Bagaimana kabar tim FPL-mu pekan lalu? Dapat panah hijau karena poinnya di atas rata-rata poin Gameweek (GW 8) atau panah merah karena memasang Sergio Aguero atau Christian Benteke sebagai kapten?
Ya sudahlah, mari kita tinggalkan hasil apa pun yang diraih pada pekan lalu dan susun strategi untuk menyongsong pekan selanjutnya.
Menjelang GW 9 yang akan berlangsung pada akhir pekan ini, kita akan membahas beberapa topik menarik yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para manajer FPL terkait transfer pemain, memilih kapten, atau menyusun formasi.
Apa saja topik-topiknya? Mari langsung kita lihat satu per satu.
Mencari Aston Villa yang baru
Manajer-manajer FPL musim lalu pasti masih ingat betapa menyenangkannya ketika ada pemainnya yang dijadwalkan bertanding dengan Aston Villa. “Selalu pasang pemain dan kapten dari tim yang akan bertanding dengan Aston Villa,” itulah kalimat sakti yang menjadi kunci pendulang poin musim lalu.
Berdasarkan pengalaman tersebut, menarik rasanya apabila kita dapat menemukan klub-klub mana yang setidaknya bisa menjadi “Aston Villa baru”. Memang, ini masih terlalu dini mengingat liga masih sangat panjang dan bahkan belum mencapai separuh perjalanan.
Akan tetapi, menerka dan menganalisis lebih dini tim yang sekiranya bisa menjadi calon lumbung poin musim ini tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi para manajer FPL.
Delapan pekan telah berlalu dan pola yang sama seperti Aston Villa terlihat pada penampilan dua klub yang sama-sama berada di papan bawah klasemen Liga Primer Inggris saat ini, yaitu Hull City dan Sunderland. Bagaimana keduanya bisa menjadi calon “Aston Villa baru” musim ini?
Mike Phelan, yang ditunjuk sebagai pengganti Steve Bruce di kursi pelatih Hull City musim ini ternyata masih sulit membawa tim asuhannya untuk menghindari ancaman degradasi. Meski masih berada dua peringkat di atas zona degradasi, Hull belum pernah kembali mencicipi poin penuh di liga sejak kemenangan atas Swansea di GW 2.
Pola hasil pertandingan Hull awal musim ini pun hampir sama seperti Aston Villa musim lalu. Menang di pekan pertama, Aston Villa secara beruntun gagal meraih poin penuh di pekan-pekan berikutnya. Pada GW 8 musim lalu, Aston Villa hanya meraih 4 poin dari hasil 1 kemenangan, 1 imbang, dan 6 kekalahan.
Berbeda sedikit dengan Villa, Hull mampu menang di dua pertandingan awal musim lalu. Namun, nasib mereka di pekan-pekan selanjutnya sama seperti klub yang terdegradasi pada musim lalu tersebut. Pada GW 8 musim ini, Hull baru meraih 7 poin dari hasil 2 kemenangan, 1 imbang, dan 5 kekalahan.
Dari kondisi tim, Hull memiliki masalah yang berbeda dengan Villa. Namun, kalau mau dibilang, keduanya memiliki masalah yang sama buruknya. Musim lalu, Villa lebih bermasalah dengan kondisi mental tim dan kehilangan pemain-pemain kuncinya seperti Christian Benteke, Fabian Delph, dan Ron Vlaar.
Sementara itu, Hull musim ini lebih bermasalah dengan kedalaman tim dan banyak pemain yang silih berganti absen seperti Allan McGregor, Michael Dawson, Moses Odubajo, dan Andrew Robertson.
Di GW 9 besok, Hull akan menghadapi Stoke City di kandang sendiri. Meski bermain di kandang, Hull memiliki rekor kandang yang tidak begitu baik musim ini. Hull belum pernah mencatatkan clean sheet di kandang. Bahkan, 8 gol sudah bersarang ke gawang Hull dalam 4 laga kandang yang dijalaninya atau kedua terbanyak di liga.
Selain itu, Hull City juga merupakan tim yang paling sedikit mencetak gol di kandang sampai pekan ke-8 FPL musim ini dengan 3 gol. Kabar baik bagi pemilik bek-bek Stoke, Marko Arnautovic, ataupun Joe Allen? Let’s see.
Sekarang kita berpindah Sunderland. Hingga pekan ke-8, Sunderland memiliki catatan hasil pertandingan yang lebih buruk dibandingkan rival sekotanya, Aston Villa. The Black Cats belum meraih kemenangan satu pun dan harus meratapi nasibnya berada di dasar klasemen saat ini.
Akan tetapi, catatan buruk di awal musim ini sebenarnya sudah menjadi santapan umum bagi Sunderland dalam tiga tahun terakhir. Mereka hobi tampil buruk di paruh awal dan kemudian tampil bak seorang pahlawan kesiangan di pertandingan-pertandingan penghujung musim.
Untuk itu, mungkin lebih tepat untuk mengatakan Sunderland sebagai “Aston Villa baru” (hanya) untuk awal musim.
Ajang cuci tangan Diego Costa
Setelah berhasil melalui pertandingan melawan Leicester tanpa terkena kartu pada pekan lalu, Costa setidaknya bisa bermain lebih “lepas” saat menghadapi Manchester United di Stamford Bridge.
Ya, dirinya memang masih berjarak 1 kartu lagi dari larangan bermain. Akan tetapi, jika besok Minggu mendapatkan kartu kuning, dirinya hanya perlu menjalani larangan bermain 1 pertandingan saat Chelsea kontra West Ham United di ajang Piala Liga.
Mengalahkan mantan manajernya, Jose Mourinho, pun menjadi ambisi tersendiri bagi pemain bermuka tua timnas Spanyol ini. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Costa memiliki hubungan buruk dengan pria berkebangsaan Portugal ini yang akhirnya berujung pada pemecatan dirinya.
Manchester United juga masih disibukkan dengan laga tengah pekan menghadapi Fenerbahce di ajang Liga Europa. Faktor stamina dan rotasi pemain akan menjadi kunci mengingat pertandingan selanjutnya menghadapi Chelsea hanya berjarak kurang dari 3 hari.
Chelsea sendiri diuntungkan dengan tidak mengikuti kompetisi Eropa musim ini dan bisa fokus dalam laga penuh emosi tersebut.
Semua hal yang telah disebutkan itu tentunya menjadi bumbu-bumbu penyemangat tersendiri bagi Costa untuk menambah pundi-pundi golnya pada GW 9. Sekarang kembali kepada para manajer FPL, tertarikkah Anda memasang Costa sebagai kapten?
Sang pengadil lapangan hijau
Mike Dean, yang telah memberikan 5 hadiah penalti dalam 7 pertandingan terakhir yang dipimpinnya akan menjadi wasit pertandingan Arsenal vs Middlesbrough. Sebuah catatan yang tentunya menarik untuk pemilik Santi Cazorla, selaku eksekutor utama penalti Arsenal.
Sayangnya, pendapat berbeda mungkin ditunjukkan oleh pendukung Arsenal. Sosok Mike Dean lebih dikenal sebagai musuh dari tim yang mereka dukung tersebut. Wasit berusia 48 tahun tersebut sering memberikan keputusan-keputusan kontroversial saat memimpin pertandingan Arsenal.
Bahkan, dari 59 pertandingan Arsenal yang pernah dipimpinnya, praktis hanya 3 tendangan penalti yang diberikan.
Jadi, apakah ini menjadi kabar baik atau buruk untuk para manajer pemilik pemain Arsenal?
Sementara itu, lain kisah terjadi di klub kota London lainnya, yaitu West Ham United. FA telah menetapkan Robert Madley untuk memimpin pertandingan West Ham vs Sunderland pada Sabtu besok. Madley sendiri tercatat telah mengeluarkan 3 hadiah penalti dari 5 pertandingan yang dipimpinnya musim ini.
Bagi pendukung West Ham, Madley bisa dibilang merupakan salah satu wasit favoritnya. Selama dipimpin oleh wasit asal West Yorkshire ini, West Ham belum pernah sama sekali mengalami kekalahan.
Bahkan, dalam 4 pertandingan yang dipimpinnya tersebut, 2 tendangan penalti telah diberikan untuk tim asal London Barat tersebut (walau keduanya diberikan bukan pada pertandingan liga, melainkan Piala Liga).
Joe Allen, Etienne Capoue yang baru?
Dengan harga lebih murah 0.4 poundsterling dibandingkan Capoue, Allen menjadi pemain kedua terbanyak yang ditransfer masuk pada pekan ini setelah Theo Walcott.
Tak hanya karena performanya yang sedang apik, Allen juga menjadi incaran banyak manajer FPL karena Stoke memiliki jadwal yang bersahabat dalam beberapa pekan ke depan.
Adapun meningkatnya performa pemain timnas Wales ini dikarenakan posisi bermainnya yang berubah di Stoke. Dalam 3 GW terakhir, Allen diberikan kebebasan untuk lebih menyerang dengan diposisikan tepat di belakang penyerang. Hasilnya? Empat gol dicetaknya secara beruntun dalam 3 pekan.
Apabila dibandingkan dengan Capoue saat masih berjaya-jayanya, performa Allen semenjak berpindah posisi menunjukkan statistik FPL yang lebih baik. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gol-gol yang diciptakan Allen memang menunjukkan betapa baik dirinya menciptakan peluang dan memberikan ancaman pada gawang lawan, tidak seperti Capoue yang boleh dibilang golnya lebih banyak dinaungi “keberuntungan”.
Oke, secara statistik bisa dikatakan bahwa Allen adalah versi upgrade dari Capoue. Pertanyaannya sekarang adalah sampai kapan Allen bisa melanjutkan performa apiknya ini? Apakah dia akan sama seperti Capoue yang setelah dibeli oleh banyak manajer FPL langsung melempem?
Penulis sendiri pun tidak tahu jawabannya. Akan tetapi, bagi para manajer yang belum memiliki Capoue dalam timnya atau ingin menambah bujet belanja miliknya mungkin bisa mencoba jasa pemain Stoke ini dalam beberapa pekan (setidaknya hingga pekan ke-14).