Bonus point system, atau yang biasa disingkat sebagai BPS, merupakan statistik yang sering dipandang sebelah mata dalam permainan Fantasy Premier League (FPL).
Tidak banyak yang menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan pemain karena implikasi praktisnya hanya kepada bisa atau tidaknya seorang pemain mendapatkan bonus poin.
Fakta pun berbicara bahwa bonus poin umumnya dimiliki oleh pemain-pemain yang berhasil mencetak gol ataupun asis.
Dari 10 Gameweek (GW) yang telah berjalan, 464 bonus poin (72,61%) berhasil diperoleh oleh para pencetak gol dan asis, berbanding jauh dengan 175 bonus poin (27,39%) yang diperoleh oleh pemain-pemain yang ibarat kata tidak mencetak apa-apa.
Meski demikian, setelah melihat lebih saksama pada data-data yang ada, ternyata ada beberapa hal menarik yang muncul terkait BPS dan bonus poin dari pemain-pemain bertahan. Dalam beberapa kesempatan, pemain-pemain bertahan mampu mendulang bonus poin meski tidak berkontribusi dalam mencetak gol maupun asis.
Salah satunya adalah saat Middlesbrough takluk 1-2 dari Crystal Palace di GW 2. Dalam pertandingan tersebut, Antonio Barragan tidak mencetak apa-apa, namun mendapat 2 bonus poin di penghujung pertandingan. Bahkan Daniel Ayala yang mencetak gol pada pertandingan tersebut tidak mendapat bonus.
Selain itu, masih segar pula dalam ingatan kita bagaimana seorang Philippe Coutinho yang berhasil mencetak 2 asis pada pekan lalu, namun tidak mendapatkan bonus poin satu pun saat Liverpool mengalahkan Crystal Palace dengan skor 2-4. Dalam pertandingan tersebut, dirinya “dikalahkan” oleh Alberto Moreno yang mendapatkan 1 bonus poin walau hanya mencetak 1 asis.
Fenomena-fenomena unik inilah yang membuat saya tertarik menganalisis lebih dalam tentang BPS serta bonus poin dari pemain bertahan. Apalagi dengan kenyataan yang ada sekarang, di mana rata-rata jumlah tim yang tidak kebobolan tiap pekannya dalam 5 pekan terakhir meningkat daripada 5 pekan awal FPL.
Namun, sebelum lebih jauh membahas keterkaitan antara BPS dan bonus poin dengan pemain-pemain bertahan, ada baiknya saya menjelaskan terlebih dulu apa yang dimaksud dengan bonus poin dan BPS.
Ini ditujukan untuk membantu para manajer yang mungkin masih baru bermain FPL atau yang sudah lama bermain, tapi belum mengetahui mekanisme dari kedua bonus ini.
Apa itu bonus poin dan BPS?
Bonus poin merupakan poin FPL tambahan yang diberikan kepada pemain yang tampil mengesankan dalam sebuah pertandingan. Dalam satu pertandingan, bonus poin dibagikan kepada 3 pemain (atau lebih jika ternyata nilainya sama) yang memiliki nilai BPS tertinggi, mulai dari 3 (pertama terbaik) hingga 1 poin (ketiga terbaik).
BPS sendiri dihitung berdasarkan statistik pemain dalam pertandingan tersebut seperti gol, asis, operan, menciptakan/membuang peluang, tekel, blok, intersepsi, dan masih banyak lainnya. Adapun lebih rincinya sebagai berikut yang didapat dari menu Help situs FPL di bagian Scoring:
Untuk lebih jelasnya, saya akan menggunakan pertandingan Middlesbrough vs Bournemouth pekan lalu sebagai contoh. Berikut hasil dan rincian statistiknya:
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Gaston Ramirez mendapatkan bonus poin tertinggi (3) karena memiliki nilai BPS tertinggi (34). Stewart Downing mendapat bonus 2 poin karena nilai BPS-nya tertinggi kedua (27). Sementara George Friend dan Antonio Barragan sama-sama mendapatkan bonus 1 poin karena nilai BPS-nya seri sebagai ketiga terbaik.
Ramirez dan Downing mungkin sudah jelas mendapat bonus poin karena sama-sama mencetak gol. Tapi mengapa Friend maupun Barragan yang istilahnya tidak mencetak apa-apa bisa mendapat 1 bonus poin dibandingkan Alvaro Negredo yang memberikan 1 asis?
Ini dikarenakan dalam pertandingan tersebut, Friend menunjukkan statistik permainan yang baik seperti total 8 blok, sapuan, dan intersepsi; 4 tekel bersih; dan 77% operan sukses. Sementara Barragan pun mencatatkan performa yang sama baik dengan total 10 blok, sapuan, dan intersepsi; serta 1 umpan kunci.
Catatan-catatan tersebut lebih baik dibandingkan Alvaro Negredo yang mencetak 1 asis, tapi hanya melakukan 1 kali sapuan, 3 kali kehilangan bola, dan jumlah operannya tidak mencapai 30.
Data BPS dan bonus poin pemain bertahan
Setelah memahami makna BPS dan bonus poin, maka kita akan mencoba melihat data BPS dan bonus dari pemain-pemain bertahan selama 10 GW yang telah dilalui. Berikut data-datanya:
Meski demikian, data-data tersebut tidak berbicara sepenuhnya. Bila dibandingkan dengan pemain tengah dan pemain depan, pemain bertahan masih “kalah” soal mengonversi BPS mereka. Hal ini ditunjukkan pada kedua tabel berikut:
Laurent Koscielny, Cesar Azpilicueta, dan Kyle Walker berhasil masuk jajaran 10 besar keseluruhan pemain dengan BPS tertinggi. Bahkan menariknya, Daley Blind pun menduduki posisi pertama dalam kategori BPS.
Namun, ketika kita berbicara bonus poin, hanya ada nama seorang Blind dalam deretan 10 besar keseluruhan pemain dengan bonus pemain (ditunjukkan dengan highlight warna hijau). Artinya, pemain bertahan masih inferior dalam hal menghasilkan bonus poin.
Pemain bertahan yang cocok untuk dipilih terkait BPS mereka
Meski hanya sedikit pemain bertahan yang dapat mengonversi BPS mereka menjadi bonus poin dari keseluruhan pemain, keempat nama yang sebelumnya mampu masuk dalam jajaran 10 besar keseluruhan pemain dengan BPS tertinggi layak untuk kita perbincangkan lebih jauh. Bahkan mungkin wajib dipilih oleh para manajer FPL.
Blind, Koscielny, Azpilicueta, dan Walker menunjukkan bahwa mereka mampu konsisten menjaga performa mereka di (hampir) setiap pertandingan yang tampak dalam tingginya nilai BPS yang mereka miliki.
Selain itu, mereka juga terbukti berhasil dalam mengonversi tingginya BPS mereka menjadi bonus poin dibandingkan pemain bertahan lain.
Tak perlu berlama-lama, mari kita bahas penampilan mereka satu per satu:
Daley Blind
Menciptakan peluang merupakan salah satu faktor penyebab Blind mendapatkan BPS yang tinggi. Selain berposisi sebagai bek sayap yang mampu mengirimkan umpan-umpang silang, Blind juga merupakan pengambil tendangan sudut Manchester United.
Catatan operannya pun cukup baik dengan akurasi 87,3% yang turut berkontribusi dalam bonus-bonus poin yang diraihnya. Bahkan secara bertahan, performa Blind paling menonjol dibandingkan rekan-rekan bertahannya.
Blind merupakan bek Manchester United yang paling jarang melakukan pelanggaran (0,4 pelanggaran per pertandingan) dan rata-rata total sapuan, blok, dan intersepsinya terbaik kedua di tim (8,3 total sapuan, blok, dan intersepsi per pertandingan).
Oleh karena itu, memang layak rasanya dirinya menjadi pemegang BPS tertinggi saat ini untuk kategori pemain bertahan.
Laurent Koscielny
Gol dan catatan tidak kebobolan menjadi faktor kunci tingginya nilai BPS milik bek asal Prancis ini. Dua gol dan 4 kali tidak kebobolan memberikannya total 242 BPS, sekaligus menjadi yang tertinggi di Arsenal.
Ya, jauh lebih tinggi dibandingkan pencetak gol terbanyak Arsenal saat ini, Alexis Sanchez, yang hanya mencatatkan 211 BPS.
Dibandingkan rekannya di lini belakang yang harganya lebih mahal, Hector Bellerin, Koscielny pun memiliki akurasi operan yang lebih tinggi (87,8%) dan rata-rata total sapuan, blok, dan intersepsi lebih baik (10 total sapuan, blok, dan intersepsi per pertandingan).
Statistik-statistik inilah yang kemudian membantu Koscielny meraih BPS yang tinggi dan lebih besar kemungkinan mendapat bonus poin.
Cesar Azpilicueta
Keputusan Antonio Conte menggunakan skema tiga bek yang didukung dua bek sayap ternyata mampu menghasilkan pertahanan yang lebih stabil. Hasilnya, Chelsea menjadi tim yang tidak pernah kebobolan dalam 4 pertandingan terakhir di liga.
Hal ini pun secara tidak langsung berkontribusi pada BPS yang diperoleh bek-bek Chelsea, terutama Azplicueta. Sejak berganti skema, Azpilicueta berhasil meraih rata-rata 33,3 BPS per pertandingan. Lebih jauh dibandingkan rata-rata 18,2 BPS per pertandingan yang diraihnya selama 6 pertandingan sebelumnya.
Padahal, perolehan BPS-nya sempat dikhawatirkan akan menurun oleh para pengamat FPL karena posisinya digeser menjadi bek tengah dalam skema baru Conte. Akan tetapi, kekhawatiran ini pun sirna setelah “ajaibnya” dirinya mampu menyabet minimal 1 bonus poin dalam setiap pertandingan setelah berubah posisi.
Uniknya secara bertahan, Azpilicueta tidak memiliki statistik yang menonjol dibandingkan dua bek tengah Chelsea yang lain, David Luiz dan Gary Cahill, ataupun Marcos Alonso yang bermain sebagai bek sayap.
Bek berusia 27 tahun ini hanya berkontribusi rata-rata 5,2 total sapuan, blok, dan intersepsi setiap pertandingan atau lebih rendah daripada Luiz (7,5), Alonso (6), dan Cahill (5,8).
Sementara dalam hal tekel, walau lebih baik dibandingkan Luiz dan Cahill, Azpilicueta masih di bawah Alonso yang sampai saat ini justru belum pernah meraih bonus poin.
Kontribusi menyerangnya juga biasa-biasa saja. Rerata umpan kuncinya (0,5 per pertandingan) masih kalah dibandingkan Alonso (1,2 per pertandingan) dan baru 2 kali umpan silang dilakukannya hingga pekan ke-10.
Berada di peringkat 5 bek dengan BPS tertinggi, Azpilicueta pun menjadi sebuah tanda tanya mengapa dirinya bisa menjadi magnet BPS dengan statistik yang tidak begitu wah.
Kyle Walker
Bersama Romelu Lukaku dan Daley Blind, Walker merupakan pemain yang paling sering mendapatkan bonus poin FPL hingga GW 10. Bek kanan Tottenham ini telah mendapatkan bonus poin dalam 5 kesempatan berbeda musim ini.
Belum terkalahkannya Tottenham Hotspur dan menjadi tim yang paling jarang kebobolan musim ini merupakan salah satu faktor mengapa Walker bisa meraih BPS yang tinggi musim ini. Bersama Chelsea, Tottenham berhasil menjaga gawangnya tidak kebobolan sebanyak 5 kali.
Selain itu, kemampuan mengambil kembali penguasaan bola (recovery), intersepsi, dan umpan-umpan kunci dari sisi sayap juga menjadi senjata utama Walker menyabet poin-poin BPS. Tercatat saat menghadapi Leicester pekan lalu, Walker berhasil melakukan 7 kali recovery, 3 intersepsi, dan 3 umpan kunci.
Hasilnya? Walker masih bisa membawa pulang 1 bonus poin meski Tottenham bermain imbang 1-1 dan meninggalkan Jamie Vardy tanpa bonus poin walau mencetak asis.
Kesimpulan
Meraih bonus poin dari BPS yang dimiliki pemain bertahan mungkin sulit terjadi ketika seringnya bonus poin diberikan kepada mereka yang mencetak gol dan asis, sementara pemain bertahan tersebut tidak mencetak apa-apa.
Meski demikian, setelah dianalisis lebih dalam, ada beberapa pemain yang ternyata konsisten meraih BPS dan berkemungkinan besar mengonversinya menjadi bonus poin.
Total ada empat pemain—Blind, Koscielny, Azpilicueta, dan Walker—yang mampu menjadi magnet BPS yang konsisten bagi timnya masing-masing. Pemain-pemain ini mampu mencuri bonus dari penampilan apiknya dalam bertahan atau membantu penyerangan.
Akan tetapi, sebagian besar dari mereka ini masih sangat tergantung faktor-faktor lain seperti kebobolan atau tidaknya tim mereka. Ini sangat jelas terlihat pada Koscielny yang mendapatkan bonus poin hanya ketika dirinya mencetak gol atau saat Arsenal tidak kebobolan.
Blind dan Walker pun memiliki kecenderungan yang agak sama. Namun, dalam beberapa kesempatan, keduanya mampu menunjukkan bahwa meski kebobolan pun, mereka dapat merebut bonus poin tanpa harus mencetak gol maupun asis.
Contohnya, Blind pada GW 7 dan Walker pada GW 10 mampu mendapat 1 bonus poin ketika masing-masing timnya imbang 1-1.
Azpilicueta mungkin menjadi satu-satunya prospek yang menarik (menurut saya). Bermain untuk Chelsea yang selalu mencetak gol dan tidak kebobolan dalam 4 pekan terakhir, dirinya dapat mengalahkan pencetak gol ataupun asis Chelsea dalam hal perebutan bonus poin.
Sebuah misteri yang menarik untuk diamati dalam beberapa pekan ke depan.