Felipe Caicedo: Sang Spesialis Menit Akhir

Walau prestasinya tak sementereng Argentina, Brasil atau Uruguay, tetapi perkembangan sepakbola di Ekuador tergolong pesat. Dahulu, dahi kita akan berkernyit saat ditanya siapa pesepakbola beken dari negara yang dilintasi garis khatulistiwa ini. Namun kini, pertanyaan itu begitu mudah dijawab sebab Ekuador memiliki sosok-sosok seperti Walter Ayovi, Agustin Delgado, dan Antonio Valencia. Di luar nama-nama tersebut, berdiri Felipe Caicedo yang sedang rajin mencuri atensi.

Berbeda dengan kompatriotnya, karier profesional Caicedo justru dimulainya di Eropa. Adalah klub asal Swiss, FC Basel, yang memberinya kesempatan itu setelah merekrut sang striker dari tim junior Rocafuerte.

Merantau ke negeri orang di usia 17 tahun bukanlah persoalan mudah. Ada banyak kendala yang ditemui Caicedo di sana. Namun ia bekerja keras agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sesegera mungkin.

Sempat tampil menjanjikan di Swiss, kiprah Caicedo bikin Manchester City meminati jasanya. Sayangnya, keputusan pindah ke Inggris jadi hal yang disesalinya. Alih-alih diberi kesempatan merumput lebih banyak, Caicedo malah sering menghangatkan bangku cadangan.

Dirinya pun sering dipinjamkan ke klub lain lantaran tak sesuai dengan kebutuhan taktis pelatih. Tercatat, ada Sporting CP, Malaga, dan Levante, yang sempat menggunakan jasanya.

Nasib Caicedo agak membaik setelah dipinang klub Rusia, Lokomotiv Moskow. Sayangnya, ia gagal mempersembahkan trofi apapun di sana. Kala manajemen klub mendatangkan Mirko Vucinic, Caicedo memilih untuk menyudahi kontraknya dengan Lokomotiv guna bergabung dengan tim asal Uni Emirat Arab, Al-Jazira.

Akan tetapi, karier Caicedo tak berlangsung lama di Timur Tengah. Ia lantas minggat ke Spanyol buat mengenakan kostum Espanyol. Tiga musim jadi salah satu opsi di sektor penyerangan Los Periquitos, Caicedo lalu menyeberang ke Italia buat bergabung dengan Lazio.

Menengok rekam jejaknya selama ini, sebetulnya tak ada hal spesial yang diperlihatkan oleh Caicedo. Ia tidak tergolong striker yang produktif mendulang gol. Namun rupanya, manajemen I Biancoceleste menemukan sesuatu yang unik darinya.

BACA JUGA:  Dua Kali Cedera Parah, Dia Tetap Boaz yang Kita Kenal di Tahun 2004

Ganas di Menit Akhir

“Di mana absurditas dunia? Di dalam kemenangan yang cemerlang ini atau dalam kenangan dari ketiadaannya? Bagaimana dengan begitu banyak matahari dalam kenangan? Apakah aku dapat bertaruh pada omong kosong?”. Begitulah salah satu ucapan Albert Camus dalam buku Summer.

Tidak ada yang perlu diputuskan sebab Andrea Pirlo belum bisa memutuskan. Keadaan Juventus sedang tidak prima, di momen-momen tertentu, mereka justru bikin kesalahan yang selama ini jarang diperbuat. Realita ini jelas bertolakbelakang dengan apa yang biasa mereka pamerkan sembilan musim pamungkas.

Keberadaan Pirlo yang minim pengalaman di kursi pelatih disebut-sebut sebagai salah satu faktor penurunan performa I Bianconeri. Manajemen memang sedang bertaruh dan melatih kesabaran mereka. Namun fans belum tentu bisa melakukan hal serupa. Mereka selalu meminta ada trofi baru di lemari gelar klub pujaan guna membuktikan dominasi.

Masih hijaunya Pirlo bikin inkonsistensi permain sering terlihat. Manakala Juventus meraup hasil positif, seringkali itu muncul akibat kemampuan individu pemain bintangnya. Dalam laga kontra Lazio pada 8 November 2020 kemarin, tak ada sesuatu yang spesial dari Pirlo. Permainan I Bianconeri monoton dan tak menggigit.

Bila kelelahan atau absenya penggawa andalan dijadikan alasan, maka Lazio juga bisa melakukan hal serupa karena Ciro Immobile, Lucas Leiva, dan Thomas Strakosha absen lantaran terpapar virus Corona.

Sempat unggul terlebih dahulu, Juventus harus puas bermain seri 1-1 dengan I Biancoceleste. Gol kubu tamu dilesakkan Cristiano Ronaldo, sementara gol penyelamat muka tuan rumah dibukukan Caicedo.

Lantas apa spesialnya?

Silakan cek berita terkait laga itu atau melihat aplikasi yang menunjukkan skor-skor pertandingan sepakbola yang tengah berlangsung. Lihat baik-baik, di menit keberapa Caicedo mencetak gol? Ya, menit ke-95! Bagi suporter Lazio seperti saya, gol itu benar-benar bikin lega. Siapa yang tak galau melihat tim kesayangannya nyaris kalah?

Andai ditelusuri lebih jauh, maka kita bisa sama-sama melihat tentang kepiawaian Caicedo mencetak gol di menit-menit krusial.

BACA JUGA:  Persaudaraan dalam Derbi Hai Van

Dilansir dari lalaziosiamonoi, penyerang berumur 32 tahun tersebut sudah menggelontorkan enam gol pada momen injury time selama memperkuat Lazio. Jumlah itu sendiri merupakan yang paling banyak dalam sejarah sepakbola Negeri Spaghetti. Hebatnya, gol-gol menit akhir Caicedo selalu berujung pada raihan poin atau trofi.

Caicedo pernah bikin gol di menit-menit akhir ketika bersua Sampdoria tahun 2017 silam. Hal yang sama ia lakukan tatkala I Biancoceleste bertemu Sassuolo, Juventus (ajang Piala Super Italia), dan Cagliari di tahun 2019 hingga akhirnya mengoyak jala Torino dan Juventus (lagi) pada tahun 2020.

Gara-gara aksinya, banyak hati yang patah dan perasaan frustrasi yang meluap. Siapa yang tak sebal gawang tim kesayangannya bobol justru di menit-menit akhir sebelum selesainya laga?

Gol ke gawang Juventus kemarin juga tercipta dengan apik. Berawal dari lemparan ke dalam yang dilakukan Adam Marusic, bola lalu dikontrol Joaquin Correa dengan apik.

Pria Argentina tersebut lantas melakukan giringan buat mengecoh Rodrigo Bentancur dan Juan Cuadrado. Semakin dekat ke kotak penalti, pergerakan Correa coba diganggu Adrien Rabiot dan Merih Demiral. Namun tak ada satupun yang dapat merebut bola dari kaki Correa.

Lewat satu sentuhan, bola lalu dikirimkan kepada Caicedo yang dikawal Leonardo Bonucci. Hanya dengan sedikit kontrol, ia lalu memutar badan dan langsung menggasak bola ke sudut kanan gawang Wojciech Szczesny tanpa mampu dihalau. Gol Caicedo menyelamatkan I Biancoceleste dari kekalahan dan rasa malu!

Caicedo bukanlah pilihan nomor satu di sektor depan Lazio karena ketajamannya tertinggal jauh dari Immobile. Namun seperti yang saya tuliskan sebelumnya, tim mengetahui sisi spesial yang ada pada Caicedo yakni piawai mencetak gol-gol penting di momen krusial.

Beruntung sekali Lazio memilikinya sebab tak banyak pesepakbola yang andal dalam urusan satu ini dan tak perlu kaget jika ia bakal melakukan hal serupa di laga-laga I Biancoceleste selanjutnya.

Kau sungguh spektakuler, Caicedo!

Komentar
Kopi di kanan, buku di kiri, musik Jazz bergentayangan di sekitar. Laziale dari Karawang nomor empat belas. Hobi makan bakso dengan kuah melimpah. Bisa disapa di twitter @lazione_budy