Kehadiran blog sepak bola dalam beberapa tahun belakangan ini membuat bacaan mengenai olahraga sebelas lawan sebelas ini makin banyak dijumpai di dunia maya. Pencinta sepak bola kemudian mengakrabi nama-nama Zen RS, Pangeran Siahaan, Eddward S. Kennedy, dan lainnya sebagai penulis sepak bola.
Tapi, jauh sebelum blog sepak bola ini hadir, jurnalis di berbagai media yang berada di desk olahraga juga telah memproduksi tulisan-tulisan berkualitas. Gaya menulis reportasenya juga amat baik sehingga karya mereka ini perlu Anda baca. Berikut ini lima jurnalis yang tulisannya perlu Anda baca.
1. Amir Machmud N.S.
Pria yang kini menjadi pemimpin redaksi Suara Merdeka ini akrab dengan sepak bola. Selain menjalani profesi sebagai wartawan di harian terbesar di Jawa Tengah, Amir Machmud juga aktif di klub lokal Semarang, PS SSS.
Aktivitasnya itu kemudian membuatnya tahu seluk beluk sepak bola secara rinci. Baik di tingkat internasional maupun lokal. Tulisannya renyah, mudah dipahami, dan tentu saja informatif. Karyanya sudah saya nikmati sejak masih di bangku sekolah dasar.
Meski sudah jarang turun lapangan karena sudah menjadi pemred, Amir Machmud masih rutin menulis sepak bola. Kolom Freekick yang hadir setiap edisi Minggu Suara Merdeka selalu dinanti pembaca setianya.
Ketika ada perhelatan akbar seperti Piala Dunia, kolomnya tak hanya hadir pada hari Minggu. Hari Minggu lalu, kolom terbarunya berjudul, Membeku di Dalam Waktu, yang meminjam frasa milik Andrea Hirata dalam novel terbarunya, Ayah.
Salah satu tulisan yang perlu anda baca dari Amir Machmud N.S. berjudul Musda PSIS dan “Kegilaan” Klub yang terbit 30 Oktober 2005. Dari artikel tersebut, kita akan kembali diingatkan mengenai posisi klub internal dalam hubungannya dengan klub Perserikatan.
2. Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi sudah bergabung dengan Kompas pada 2002 dan telah meliput berbagai kejuaraan sepak bola dunia. Mulai dari Piala Asia 2002 hingga perhelatan Piala Dunia di Afrika Selatan dan Piala Eropa Polandia-Ukraina.
Gaya bercerita yang ringan dan informatif, serta mengambil suduh pandang yang sering kali lain daripada yang lain menjadi ciri khas karya reportase Mh Samsul Hadi. Sayangnya, beliau kini sudah tak lagi di desk olahraga, sudah pindah ke desk internasional sejak 2014 lalu.
Tapi, karyanya masih bisa kita nikmati di blog Kompasiana-nya. Sesekali beliau masih menulis sepak bola dan tentunya selalu ditunggu pencintanya., termasuk saya sendiri.
3. Yon Moeis
Yon Moeis merupakan wartawan senior Tempo, karyanya kerap kita jumpai di Koran Tempo. Meski namanya sering dikaitkan dengan Indonesia Premier League (IPL) dan berbagai macam tuduhan (entah benar atau tidak) yang menyertainya, jika ada kesempatan dan tulisan baru saya tetap akan membaca setiap karyanya.
Pengalamannya meliput sepak bola selama bertahun-tahun membuat Yon Moeis akrab dengan pelaku sepak bola. Di sini kemudian beliau kerap memasukkan pengalaman pribadi yang intim dengan narasumbernya ke dalam tulisan. Salah satunya dalam artikel Robby Darwis, Jaya Hartono, dan Pertaruhan Sang Jagal.
Cerita-cerita di balik layar itulah kemudian yang menjadi ciri khas dan kelebihan dari reportase Yon Moeis yang jarang kita jumpai di berbagai blog sepak bola.
4. Andi Abdullah Sururi
Jika anda rutin membaca detiksport maka Andi Abdullah Sururi merupakan sosok paling bertanggung jawab dari laman tersebut. Situsweb olahraga yang membuat gebrakan dengan kanal About the Game ini tentu jadi salah satu favorit pencinta sepak bola di Indonesia.
Selain handal dalam mengelola media, mas Andi juga cakap dalam menulis. Ceritanya mengalir dan begitu enak untuk dinikmati. Fitur terbarunya mengenai Kurniawan Dwi Yulianto merupakan sebuah karya tulis yang perlu dibaca oleh siapa pun yang mengaku menyukai sepak bola dan mencintai sepak bola Indonesia.
5. Miftakhul FS
Miftakhul FS merupakan jurnalis Jawa Pos yang memiliki kode “Fim”. Ketika menyebut Fim, rasanya banyak yang kemudian mengenal karena terbiasa membaca tulisannya di koran milik Dahlan Iskan tersebut atau karena akun twitternya menggunakan nama tersebut.
Fim dan rekan-rekannya adalah tim yang menjaga agar Jawa Pos tetap memiliki cita rasa sepak bola setelah dalam beberapa tahun terakhir koran ini akrab dengan basket. Karya tulis Fim bisa dibaca dalam buku kumpulan esainya berjudul “Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut”. Salah satu tulisan yang paling saya suka adalah tentang pesepak bola dari Klagen.
Selain kelima jurnalis yang telah disebutkan tersebut tentu masih banyak wartawan lain yang karyanya bisa dinikmati. Seperti misalnya Mohamad Eri Irawan dalam esai berjudul “Persibo, Kisah Perlawanan terhadap Kemustahilan”, Anton Sanjoyo, maupun jurnalis BOLA yang tabloidnya sudah menemani kita sejak awal mula menyukai sepak bola.
Mungkin kita masih ingat dengan Arief Natakusumah, yang beberapa waktu lalu merilis Mendukung Arsenal itu Melelahkan, Weshley Hutagalung yang juga masih rajin menulis, Riemantono Harsojo yang kini jadi pemred Harian BOLA, dan nama-nama lainnya.
Anda mungkin tidak puas dengan daftar yang saya buat dan punya pilihan nama lain sebagai favorit anda. Silakan bagi dengan kami dan pencinta sepak bola seluruh Indonesia agar memperoleh bacaan berkualitas sembari belajar jikalau ingin menjadi jurnalis atau penulis sepak bola yang baik.