Cabang sepak bola putra SEA Games 2015 sudah selesai dan memastikan The Young Elephants Thailand U-23 sebagai pemenang sekaligus membawa pulang medali emas. Ajang ini tidak hanya memertemukan seluruh kekuatan sepak bola Asia Tenggara di luar Piala AFF, tetapi juga menjadi ajang munculnya bintang bintang muda harapan negaranya masing masing mengingat yang berlaga adalah mereka yang berusia di bawah 23 tahun.
Chanatip Songkrasin yang masih berusia 21 Tahun menjadi andalan sang juara Thailand, Sithu Aung (18 Tahun) menjadi bakat terbaik Myanmar pada SEA Games ke XXVIII, Lionel Messi dari Vietnam Nguyen Chong Puong (20 Tahun), lalu Irfan Fandi Ahmad (17 Tahun) putra legenda Singapura Fandi Ahmad, serta tentunya Si Bocah Ajaib Indonesia Evan Dimas (20 Tahun). Nama-nama tersebut menampilkan peforma luar biasa, sekaligus membuktikan diri bahwa mereka sudah semakin matang dan siap berlaga di level senior.
Tapi dari sederat nama di atas ada satu nama yang luput, karena memang timnya tidak bermain maksimal di ajang ini, bahkan berada di posisi juru kunci grup B. Dialah kapten tim Brunei Darussalam U-23, Faiq Jefri Bolkiah.
Rekomendasi Jersey Fantasy dan Jaket Bertema Garuda yang Keren
Dari nama belakang jelas tak asing di telinga kita. Tepat sekali dia adalah keluarga kerajaan Brunei Darussalam, atau tepatnya Fair merupakan keponakan penguasa kerajaan Brunei yaitu Sultan Haji Hassanal Bolkiah Muizzaddin Waddaulah.
Tidak banyak informasi mengenai Faiq Bolkiah, yang pasti disebutkan bahwa dirinya lahir di Los Angeles, Amerika Serikat pada 9 Mei 1998. Dirinya merupakan putra dari saudara kandung Sultan, Pangeran Jefri Bolkiah.
Berbeda dengan kebanyakan anak muda Brunei yang memulai karirnya di klub sepak bola milik kerajaan, Duli Pangiran Muda Mahkota atau yang biasa disebut DPMM. Faiq yang berposisi sebagai winger ini mencuri perhatian kala berlaga di Lions City Cup 2013 bersama Arsenal U-16. Namanya terus melambung tinggi ketika bermain untuk Brunei Darussalam di Piala AFF U-19 2013 yang dimenangkan oleh Evan Dimas dan kawan kawan.
Setelah Southampton dan Reading per Januari 2014, pemain yang bisa berposisi sebagai penyerang ini, menandatangani kontrak untuk Chelsea U-18 selama dua tahun. Dirinya termasuk dalam bagian tim yang memenangkan gelar ganda yaitu FA Youth Cup dan UEFA Youth League pada 2015.
Sebenarnya yang mengejutkan bukan hanya keberhasilan Faiq untuk bermain di klub juara Inggris tersebut, meskipun masih dalam tahap junior. Akan tetapi status Faiq yang merupakan Royal family, merupakan sesuatu yang menarik.
Kebanyakan darah biru atau keluarga bangsawan amat jarang terjun ke dunia olahraga. Mereka lebih banyak berkiprah di dunia politik atau pun militer. Dalam beberapa kasus memang ada keluarga kerajaan yang terjun ke dunia olahraga, akan tetapi bukan menjadi atlet, melainkan menjadi eksekutif. Sebagai contoh Pangeran William dari Kerajaan Inggris yang merupakan Presiden Kehormatan FA, atau penantang Sepp Blatter pada pemilihan presiden FIFA lalu, Pangeran Ali dari Yordania.
Memang ada yang menjadi atlet, namun statusnya sebagai keluarga kerajaan lebih mentereng, dan olahraga yang ditekuninya bukan olahraga yang populer. Sepupu Pangeran William, Cucu dari Ratu Elizabeth II, Zara Phillips merupakan equestrian atau atlet berkuda profesional, dan bahkan dirinya mewakili Inggris di Olimpiade 2008 Beijing dan 2012 di London.
Faiq merupakan sebuah fenomena unik, tidak hanya karena bakat sepak bolanya tetapi juga, sekali lagi status bahwa dirinya merupakan keluarga kerajaan. Faiq mungkin satu dari sekian banyak anak muda Brunei yang memiliki bakat spesial di bidang sepak bola, akan tetapi fenomena ini bisa jadi memicu anak muda di negara yang kaya akan minyak dan gas alam ini untuk menekuni sepak bola, sang pangeran saja sudah memberi contoh secara langsung. Yang bisa saja nantinya akan membuat level sepak bola Brunei naik ke tingkat yang lebih baik. Bukan tidak mungkin, Faiq bisa membawa Brunei melaju jauh melewati Indonesia jika pengelolaan sepak bola di negerinya mulai dari pembinaan tertata dengan rapi.
Terakhir pemain Asia Tenggara berada di klub besar Inggris adalah Younghusband bersaudara dari Filipina, itupun keduanya merupakan campuran, bukan berdarah asli atau pribumi. Keberadaan Faiq Jefri Bolkiah juga sekaligus menegaskan bahwa Asia Tenggara tidak bisa dianggap remeh dipandang sebelah mata, Asia Tenggara bersiap menyusul tim-tim lain, setidaknya di tingkat Asia.
Semoga apa yang dilakukan oleh Faiq juga jadi inspirasi bagi pesepak bola muda Asia Tenggara, khususnya Indonesia, untuk tidak takut berkarir di luar negeri. Kompetisi di negeri orang akan menempa mental dan teknik olah bola si pemain agar semakin mengkilap.
NB: Tulisan ini merupakan ide dari kawan saya Denyar Pradata yang heboh menghubungi saya, ketika saya sedang berada di bioskop beberapa waktu lalu.