Derby Della Madonnina berakhir imbang dengan skor 2-2. Kedua gol AC Milan diborong oleh Suso yang dibalas Internazionale Milano melalui Antonio Candreva dan Ivan Perisic.
Susunan pemain
Vicenzo Montella, pelatih Milan, kembali memainkan pola dasar 4-3-3. Manuel Locatelli dimainkan sebagai #6 di depan 4 bek yang diisi oleh Ignazio Abate, Gustavo Gomez, Gabriel Paletta, dan Mattia De Sciglio.
Dalam build-up, seperti yang selalu dilakukan oleh Milan, kedua bek tengah bergerak melebar, Manuel Locatelli mengisi area di antara kedua bek tengah, dan bek sayap didorong ke atas, sejajar dengan #8 tuan rumah.
Saat diperlukan, salah satu #8 bergerak turun ke bawah membantu lini pertama build-up untuk memecah fokus pressing blok tinggi Nerazzuri demi mendapatkan progresi serangan.
Jurac Kucka dan Jack Bonaventura dimainkan di pos #8. Di depan keduanya, trio M’baye Niang, Carlos Bacca, dan Suso mengisi lini serang. Satu dari kedua penyerang sayap, siapa pun yang berada di sisi bola, bersiap untuk mengantisipasi situasi dalam build-up di lini pertama.
Antisipasi yang dimaksud adalah dalam banyak situasi, ketika lini pertama pressing tim Biru Hitam mampu menekan stabilitas sirkulasi lini pertama Milan, si pemegang bola akan berusaha melepaskan bola datar yang diarahkan langsung ke lini depan ke koridor half-space sisi bola berada.
Di sinilah, penyerang sayap sisi bola harus menyediakan opsi dengan segera.
Dari Internazionale, Stefano Pioli menggunakan pola dasar 4-2-3-1. Duo pemain di poros halang diisi oleh Geoffrey Kondogbia dan Marcelo Brozovic membentengi 4 pemain belakang yang diisi oleh Danilo D’Ambrosio, Miranda, Gary Medel, dan Christian Ansaldi. Medel sendiri terpaksa ditarik keluar di pertengahan babak pertama akibat cedera dan digantikan oleh Jeison Murillo.
Berbeda dengan Internazionale yang memilih melakukan pressing blok tinggi, Milan lebih memilih pressing pasif dalam mode blok medium. Kedua penyerang sayap akan dengan segera masuk ke lini tengah dan membentuk struktur blok pasif 4-1-4-1.
Sisi positif dari sikap pressing semacam ini adalah memungkinkan Milan segera mendapatkan bentuk bertahan yang mereka inginkan. Sisi negatifnya, karena pressure yang rendah di lini pertama dan bahkan lini kedua, maka Internazionale beberapa kali mendapatkan kesempatan progresi dari half-space dan sayap.
Internazionale dengan nyaman memainkan bola dari lini belakang sekaligus menentukan arah progresi tanpa gangguan berarti.
Di depan poros halang ganda, Pioli memasang Ivan Perisic dan Antonio Candreva di kiri dan kanan serta, Joao Mario di tengah menopang kapten tim sekaligus #9 Internazionale, Mauro Icardi.
Orientasi sayap menghadapi pressing pasif ala Milan
Seperti yang ditunjukan oleh infografik di atas, ditambah penjelasan sebelumnya, pressing AC Milan dimulai dari blok medium pasif untuk secara gradual bergerak turun menuju blok rendah.
Tujuan utama memainkan pressing seperti ini adalah membentuk formasi bertahan sesegera mungkin sembari mengurangi risiko yang mungkin timbul bila memainkan pressing dengan intensitas tinggi.
Ada saatnya pemain-pemain Milan memainkan pressing blok tinggi. Namun, hanya dilakukan pada saat yang tepat. Misalnya ketika Inter mendapatkan kesempatan tendangan gawang.
Zona-zona isolasi pertama dalam pressing medium Milan adalah, sudah barang tentu, zona tengah. Pasifnya pressing Milan hanya terjadi di half-space dan koridor sayap ketika bola berada di area lawan. Di zona tengah, intensitas pressing tetap dipertahankan demi menghindari lawan bermain-main di zona ini.
Intensitas pressing mengalami penyesuaian saat sirkulasi bola lawan memasuki area pertahanan Milan. Ketika Internazionale bergerak melalui sayap, struktur blok Milan bergeser dan pemain-pemain terdekat dengan koridor sayap akan bergerak melebar demi menutup akses dari sayap.
Salah satu keterbatasan dalam sistem pressing Milan adalah selalu ada peluang atau celah bagi lawan untuk masuk dan berpenetrasi dari sayap, terutama, ketika mereka mampu memainkan umpan dengan intensitas yang tepat ke sisi half-space dan sayap di mana Milan sedikit memberikan ruang dalam gelombang awal pressing mereka.
La Beneamata mendapatkan beberapa kesempatan melalui situasi-situasi serupa. Selain disebabkan oleh sistem itu sendiri, dalam banyak kesempatan, bahasa tubuh dan penempatan posisi pemain-pemain sayap il Diavollo Rosso juga memberikan kesempatan bagi Internazionale untuk berpenterasi dari tepi lapangan.
Garis merah dalam infografik di atas menandakan pemain sayap Milan yang berdiri sejajar dengan penerima umpan dari Internazionale. Pengambilan posisi oleh pemain Milan mempersulit aksesnya kepada bek sayap lawan.
Bila ia mengambil posisi lebih rendah, area antara #8 dan #6, misalnya, pemain Milan tersebut akan mendapatkan akses diagonal dan membuatnya berada dalam posisi awal yang tepat untuk mencegah pergerakan vertikal lawan.
Internazionale banyak memanfaatkan pergerakan diagonal gelandang sayap melalui celah di belakang atau punggung (blind-side run) gelandang sayap Milan. Dari skema serupa, Ivan Perisic mendapatkan banyak situasi 1v1 dengan bek sayap tim Merah Hitam.
Namun, pada gilirannya, kualitas penciptaan peluang Internazionale tidak bisa dikatakan bernilai tinggi, dikarenakan banyak dari penciptaan peluang dilakukan melalui umpan silang yang dapat ditangani pemain belakang Milan atau berakhir tanpa eksekusi.
Di sisi lain, sistem pressing ala Montella membuat Milan mendapatkan bentuk yang stabil sedari awal dan sangat membantu mereka melindungi zona antarlini Milan.
Locatelli, yang berada di pos #6 selalu berorientasi kepada pergerakan bola dan pemain Internazionale di dekatnya. Ditambah pengambilan posisi menyempit oleh dua gelandang sayap, barikade pasukan Milan di area tengah terhitung solid dan stabil.
Hal ini tentu membuat sirkulasi bola Internazionale banyak terpantulkan ke area pinggir. Tetapi, sejatinya, selain faktor solidnya Milan di area tengah, adalah struktur posisional Internazionale sendiri yang membuat mereka kesulitan mendapatkan akses cepat dan “bersih” ke tengah.
Pressing blok tinggi Internazionale terhadap penguasaan bola Milan
Berbeda dengan Milan yang memilih membangun bentuk pasif sejak awal, Internazionale memilih memainkan pressing blok tinggi demi menganggu kestabilan sirkulasi lawan.
Setiap ada kesempatan membentuk pressing blok tinggi, pemain-pemain Internazionale akan melakukannya. Dua pemain berorientasi kepada kedua bek tengah lawan, sementara, di lini tengah, Internazionale menempatkan 4 pemain untuk memblokir akses ke lini kedua Milan.
Di lini terakhir, bek sayap berorientasi kepada pergerakan pemain-pemain Milan di koridor sayap. Antisipasi ini penting, karena dalam banyak kesempatan, gelandang sayap Internazionale melepaskan penjagaannya terhadap bek sayap Milan disebabkan oleh pressing yang dilakukannya kepada bek tengah Milan yang menguasai bola.
Blok tinggi Internazionale terhitung sukses menganggu kestabilan build-up Milan dan mendapatkan beberapa keuntungan melalui kesalahan umpan pemain-pemain Milan.
Usaha Milan demi mendapatkan progresi adalah memainkan bola ke tepi lapangan untuk kemudian membentuk overload mini. Melalui cara ini, Milan menarik fokus pemain Internazionale ke sayap (mengganggu kestabilan horizontal) serta menciptakan bentuk berlian di antara 4 pemain.
Pemain-pemain Internazionale yang (terlalu) agresif dalam melakukan pressing ditambah koordinasi pressing yang belum tercipta dengan sempurna, terkadang, memberikan celah progresi bagi Milan.
Pemain dari lini pertama yang terlalu pasif ditambah pressing yang terlalu bersemangat dari lini ketiga meninggalkan celah vertikal dalam blok pressing.
Kalau pemain Internazionale tidak melakukan kesalahan semacam ini, mereka selalu menyisakan sedikit ruang di half-space sisi bola. Ruang inilah yang dimanfaatkan oleh #8 Milan sebagai jalur untuk membebaskan diri dari pressing lawan satu kota tersebut.
Gol kedua Milan berawal dari overload mini yang mereka lakukan di tepi kanan dalam build-up. Bentuk berlian memecah fokus pressing lawan dan memberikan kesempatan bagi bek sayap untuk melepaskan umpan ke lini depan.
Kondisi lain yang memungkinkan Milan mendapatkan kesempatan menyerang adalah fase transisi. Gol pertama Milan merupakan salah satu contoh.
Milan melakukan serangan balik cepat dalam transisi menyerangnya. Carlos Bacca sukses “menarik” fokus bek Internazionale yang sekaligus menciptakan ruang bagi Suso untuk melepaskan tendangan ke tiang jauh.
Penutup
Sebagian mengatakan hasil ini terlihat kurang fair bagi Milan. Kenapa? Karena gol pertama Internazionale yang kontroversial plus penyama kedudukan yang diciptakan di menit terakhir. Dari sisi lain, terutama terkait pengembangan strategi dan taktik kedua tim, bisa dikatakan imbang.
Baik Internazionale maupun Milan memainkan sistem pertahanan yang cukup menyulitkan masing-masing. Dari sisi penyerangan pun keduanya tampak imbang serta tidak banyak memainkan kombinasi atau aksi-aksi spektakuler. Juga tidak banyak variasi menyerang yang dipraktikkan.
Montella perlu memperbaiki koordinasi individual dalam sistem pressing-nya. Kesadaran pressing Niang, penyerang sayap Milan, dalam banyak kesempatan terlihat sangat rendah dan memberikan kesempatan bagi lawan untuk berprogres.
Hal yang sama juga berlaku kepada Internazionale. Koordinasi pressing perlu mereka perbaiki, terutama mengantisipasi pergerakan lawan lebih segera (proaktif). Selain itu, kekurangan dalam struktur posisional juga harus mendapatkan perhatian.
Saat melatih Lazio, Stefano Pioli sering menampilkan struktur serang yang mampu membuat anak asuhnya mengokupansi celah antarlini lawan dengan lebih dari 3 pemain.
Dalam edisi derby kali ini, Internazionale melewatkan banyak kesempatan untuk mempraktikkannya, yang padahal bisa menjadi salah satu strategi yang tepat dalam membongkar soliditas area tengah AC Milan.
Pioli masih baru di Internazionale, tentu masih banyak waktu baginya untuk berbenah dan menyempurnakan penampilan tim.