Manakala kesebelasan sepakbola di Eropa berlomba-lomba mengencangkan ikat pinggang akibat pandemi Corona, hal sebaliknya justru dilakukan Chelsea. Pada musim panas ini, klub yang dimiliki Roman Abramovich tersebut mengamuk dengan jor-joran di bursa transfer pemain. Total, ada 14 penggawa anyar The Blues dan salah satunya adalah pria asal Senegal bernama lengkap Edouard Osoque Mendy.
Kalau dibandingkan dengan rekrutan baru Chelsea lain semisal Ben Chilwell, Kai Havertz, Thiago Silva, Timo Werner, dan Hakim Ziyech, nama Mendy jelas kalah beken. Walau demikian, ia dianggap sebagai perekrutan penting dan membuat tim asuhan Frank Lampard semakin kompetitif.
Presensi Kepa Arrizabalaga di bawah mistar dinilai tidak memberi rasa aman dan nyaman yang dibutuhkan. Setiap kali Kepa berlaga, fans kerap dilanda kecemasan. Alasannya klasik, kiper berkewarganegaraan Spanyol itu seringkali melakukan blunder konyol yang merugikan Chelsea.
Padahal, banderolnya saat diboyong dari Athletic Bilbao tergolong selangit yakni 71,6 juta Poundsterling sekaligus mengukuhkannya sebagai kiper termahal di planet Bumi.
Pada musim pertamanya merumput di Stadion Stamford Bridge, Kepa tampil 54 kali dan kebobolan 50 kali. Musim keduanya berseragam The Blues malah semakin buruk. Hanya dimainkan di 41 pertandingan, kiper berusia 26 tahun ini terpaksa memungut bola dari gawangnya sebanyak 56 kali!
Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai biang keladi jeleknya performa Kepa, mulai dari tinggi badannya yang cuma 185 sentimeter, seringnya ia melakukan blunder sampai ketidakmampuannya memanggul beban sebagai kiper termahal dunia. Keadaan inilah yang akhirnya mendorong manajemen Chelsea memboyong Mendy dari klub Prancis, Stade Rennais.
Mendy dinilai punya kemampuan teknis apik sebagai penjaga gawang. Terlebih posturnya juga lebih meyakinkan, 196 sentimeter. Pemilihan Mendy oleh manajemen Chelsea juga tak lepas dari pengaruh Petr Cech yang menjabat sebagai Direktur Teknik.
Dalam wawancara yang disadur dari inews, Lampard berujar, “Kiper merupakan posisi yang sangat khusus dan Cech sangat mengetahui (kebutuhan pemain) di posisi tersebut”.
Konon, Mendy sudah dipantau manajemen The Blues selama dua musim belakangan sampai akhirnya resmi didatangkan ke London Barat pada musim panas ini.
Apalagi Cech sendiri adalah bekas penggawa Rennes sebelum bergabung ke Chelsea. Kedekatannya dengan manajemen kubu Les Rouge et Noir diyakini sebagai faktor kunci mudahnya proses kepindahan sang pemain usai banderol sebesar 30 juta Poundsterling disepakati.
Karier yang Penuh Liku
Keputusan Chelsea memboyong Mendy rupanya tidak salah. Berbagai catatan elok sukses diukirnya semenjak melakoni debut. Mulai dari kiper pertama setelah Cech di tahun 2004 silam yang mampu menorehkan cleansheet di tiga pertandingan Liga Primer Inggris yang dilakoni The Blues, hingga melambung sebagai penjaga gawang Chelsea pertama yang bikin rekor nirbobol dalam lima partai beruntun selama satu dekade pamungkas.
Berkat penampilan mengesankan yang dipamerkannya, Mendy kini menyandang status kiper nomor satu di Stadion Stamford Bridge menggeser Kepa.
Hal ini sendiri membuat rasa khawatir pendukung Chelsea mengenai keamanan gawangnya saat bertanding perlahan-lahan memudar. Bisa dikatakan, Mendy jadi idola baru fans The Blues di manapun berada.
Akan tetapi, sebelum kini digandrungi suporter Chelsea, ada cerita kelam dalam karier sepakbola Mendy. Usut punya usut, kariernya tak semulus yang dibayangkan orang.
Enam tahun silam, ia tak memiliki klub sebab kontraknya tak diperpanjang oleh Cherbourg. Klub asal Prancis itu melepas Mendy karena terdegradasi ke divisi empat dalam piramida sepakola Negeri Anggur. Satu-satunya jalan untuk mereduksi pengeluaran tentu dengan melepas beberapa penggawa dan Mendy termasuk ke dalamnya.
Kondisi itu dipersulit dengan hamilnya sang pacar dan membuat kebutuhan Mendy akan uang sangat tinggi. Dalam situasi genting, ia coba mencari pekerjaan di luar keahliannya bermain sepakbola. Hal ini dilakukan sebab agennya gagal menemukan klub baru yang berkenan menggunakan jasanya.
Bersamaan dengan itu, Mendy ikut latihan bersama tim masa mudanya, Le Havre, guna menjaga kebugaran. Harapan untuknya pun bersemi setelah Olympique Marseille mengundangnya buat melakoni trial dan ditawari pos kiper keempat tim. Meski kesempatan mainnya di tim utama sangat tipis, tetapi Mendy tak menolaknya.
Selama semusim, Mendy bermain untuk tim Marseille B sebanyak 8 kali. Aksi-aksinya lantas menarik perhatian Stade Reims yang saat itu berkompetisi di Ligue 2. Kesempatan bergabung dengan skuad inti Reims pun disambarnya. Tak peduli bahwa awalnya ia tak jadi pilihan nomor satu.
Benar saja, setelah banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan pada musim pertama, nasib Mendy berubah drastis di musim kedua.
Ia mendapat kepercayaan pelatih buat mengawal jala Les Rouge et Blanc. Kesempatan itu pun tak disia-siakanya. Pada musim 2017/2018, Mendy bermain 34 kali, kebobolan 21 kali dan sukses mencatat nirbobol di 18 partai. Reims sendiri sukses menjadi kampiun Ligue 2 dan berhak atas satu tiket promosi ke Ligue 1 musim 2018/2019.
Kisah yang ditulisnya bersama Reims jadi makin brilian karena Mendy tampil ciamik sepanjang Ligue 1 musim 2018/2019. Dari 38 pertandingan yang ia mainkan, pria dengan paspor Senegal ini membukukan 14 laga nirbobol. Tak heran bila akhirnya Rennes kepincut dan meminangnya jelang musim 2019/2020.
Walau secara statistik Mendy tak kelewat mengilap selama beraksi di Stadion Roazhon Park, tetapi kemampuannya sebagai kiper amat diakui. Nilai positif itulah yang membulatkan tekad Cech buat membawanya ke London Barat dan menggantikan Kepa sebagai penjaga gawang utama.
Dengan impresi positif yang sukses dibuat Mendy sejak bergabung dengan Chelsea, kini publik menunggu performa konsistennya dalam menjaga gawang serta memberi komando ke rekan-rekannya di sektor belakang.
Jika ia mampu menunjukkan performa gemilang, perasaan cemas di dada suporter The Blues saat tim kesayangannya bertanding akan musnah secara perlahan. Pasalnya, mereka sudah punya sosok kiper setangguh Mendy.