Chelsea (0-1) Arsenal : “Wajah Baru” Arsenal Taklukkan Chelsea

Arsene Wenger mengakhiri “kutukan” tidak pernah menang saat melawan Jose Mourinho sekaligus memberikan trofi resmi pertama musim ini. Uniknya, kemenangan Wenger ini didapat melalui gaya bermain yang sama sekali tidak Arsenal.

1.chear

Jose Mourinho masih mengandalkan skema 4-2-3-1 yang sukses membawanya meraih trofi Liga Inggris musim lalu. Thibaut Courtois mengisi pos penjaga gawang di belakang duet Garry Cahill dan John Terry yang diapit oleh Branislav Ivanovic dan Cesar Azpilicueta. Posisi double pivote diisi oleh duet Ramires –yang lebih banyak melakukan pergerakan vertikal– dan Nemanja Matic. Mantan kapten Arsenal, Francesc Fabregas bermain di pos no. 10 dengan Willian dan Eden Hazard berada di sisi kanan-kirinya. Loic Remy mengisi pos no. 9.

Wenger menurunkan skuatnya dalam skema 4-4-1-1. Penjaga gawang anyar Peter Cech yang baru saja direkrut langsung mendapat kesempatan melakoni laga debut melawan mantan timnya, Chelsea. Empat pemain bertahan di depan Cech diisi oleh duet Per Mertesacker dan Laurent Koscielny yang diapit oleh Hector Bellerin dan Nacho Monreal. Duet Francis Coquelin dengan Aaron Ramsey mengisi area sentral the Gunners di mana Coquelin lebih berperan sebagai no. 6. Pos sayap kiri ditempati oleh Santiago Cazorla yang lebih banyak bergerak indent ke dalam, sedangkan sayap kanan diisi oleh Alex Oxlade Chamberlain. Pos no. 10 Arsenal ditempati oleh Mesut Ozil yang banyak melakukan pergerakan diagonal-vertikal dan berusaha melakukan sejumlah overload di area halfspace dan sisi lapangan. Theo Walcott bermain sebagai ujung tombak.

Wajah baru dan permasalahan staggering

Pada pertandingan ini Wenger sukses memberikan kejutan, tidak hanya ke Jose Mourinho, namun juga ke penulis. Ketika kita berbicara tentang gaya bermain, semua orang akan setuju bahwa Arsenal adalah tipikal tim yang akan mendominasi penguasaan bola. Tim dengan gaya bermain seperti ini juga akan memunculkan ekspektasi untuk menerapkan sebuah sistem pressing yang proaktif untuk mendukung penguasaan bola mereka.

Namun pada pertandingan ini, ketika tidak menguasai bola Arsenal justru lebih banyak menerapkan blok semi-pasif yang padat (compact). Mereka menerapkan skema 4-4-2 dengan Walcott dan Ozil berorientasi pada Matic dan Ramires. Ketika sesekali keduanya memberikan pressure kepada Terry atau Cahill –meskipun tanpa akses yang memadai– lini tengah Arsenal tidak mengikuti keduanya untuk mendapatkan akses bola yang lebih baik. Hanya pada lima menit pertama Arsenal bertahan lebih proaktif.

Meskipun Arsenal menerapkan pertahanan blok padat, bukan berarti mereka tidak dapat ditembus. Blok padat mereka masih belum dapat menerapkan staggering dengan baik. Staggering merupakan pengambilan posisi para pemain pada suatu blok struktural untuk mendapatkan akses yang lebih baik terhadap bola sambil menutup jalur passing dan opsi yang dimiliki lawan. Pada babak pertama permasalahan staggering mereka tidak begitu terlihat karena Chelsea memiliki permasalahan dengan peran Ramires dan Remy. Setelah Radamel Falcao dan Oscar masuk menggantikan keduanya, Chelsea dapat melakukan sejumlah overload khususnya di area halfspace untuk mengeksploitasi superioritas mereka di ruang antarlini.

BACA JUGA:  Begini Cara Bournemouth Menjaga Jack Wilshere Tetap Sehat

Pada babak kedua, Wenger mengganti Chamberlain dengan Mikel Arteta. Skema bertahan Arsenal berubah menjadi 4-1-4-1 di mana Ozil bermain sebagai sayap kanan –di posisi Chamberlain, sedangkan Arteta bermain di belakang Coquelin dan Ramsey untuk mengawal ruang antarlini.

Penguasaan bola Chelsea

Orientasi yang dilakukan Ozil dan Walcott terhadap Matic dan Ramires ini memaksa Fabregas turun lebih dalam untuk membantu progresi dari sirkulasi bola Chelsea. Hal ini disebabkan Ramires bukanlah pemain dengan pressing resistance dan kemampuan distribusi bola yang baik. Sehingga meskipun Matic memiliki pressing resistance dan kemampuan distribusi bola yang cukup baik, keberadaan Ramires sebagai rekan duetnya tidak memberikan banyak bantuan.

2.chear

Turunnya Fabregas untuk membantu sirkulasi bola tentu saja mengurangi superioritas Chelsea di ruang antarlini. Sebenarnya Ramires mencoba mengkompensasi turunnya Fabregas dengan melakukan sejumlah pergerakan vertikal. Namun tetap saja dirinya bukanlah pemain yang dapat bermain di ruang sempit. Pergerakan-pergerakan vertikal yang dilakukannya lebih cenderung untuk mengeksploitasi ruang di belakang lini pertahanan lawan, hal ini tentu saja tidak efektif mengingat Arsenal bermain agak pasif dengan garis pertahanan rendah.

Sementara itu Remy juga memiliki tendensi untuk bergerak vertikal, dirinya tidak banyak membantu dengan muncul di ruang antarlini. Hal ini menyebabkan sebagian besar penguasaan bola Chelsea tidak efektif. Di sisi lain, Cahill dan Terry juga kurang dapat diandalkan dalam melakukan distribusi bola vertikal untuk dapat mengeksploitasi superioritas di ruang antralini.

Setelah Arsenal mencetak gol melalui Chamberlain, Mourinho melakukan perubahan kecil dengan “mengembalikan” Fabregas berduet dengan Matic. Willian yang semula bermain sebagai sayap kanan bergeser ke pos no. 10 sedangkan Ramires bermain sebagai sayap kanan. Hal ini membuat sirkulasi bola Chelsea sedikit lebih progresif meskipun tingkat efektifitasnya masih rendah karena –seperti yang telah disebutkan sebelumnya– Ramires dan Remy tidak dapat banyak membantu di ruang antarlini.

Pada babak kedua Mourinho mengganti Remy dan Ramires dengan Falcao dan Oscar. Masuknya Falcao mampu membantu progresi bola Chelsea dengan muncul di ruang antarlini pada momen yang tepat. Hasilnya adalah salah satu peluang yang dimiliki Hazard saat berhadapan dengan Cech, sayangnya tembakan Hazard justru melambung jauh. Meskipun demikian sejumlah sentuhannya menunjukkan bahwa Falcao memang bukan pemain yang mampu bermain sebagai penghubung.

Ketika Falcao dan Diego Costa sama-sama masih berkostum Atletico Madrid, Falcao lebih banyak melakukan pergerakan vertikal sedangkan Diego Costa secara situasional akan bergerak ke zona 14 untuk menghubungkan sirkulasi bola. Ketidakmampuan Chelsea untuk segera memanfaatkan superioritas mereka di ruang antarlini ini tentu sangat disesali oleh Mourinho karena tidak lama kemudian Wenger memasukkan Arteta untuk mengawal ruang antarlini.

BACA JUGA:  Pratinjau Derby Manchester: Jose Mourinho vs Pep Guardiola

Ruang Matic dan peran Walcott

Lebih banyak menguasai bola bukan berarti Chelsea tidak memiliki masalah ketika bertahan. Masalah yang dihadapi Chelsea berakar pada orientasi man marking yang mereka terapkan. Meskipun dilakukan secara situasional, namun hal ini mengganggu proses pergeseran struktural mereka ketika terjadi pemindahan bola. Selain itu, yang paling krusial adalah berkurangnya kepadatan blok pertahanan mereka.

3.chear

Kedua sayap Chelsea berorientasi pada pergerakan kedua fullback Arsenal. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya akses terhadap bola terutama di area sentral. Selain itu, salah satu dari kedua double pivot Chelsea juga melakukan man marking situasional terhadap pergerakan vertikal yang dilakukan oleh Ozil. Hal ini menyebabkan Matic harus mengawasi area yang sangat luas di zona 5.

Beruntung bagi Chelsea, Arsenal jarang mengeksploitasi ruang ini. Walcott yang seharusnya dapat turun untuk mengisi ruang ini justru lebih banyak melakukan pergerakan vertikal. Jika Walcott bergerak turun, maka sirkulasi bola Arsenal akan terhubung lebih baik dan dapat mengakses Chamberlain yang berkali-kali berada dalam situasi terisolasi melawan Azpilicueta, bahkan mungkin Arsenal dapat menciptakan lebih banyak peluang lagi. Gol yang dicetak oleh Chamberlain merepresentasikan situasi ini dengan baik meskipun hanya terjadi pada fase transisi. Fase transisi ini secara “kebetulan” membuat Walcott berada di zona 14, keberadaanya mampu menghubungkan sirkulasi bola ke Chamberlain yang berada dalam situasi 1vs1 melawan Azpilicueta. Baik Matic maupun Ramires sepertinya tidak menyangka bahwa akan ada pemain Arsenal yang bergerak ke zona tersebut karena sebelumnya zona tersebut dibiarkan kosong.

Setelah gol Chamberlain, di mana Mourinho melakukan perubahan kecil dengan mengembalikan Fabregas berduet dengan Matic, Chelsea masih belum terbebas dari permasalahan ini. Tendensi Fabregas untuk mencari akses bola kembali membuat Matic harus meng-cover zona 5 sendiri. Di lain pihak Arsenal juga tidak berbuat banyak untuk mengeksploitasi besarnya ruang yang harus dikuasai oleh Matic. Pada babak kedua Giroud masuk menggantikan Walcott. Giroud memiliki kemampuan untuk bergerak ke ruang ini dan melakukan sejumlah kombinasi lay-off. Sayangnya hal ini terlalu terlambat karena ketika Giroud masuk Arsenal telah berganti ke skema 4-1-4-1. Ramsey memang melakukan sejumlah pergerakan vertikal namun tidak sebagus Ozil untuk dapat melakukan kombinasi lay-off ini. Hal ini mungkin dikarenakan Wenger lebih memfokuskan timnya untuk bermain dengan blok rendah dan memancing Terry dan Cahill naik lebih tinggi sebelum mengeksploitasinya melalui pergerakan Walcott dan Ozil.

Kesimpulan

Wajah baru Arsenal ini nampaknya akan menjadi jawaban Wenger mengenai lemahnya pertahanan timnya ketika terkena serangan balik. Namun Wenger masih harus menyelesaikan permasalahan staggering yang muncul yang sangat mudah dieksploitasi via overload. Ketika menguasai bola, Arsenal dapat mengisolasi bek lawan di sisi jauh. Sayangnya Wenger kurang menekankan pola permainan timnya untuk dapat mengeksploitasi situasi ini.

 

Komentar