Jerome Boateng dan Touchdown ala American Football

Penulis baru menyempatkan mengunjungi situsweb Fandom sesaat setelah muncul ulasan taktikal yang lengkap perihal pertandingan Bayern Muenchen lawan Borussia Dortmund semalam.

Karena kemampuan penulis membuat artikel mengenai ulasan taktik sangat minim dan terbatas, maka di sini penulis mencoba memberikan sudut pandang berbeda tentang bagaimana laga Der Klassiker akhir pekan lalu adalah contoh yang baik untuk melihat kemampuan tersembunyi Jerome Boateng sebagai quarterback yang brilian.

QB, istilah beken untuk menyebut seorang quarterback (QB), adalah posisi esensial dalam sebuah tim American Football. Keberadaannya sangat menentukan corak dan gaya permainan sebuah tim. Tom Brady, jelas menjadi primadona untuk standar QB yang terbaik. Pemain berusia 38 tahun ini masih tercatat sebagai salah satu QB terbaik yang masih aktif bermain di NFL dan membela New York Patriots.

Dalam kartun Eyeshield 21 pun juga ada beberapa karakter anime yang merepresentasikan pemain quarterback yang bagus. Ada Hiruma di Deimon, atau The Kid di Seibu Gunmen. Perannya pun sama pentingnya.

Pemain di posisi QB ini adalah penentu set play apa yang akan digunakan sebuah tim saat bertahan atau menyerang. Dan idealnya seorang QB, selain visi bermain dan kemampuan menentukan jenis strategi yang baik, seorang QB juga diwajibkan memiliki kemampuan bagus dalam melepas umpan jauh untuk ditangkap para receiver.

Selain kemampuan menangkap bola bagus yang harus dimiliki para receiver, kemampuan seorang QB dalam melepas umpan pun juga harus brilian agar bisa meraih touchdown dengan efisien dan taktis.

Dan di sinilah kemudian muncul Jerome Boateng dengan kemampuan long pass-nya yang luar biasa. Di Bayern sendiri, sebenarnya ada sosok QB sempurna dalam diri Xabi Alonso. Karena memang, beberapa pemain di posisi deep lying playmaker sudah sewajarnya memiliki kemampuan long pass yang baik. Andrea Pirlo atau Xavi Hernandez misalnya. Bisa juga ditambahkan beberapa nama seperti Santi Cazorla dan Michael Carrick.

Namun ketika seorang Jerome Boateng yang beberapa bulan lalu sempat dikelabui Lionel Messi dan notabene juga merupakan seorang bek namun mampu dua kali melepas umpan jauh yang berujung gol, agaknya penulis merasa memiliki alasan untuk sedikit berlebihan dalam melihat kualitas Boateng perihal long pass ini.

Senada dengan analisis tentang long pass Boateng yang mejadi pemecah blok struktural dalam skema bertahan Dortmund, penulis juga melihat bahwa Boateng mampu menerjemahkan dengan baik gerak tanpa bola yang dilakukan para pemain lini serang Bayern yang aktif bergerak membuka ruang.

Ditambah, ada sosok Thomas Mueller di situ. Mueller adalah segala yang dibutuhkan semua tim untuk menjadi sebuah tim ofensif. Dia konstan bergerak dan mencari celah di pertahanan lawan.

Namun sebaik apa pun Mueller dalam mencari ruang, tetap dibutuhkan sebuah umpan yang bisa membuka gerendel pertahanan Dortmund dan memaksa pemain Dortmund mengabaikan skema bertahannya. Gol pertama Mueller dan gol pertama Lewandowski kemudian adalah wujud nyata dari kemampuan luar biasa Boateng dalam melepas umpan panjang yang tidak hanya tepat sasaran, tapi juga berujung gol.

Penulis, dahulunya selalu beranggapan bahwa peran quarterback sangat mirip dengan peran trequartista seperti yang dilakoni Manuel Rui Costa atau Juan Riquelme di masanya. Belum lagi, visi bermain seorang QB sangat menunjang untuk dipadu-padankan dengan kreativitas seorang playmaker dalam memberikan through pass atau mengatur ritme permainan dalam sepak bola.

Namun, karena evolusi sepak bola modern, sekali lagi, sudah mencapai titik tertingginya, kehadiran Boateng sebagai pemain bertahan dengan kemampuan umpan jauh yang akurat tentunya menambah euforia tersendiri bagi kita untuk melihat apalagi yang ditawarkan sepak bola modern di masa mendatang.

Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti, Manuel Neuer akan tertarik untuk belajar kepada Boateng cara melepas long pass yang baik dan bisa berujung gol.

Dua umpan panjang Boateng saat melawan Borussia Dortmund yang dikonversi dengan baik menjadi gol masing-masing oleh Mueller dan Lewandowski adalah bukti bahwa dalam sepak bola, kajian di dalamnya selalu punya sisi menarik untuk dilihat dan ditelusuri dengan kacamata yang berbeda.

Ketidakmampuan penulis dan mungkin beberapa orang seperti penulis dalam menulis dan membuat ulasan taktikal dengan gambar dan grafis, bisa coba dialihkan dengan mengambil angle yang berbeda dalam sebuah tulisan atau artikel tentang sepak bola.

Sepak bola selalu punya cerita, bagi para pelatihnya, pemainnya, penulisnya, penganalisis taktiknya, dan bagi semua orang yang berminat membahas sepak bola dengan sudut pandang yang baru dan segar.

Toh, Jerome Boateng yang seorang bek tengah saja mampu membuat long pass yang baik, lalu kenapa Anda tidak merasa mampu menulis sepak bola yang baik pula?

Komentar

This website uses cookies.