses zona lemah pada blok struktural Leverkusen. Namun ketika Leverkusen berada dalam fase persiapan untuk mendapatkan akses pressing Alonso akan berada di depan ketiga pemain ini.
Pemosisiannya ini bertujuan untuk menjaga central presence yang sangat berguna terutama ketika kedua no. 8 Munchen yang diisi oleh Arturo Vidal dan Thiago Alcantara bergerak ke sisi lapangan. Pergerakan keduanya ke sisi lapangan ini sangat menarik. Skema high block pressing 4-2-4 yang diterapkan oleh Roger Schmidt akan membuka ruang di kedua sisi double pivote-nya yang ditempati oleh Cristoph Kramer dan Lars Bender. Ruang ini sengaja dibiarkan terbuka untuk kemudian dimanfaatkan sebagai zona jebakan (trap zone). Kedua fullback Leverkusen menjadi pemain yang sangat krusial untuk mengeksekusi jebakan di area tersebut.
Untuk mencegah pressing trap ini, Arjen Robben dan Douglas Costa yang bermain sebagai wingback memosisikan dirinya sangat tinggi. Tujuannya adalah untuk mengikat kedua fullback Leverkusen agar tidak keluar dari zonanya dan mengeksekusi pressing trap. Dengan demikian trap zone ini akan menjadi titik lemah dalam blok struktural Leverkusen. Untuk mengeksploitasi zona ini Pep menggunakan Vidal dan Thiago yang meninggalkan area sentral dan menuju ke trap zone yang dekat dengan posisi bola.
Di area ini baik Vidal maupun Thiago akan mendapatkan ruang dan waktu yang lebih baik dibandingkan ketika mereka berada di dalam blok struktural Leverkusen yang memiliki kompaksi sangat baik. Selain itu pergerakan keduanya ke area ini juga untuk memberikan koneksi yang lebih baik antara lini belakang dengan lini tengah. Dengan demikian stabilitas build-up Bayern dalam menghadapi pressing machine milik Roger Schmidt akan terjaga dengan sangat baik.
Untuk menjaga central presence Thomas Muller –dan terkadang Robert Lewandowski– bergerak turun hingga ke area sentral meninggalkan lini belakang Leverkusen yang diisi oleh Roberto Hilbert, Jonathan Tah, Kyriakos Papadopoulos dan Wendell. Central presence ini sangat penting untuk menjaga agar sirkulasi bola di salah satu sisi lapangan tetap terhubung dengan sisi lainnya –di mana Costa atau Robben berada dalam situasi 1vs1 melawan fullback Leverkusen. Sehingga ketika bola berada di sisi lapangan akan sulit untuk diisolasi. Selain itu koneksi antara lini tengah dengan lini depan akan tetap terjaga. Dalam beberapa kesempatan Muller akan bergerak ke trap zone di sisi kanan sedangkan Vidal akan tetap berada di area sentral untuk menjaga central presence.
Perubahan Schmidt
Strategi ini sukses membuat stabilitas dalam blok struktural Leverkusen terganggu. Hal ini karena adanya celah pada trap zone yang berhasil diakali oleh Pep. Karena fullback Leverkusen terikat dengan Robben dan Costa maka pemain yang memiliki akses yang paling baik untuk menutup trap zone ini adalah kedua pivote Leverkusen. Pemosisian kedua pemain ini di area sentral sangat krusial dalam sistem pressing Schmidt, di mana mereka bertugas untuk membatasi akses bola ke area sentral sehingga pressing trap dapat dieksekusi dengan stabilitas blok struktural yang tetap terjaga.
Ketika salah satu dari pivote ini harus memberikan pressure kepada pemain di trap zone maka stabilitas Leverkusen di area sentral akan terganggu. Bahkan dengan kompaksi horizontal yang sangat baik sekalipun akan membuka celah bagi Munchen untuk mengakses central presence mereka dan menghubungkan sirkulasi bola antara lini tengah dengan lini depan. Hal ini dikarenakan adanya koordinasi yang terganngu di antara kedua pivote ini sehingga memunculkan ruang yang dieksploitasi dengan sangat baik oleh Muller, Thiago atau Lewandowski. Di area sentral ini mereka dapat dengan mudah menemukan diri mereka dalam situasi 1vs1.
Memasuki menit ke-20 Schmidt melakukan sedikit perubahan di mana skema pressing-nya berganti menjadi 4-4-2. Admir Mehmedi dan Karim Bellarabi kini berada pada posisi yang sejajar dengan Kramer dan Bender. Perubahan ini membuat intensitas pressing Leverkusen menurun karena berkurangnya akses pressure yang dimiliki oleh Mehmedi dan Bellarabi terhadap lini belakang Munchen. Hal ini memunculkan situasi 3vs2 atau 4vs2 dengan Alonso turun lebih dalam, sehingga memberikan ruang dan waktu yang lebih leluasa bagi lini belakang Munchen untuk menstabilkan sirkulasi bola mereka pada fase build-up. Keleluasaan ini juga membuat Alonso dapat dengan mudah melakukan spesialisasinya, yaitu memberikan umpan jauh akurat untuk mengakses sisi jauh di mana Costa atau Robben berada dalam situasi 1vs1. Gol pertama Munchen yang dicetak oleh Muller merepresentasikan hal ini dengan sangat baik.
Ball oriented shifting yang menjadi dasar dari sistem pressing Leverkusen juga mendukung hal ini. Kompaksi horizontal dalam blok struktural Leverkusen ditujukan untuk membatasi akses sirkulasi bola Munchen ke area sentral dan mengisolasinya di sisi lapangan. Namun hal ini akan berlaku ketika mereka dapat memaksa sirkulasi bola lawan ke sisi lapangan. Oleh karena itu akses untuk memberikan pressure terhadap lini belakang Munchen sangatlah penting yang sangat berguna ketika dalam fase preparasi pressing. Jika akses berkurang maka intensitas juga akan berkurang. Ketika intensitas pressure terhadap bola berkurang maka lawan akan dapat dengan mudah menstabilkan sirkulasi bola dan mengakses sisi lemah.
Selain bertambahnya ruang dan waktu bagi Munchen untuk melakukan build-up, skema 4-4-2 ini juga memberi keleluasaan lebih kepada Munchen untuk mengakses jalur umpan di area sentral. Hal ini dikarenakan adanya overload yang muncul secara natural di area sentral di mana Vidal-Thiago-Muller melawan duo Bender-Kramer.
Problem Pep
Sukses mengakali sistem pressing Schmidt, bukan berarti Pep tidak memiliki permasalahan dalam sistem permainan timnya. Pergerakan-pergerakan out-of-position dari Vidal, Thiago dan Muller membuat timnya mengalami kesulitan terutama saat fase transisi di mana mereka harus segera kembali ke posisinya untuk menjaga stabilitas blok struktural. Dengan demikian Munchen menjadi lebih sering bertahan dengan blok rendah terlebih dahulu ketika mempersiapkan pressing. Pressing tidak dapat dilakukan secara langsung karena adanya permasalahan stabilitas dalam blok struktural mereka akibat pergerakan-pergerakan out-of-position.
Blok pertahanan yang rendah ini tentu saja memberikan kemudahan bagi skuat Schmidt untuk melakukan build-up. Tipikal build-up vertikal yang berfokus pada pemenangan bola kedua ala Schmidt ini tentu saja sangat berbahaya, mengingat lini belakang Munchen tidak diisi oleh pemain yang secara natural biasa berperan sebagai bek tengah melawan Stefan Kießling. Akibatnya pada beberapa momen Leverkusen berhasil melakukan penetrasi ke kotak penalti Munchen.
Kesimpulan
Pertandingan ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang benar-benar sempurna tanpa celah. Bahkan eksploitasi yang dilakukan oleh Pep terhadap sistem Schmidt pun meninggalkan sejumlah isu dalam kestabilan blok strukturalnya. Hal semacam inilah yang kemudian memunculkan inovasi-inovasi taktikal yang menarik, salah satunya adalah peran Vidal dan Thiago dalam pertandingan ini.
Seperti yang telah penulis analisis sebelumnya, inovasi ini sedikit banyak menyerupai filosofi hypermodern chess school. Pergerakan Vidal dan Thiago yang keluar dari area sentral logikanya akan menurunkan central presence. Namun jika dilihat pada gambaran yang lebih besar, pergerakan ini justru mengacaukan koordinasi Leverkusen di area sentral dan memberikan kontrol yang lebih baik bagi Munchen di area tersebut.
Video highlight pertandingan Bayern Muenchen vs Bayer leverkusen: