Beberapa hari ini, geliat Tiongkok dalam percaturan sepak bola dunia sangat terasa. Dimulai dari pembelian pemain berpengalaman, menjalin kerja sama, hingga ambisi besar dari pemerintah Negeri Tirai Bambu itu sendiri. Jangan heran apabila dalam beberapa tahun ke depan, Tiongkok akan menguasai sepak bola asia dan mungkin dunia.
Semua berawal dari perencanaan, dan ambisi yang menyertainya. Ambisi yang ditiupkan oleh sang pemimpin sendiri. Presiden Xi Linping menegaskan bahwa Tiongkok berencana menggandakan pemasukan negara dalam bidang olahraga pada tahun 2025 seperti dirilis The Telegraph. Bahkan, Tiongkok akan menyiapkan diri menjadi calon tuan rumah Piala Dunia 2030.
Dari rencana dan ambisi tersebut, sepak bola Tiongkok mulai bergeliat. Merekrut pemain berpengalaman adalah langkah investasi dan pemasaran yang paling sederhana.
Tentu pembaca masih ingat dengan nama Didier Drogba dan Nicolas Anelka yang bermain untuk Shanghai Shenhua. Lebih gilanya lagi, masih menurut The Telegraph, saat ini ada 25 orang Brasil, baik pemain dan pelatih, yang sedang mencari nafkah di China Super League. Mulai dari Robinho dan Luiz Felipe Scolari di Guangzhou Evergrande, Renato Augusto (Beijing Guoan), Gil dan Mano Menezes (Shandong Luneng), hingga Wanderlei Luxemburgo (Tianjin Quanjin).
Terbaru, tentu Gervinho yang diboyong Hebei Fortune dengan banderol 12 juta poundsterling. Belum lagi Ramires, gelandang pekerja milik Chelsea yang diangkut ke Tiongkok oleh Jiangsung Suning dengan mahar hingga 25 juta poundsterling meski belum ada konfirmasi resmi. Kedua pemain tersebut akan menyusul Asamoah Gyan, Demba Ba, Tim Cahill, dan Paulinho yang sudah lebih dulu menikmati guyuran Renminbi di negara yang berbatasan dengan Rusia tersebut.
Selain investasi waktu dan ilmu dari para pemain dan pelatih, perusahaan multinasional, Ledman, juga ikut bergerak. Saat ini, perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur peralatan elektronik tersebut sudah menjadi sponsor resmi Segunda Liga (divisi 2 Portugal).
Mulai musim depan, Segunda Liga akan berubah nama menjadi LigaPro. Dan, sebagai bagian dari kerja sama antara Ledman dengan Liga Portugal, musim depan Tiongkok akan mengirimkan sepuluh pemain dan tiga asisten pelatih untuk disertakan di klub yang bercokol di sepuluh besar Segunda Liga.
Kerja sama ini jelas akan mengatrol jumlah peminat Segunda Liga yang rata-rata penontonnya hanya 725 orang. Well, setidaknya menarik peminat dari pemirsa Tiongkok.
Pasar Liga Portugal memang masih kalah jauh dibandingkan Premier League, La Liga, atau Serie A di Tiongkok. Dari sisi ekonomi, kerja sama denga Ledman memberi peluang bagi Liga Portugal untuk mengembangkan sayap ke Asia.
Bagi Tiongkok sendiri, peluang “menyekolahkan” pemain dan pelatih ke Portugal jelas sebuah visi yang ciamik. Untuk jangka panjang, langkah ini akan memberi profit yang bisa dirasakan banyak pemain sepak bola Tiongkok ketika perwakilan-perwakilan tersebut mudik.
Nah, tidak ingin ketinggalan dengan geliat perusahaan seperti Ledman, seorang billionaire bernama Guo Guangchang membeli saham Gestifute, yang diwakili oleh Jorge Mendes, sang agen pemain super. Kerja sama ini akan diwujudkan dalam bentuk pendirian ratusan akademi sepak bola di Asia Tenggara. Jika kerja sama ini berjalan dengan baik, Tiongkok akan mendapatkan akses ke pemain-pemain muda potensial di sepanjang garis Khatulistiwa.
Bentuk investasi lain yang dilakukan perusahaan swasta asal Tiongkok adalah mengontrol klub-klub di Eropa seperti Slavia Prague dan Sochaux. Salah satu perusahaan swasta tersebut bahkan sudah memiliki saham di Atletico Madrid. Menyusul investasi yang dilakukan oleh “raja-raja Minyak”, dalam beberapa tahun ke depan, bukan sebuah kemustahilan apabila perusahaan swasta atau bahkan perusahaan milik pemerintah Tiongkok mulai mengambil alih salah satu klub di Premier League.
Saat ini, Premier League adalah liga paling mahal di dunia. Dengan kata lain, uang dalam jumlah gigantic beredar di Liga Inggris.
Selain keuntungan finansial, gengsi dan citra diri tentu akan terangkat dengan memiliki salah satu klub di Negerinya Ratu Elizabeth tersebut. Apalagi, basis fans klub-klub Inggris di Tiongkok luar biasa besar. Bahkan, John Terry, kapten Chelsea yang menjadi pemain paling digemari di Tiongkok pun sudah dianggap sebagai “Captain China”, sebuah perbandingan dengan kebesaran nama Captain America.
Jangan lupakan juga kunjungan Presiden Xi ke kompleks latihan Manchester City bulan Oktober 2015 yang lalu dan sempat selfie dengan Sergio Aguero. Oleh The Telegraph, kunjungan tersebut dipandang sebagai usaha Presiden Xi menggaris bawahi perubahan wajah sepak bola Tiongkok mulai dari level akar rumput.
Seperti “ucapan selamat datang”, Presiden Xi menyatakan kepada dunia bahwa sepak bola Tiongkok mulai bergeliat lebih liar dan berambisi. Tiongkok melandasi ambisinya dengan perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan.
Tentu di akhir tulisan kurang gurih apabila tidak membahas: Bagaimana dengan sepak bola Indonesia? Ah, nanti dulu saja. Ketika meredam ego pribadi dan menepis keinginan untuk berbuat dosa sepak bola adalah perkara susah, tidak selayaknya kita berbicara masa depan. Patut penulis tegaskan, semua rencana gilang gemilang masa depan akan dilandasi pada kualitas Sumber Daya Manusia.
Ah, ketika membiayai tim scouting aja enggan dan lebih suka dengan seleksi dadakan, mau sampai mana kita mau mengukur langkah sepak bola lokal?