Catatan Taktik PSIM Jogja Saat Menjamu Persibat Batang

Setelah sekian purnama tak bersua, akhirnya rindu dendam mengkhidmati PSIM Jogja terpuaskan. Adalah Stadion Sultan Agung di Bantul menjadi ruang pemuasan rasa kangen ketika Persibat Batang datang sebagai lawan. Indonesia Soccer Championship-B (ISC-B), menjadi kompetisi pelipur, ketika liga sebenarnya masih dalam angan.

PSIM tergabung dalam Grup 4 bersama PSIR Rembang, Persibat Batang, PSIS Semarang, Persijap Jepara, PPSM Magelang, dan Persipur Purwodadi. Laga perdana harus dilakoni PSIM di Stadion Sultan Agung lantaran Stadion Mandala Krida masih dalam tahap renovasi dan nampaknya belum akan selesai dalam waktu dekat.

Susunan Pemain PSIM

Tito Rama menjadi pilihan Erwan Hendarwanto, pelatih PSIM, sebagai penjaga gawang ketimbang Oni Kurniawan yang lebih senior. Duet bek tengah ditempati Edo Pratama dan Suni Hizbulah. Riskal Susanto sebagai bek kanan dan Said Marjan sebagai bek kiri.

Pratama Gilang berduet dengan Dimas Ucok Priambodo sebagai dua pivot (keduanya tidak benar-benar menjadi dua pivot lantaran Dimas lebih banyak naik ke depan, sementara Gilang lebih statis di area #6). Di kedua sisi lapangan, Johan Arga bermain di sisi kiri dan Rangga Muslim di sisi kanan. Arga Permana menjadi gelandang serang dan cukup sering ikut turun ke bawah berdekatan dengan Dimas. Krisna Adi menjadi striker tunggal. Krisna Adi juga menjadi bentuk pressing gelombang pertama PSIM.

Susunan Pemain PSIM
Susunan Pemain PSIM

Permutasi Taktik dan Bentuk yang Terlihat

Di atas kertas, PSIM bermain terlihat bermain dengan 4-4-1-1 atau di beberapa kesempatan menjadi 4-4-2-0 ketika Krisna turun ke bawah dan berdekatan dengan Arga. Ketika masuk dalam transisi bertahan, terutama di 20 menit babak pertama, PSIM bermain narrow dan kompaksi vertikal maupun horizontalnya terjaga. Ketika Persibat memulai serangan dari bawah (kiper oper ke salah satu bek), Krisna sudah menyiapkan diri untuk melakukan pressing atau setidaknya berlari mendekat untuk sekadar menggangu. Tujuannya, supaya Persibat tidak bisa melakukan proses build-up dari bawah secara bersih.

Ketika Krisna gagal melakukan pressing, ia akan segera turun ke tengah lapangan (area #10) dan berdekatan dengan Arga. Maka, bentuk 4-4-2-0 akan tercipta. Bentuk ini memaksa Persibat menyebar passing ke sisi lapangan.

Permutasi 4-4-2-0
Permutasi 4-4-2-0

Ketika bola berada di bek kanan Persibat, pemain-pemain PSIM akan sedikit bergeser ke arah kiri, mengikuti arah perpindahan bola. Tujuannya, untuk menjaga kompaksi vertikal dan horizontal. Di sisi kanan, meskipun ikut bergeser ke arah dalam, Rangga terlihat dua kali melirik ke arah bek kiri Persibat untuk mengawasi.

Selain permutasi dari 4-4-1-1, PSIM juga beberapa kali menunjukkan bentuk 4-1-4-1. Bentuk ini terlihat ketika baik Johan maupun Rangga bergerak naik diikuti Dimas (seperti yang saya jelaskan di atas). Ketiganya menyesuaikan diri dengan posisi Rangga sebagai pemain di area #10. Sementara itu, Gilang akan mempertahankan posisinya di depan bek. Posisi Gilang ini cukup menarik lantaran PSIM banyak menggunakan dirinya untuk menyebar umpan diagonal dan cukup akurat. PSIMstats pun memilih Gilang sebagai Man of the Match.

Grafik aksi Gilang Pratama PSIMstats
Grafik aksi Gilang Pratama PSIMstats

 

BACA JUGA:  Analisis Derby d’Italia: Internazionale Milano 2-1 Juventus

Perhatikan grafis dari PSIMstats di atas. Umpan sukses Gilang mencapai 83. Banyak umpan diagonal yang ia lakukan dengan sukses. Oleh sebab itu, ketika menunjukkan bentuk 4-1-4-1 atau di hampir sepanjang babak kedua, PSIM banyak menggunakan Gilang sebagai solusi menggerakkan bola ke sepertiga akhir lapangan. Perhatikan grafis di bawah ini:

Umpan diagonal Gilang
Umpan diagonal Gilang

Salah satu umpan jauhnya berbuah peluang terbuka untuk Johan di babak kedua. Sayang, tendangan kapten PSIM tersebut mampu ditepis kiper.

Gilang sendiri mempunyai sentuhan bola dan teknik mengumpan yang mantab. Di babak pertama, dua kali ia melepaskan umpan diagonal ke arah Johan menggunakan punggung kaki. Pemain yang baru berusia 18 tahun ini juga mempunyai kejelian menemukan celah di lini tengah Persibat untuk meloloskan bola ke arah Arga maupun Krisna. Untuk perannya, untuk beberapa tahun ke depan, Gilang mempunyai potensi untuk menjadi deep-lying playmaker yang langka di Indonesia.

Bermain Rapat

Sepanjang 20 menit babak pertama, PSIM menunjukkan cara bertahan yang ideal. Mereka bermain rapat dan menyulitkan Persibat ketika hendak memindahkan bola dari satu sisi ke sisi lapangan lain. Johan di sisi kiri dan Rangga di sisi kanan akan memosisikan diri di halfspace (ruang strategis dalam sepak bola) masing-masing sisi lapangan. Keduanya berdiri menyesuaikan dengan posisi dua bek sayap. Bentuk ini 4-4-1-1 atau 4-4-2-0 ini fasih digunakan Leicester City dan Atletico Madrid dengan ciri khas masing-masing.

Orientasi halfspace
Orientasi halfspace

Banyaknya pemain di lini tengah, juga membuat PSIM unggul secara kuantitatif. Proses antisipasi penetrasi dari tengah menjadi lebih baik. Hingga akhir babak pertama, PSIM masih mampu mempertahankan bentuk ini. keadaan sedikit berubah ketika salah satu pemain Persibat dikeluarkan wasit setelah menerima dua kali kartu kuning.

Perubahan di Babak Kedua

Meskipun lawan bermain dengan 10 pemain, PSIM tetap tidak mampu mencetak gol. Pemain-pemain PSIM sering terlambat naik ketika bola sudah mencapai sepertiga akhir lapangan, atau bahkan ketika bola sudah berada di kotak penalti.

Tidak adanya sasaran passing membuat PSIM kehilangan momentum untuk melepas umpan kunci. Beberapa kali, hanya ada 1 pemain di dalam kotak penalti, sementara pemain lain terlambat menyediakan diri sebagai penerima umpan.

Di babak kedua, bek kanan PSIM, Riskal juga tidak banyak naik ke atas. Ia lebih banyak berdiri berdekatan dengan duet bek tengah dan terlihat membentuk 3 bek ketika PSIM naik menyerang. Sementara itu, Said yang berposisi sebagai bek kiri lebih agresif.

BACA JUGA:  Atasi Pressing AC Milan jadi Kunci Kemenangan Inter

Sebenarnya pilihan ini bukan cara yang buruk. Barcelona era Pep Guardiola juga pernah melakukannya ketika Eric Abidal tidak ikut menyerang dan membentuk sistem tiga bek bersama Gerard Pique dan Carles Puyol. Sementara itu, Dani Alves sebagai bek kanan melibatkan diri dalam build-up positif.

Bedanya terletak kepada positioning pemain. Pemain-pemain Barcelona secara ideal membentuk segitiga atau diamond sehingga bola dapat dipindahkan dengan mudah. Selalu ada opsi penerima umpan yang tersedia. Sementara itu, di beberapa kali kesempatan, baik Gilang maupun Arga seperti terlihat mengharapkan Rangga menyediakan diri lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pemain-pemain PSIM jauh lebih statis di babak kedua.

Riskal tidak naik
Riskal tidak naik

Ketika lawan turun jauh lebih dalam karena bermain 10 pemain, akan lebih efektif apabila PSIM menggunakan kedua bek sayap untuk merenggangkan kompaksi lawan. Apakah pelatih PSIM, Erwan Hendarwanto terlalu khawatir dengan serangan balik Persibat? Situasi seperti grafis di atas banyak terjadi di babak kedua. PSIM lalu lebih banyak mengandalkan kemampuan individu untuk masuk ke pertahanan Persibat, yang mana tidak efektif.

Kritik

Pertama, stamina pemain harus segera ditingkatkan. Terutama di babak kedua, banyak pemain PSIM yang tumbang karena (mungkin) kelelahan. Dan, soal stamina ini juga yang mungkin menjadi alasan Coach Erwan memberi instruksi kepada Riskal untuk tidak naik ke atas membantu build-up menyerang, sekaligus mewapadai serangan balik lawan.

Kedua, catatan khusus untuk striker, yaitu Hendra Budi. Penyerang bernomor punggung 32 ini harus lebih banyak berlatih mengontrol ketika menerima bola sembari mendapatkan pressing dari lawan. Beberapa kali, atau bahkan sering, Hendra Budi tidak mengontrol bola secara ideal. Bola tidak berhenti ketika dikontrol, namun menjauh dari kaki 1-2 meter. Akibatnya, lawan lebih mudah untuk mengambil penguasaan bola. Hal ini penting karena apabila Hendra Budi mampu mengontrol bola dengan mulus, PSIM akan mendapatkan opsi menyerang yang baru. Hendra juga akan lebih mudah memutar badan dan menjaga penguasaan.

Ketiga, khusus untuk Gilang. Sebaiknya, Gilang tidak terlalu mudah terpancing untuk menerjang lawan yang menguasai bola. Gerakan ini terlalu polos dan membuat lawan dengan mudah berkelit dari terjangan tersebut. Gilang lebih nyaman dengan memotong umpan lawan. Oleh sebab itu, pembacaan arah pertandingan dan pergerakan kawan atau lawan menjadi urgensi khusus.

Kesimpulan

Di pertandingan perdana ini, PSIM mampu menunjukkan variasi taktik yang menarik. Artinya, seharusnya PSIM bisa menemukan solusi ketika pertandingan berlangsung stagnan. Permutasi taktik akan lebih terlihat nyaman apabila stamina mendukung. Saya rasa soal stamina ini jelas bisa diperbaiki dengan menu latihan yang ideal.

Pada akhirnya, Aku Yakin Dengan Kamu!

 

Komentar
Koki @arsenalskitchen.