Liga 1, kompetisi kasta tertinggi sepakbola tanah air, kemungkinan besar mundur. Sebelumnya dalam Kongres PSSI di Bandung, Liga 1 akan diselenggarakan pada 28 Maret 2017.
Sebulan kemudian, 28 April 2017, Liga 2 (dulunya Divisi Utama) akan kick-off. Dengan adanya kemungkinan mundur dari Liga 1, tentu akan mengganggu Liga 2 dan Liga Nusantara. Hanya saja, jika benar-benar mundur, Liga 2 kemungkinan akan coba diatur agar bisa mulai bersamaan dengan Liga 1.
Seperti biasa, memang tak pernah ada yang pasti dengan liga kita. Sejak era Perserikatan dan Galatama, lalu Liga Indonesia, hingga Indonesia Super League, dan sekarang Liga 1, ketidakpastian adalah hal yang pasti.
Jadwal bisa mundur. Laga yang sudah terjadwalkan bisa diubah sewaktu-waktu, seperti yang juga terjadi di Indonesia Soccer Championsip (ISC) tahun lalu. Hal ini tentu tidak menguntungkan dari berbagai sisi.
Mundurnya liga ini akan membuat manajemen klub kembali mengatur rencana. Pertama yang perlu mereka lakukan adalah rencana memberi kontrak pemain.
Kebiasaan klub yang memberi kontrak semusim dengan rentang waktu sekitar 10 bulan tentu perlu ada perubahan, karena jika mulainya mundur, maka selesainya pun mundur.
Klub yang belum sempat memberi kontrak pun tampaknya akan lebih memilih menunda melakukan penandatanganan dikarenakan ingin menunggu kepastian kapan liga akan dimulai, agar nilai kontrak bisa disesuaikan.
Di satu sisi ini merugikan pemain karena mereka berada dalam ketidakpastian. Tapi, sejatinya manajemen juga harap-harap cemas.
Sudah barang biasa terjadi jika pemain di Indonesia kerap loncat ke sana-sini jika tidak ada kejelasan. Mereka yang secara verbal mengatakan sudah sepakat, bisa tiba-tiba menjalin komunikasi dengan pihak lain atau bahkan langsung pindah ke klub lain dan menjalani latihan bersama tim baru.
Dari aspek bisnis, ketidakpastian ini menjadi persoalan pula. Misalnya, durasi kontrak sponsor umumnya menyebut satu musim kompetisi, pertanyaannya kemudian itu berdurasi berapa lama? Sepuluh bulan, 12 bulan, atau berapa?
Kedua belah pihak bisa sama-sama rugi. Misalnya, klub A menjalin kerjasama dengan perusahaan kopi untuk satu musim, nilainya 2M. Jika satu musim itu 10 bulan dan dimulai di bulan Januari ini (pra musim), maka kontrak akan selesai pada bulan Oktober.
Tapi, ternyata karena liga mundur, maka molor sampai November. Apakah sponsor tetap akan dipajang di jersey atau media promo lainnya?
Jadi, perlu ada renegosiasi atau melihat kembali addendum kontrak yang mengatur tentang hal seperti ini.
Ketiga, persiapan teknis. Jika Anda terbiasa menyaksikan persiapan klub-klub sepakbola sebelum kompetisi dimulai, maka mereka ada masa istirahat atau liburan pemain, lalu menggelar training camp.
Pemusatan latihan ini bertujuan untuk mengembalikan kebugaran pemain, lalu melatih skema kerjasama antarpemain. Pelatih akan mengatur, berapa hari yang dibutuhkan untuk untuk mengembalikan kebugaran, berapa lama untuk melatih skema A, B, dan C.
Semua program itu bertujuan satu hal: ketika liga dimulai, seluruh pemain ada dalam kondisi terbaiknya dan berada dalam top performa untuk memulai kompetisi. Awal musim sangat krusial, baik buruknya permainan akan memengaruhi pencapaian musim itu dan penting untuk menjaga psikologis seluruh elemen tim.
Jika liga mundur, maka program yang sudah disusun jauh-jauh hari tentu akan buyar. Ada satu klub peserta Liga 1 yang serius merancang program selama 45 hari.
Kenapa 45 hari? Karena mereka mulai mengumpulkan pemain dan latihan awal selama 10 hari yang dititikberatkan pada masalah kebugaran, lalu mulai ke fase berikutnya setelah manual liga dan jadwal pertandingan diterima.
Jika liga mundur, maka program itu tak lagi ada gunanya. Pelatih kembali memutar otak untuk menyusun program latihan kembali. Termasuk memikirkan agar pemain tidak jenuh karena hari-harinya diisi dengan latihan dan latihan terus tanpa tahu kapan akan mulai bertanding.
Untuk menyiasati itu sepertinya turnamen akan kembali digelar dan diikuti oleh klub Indonesia. Sejauh ini sudah akan ada Dirgantara Cup di Yogyakarta dan Piala Suratin di Jawa Tengah.
Bagi klub Liga 1 rasanya juga akan ada. Tapi, turnamen di pramusim bagai buah simalakama. Tidak diikuti nanti klub bisa rugi finansial maupun teknis, jika ikut bisa jadi nanti ada kejadian yang bisa mengganggu tim ketika liga mulai berlangsung.
Jadi, ada baiknya, operator baru Liga Indonesia Baru segera memutuskan kapan liga akan dimulai. Jika mundur pun tak apa, tapi yang penting ada kejelasan.
Ayo tata kelola kompetisi terus dibenahi, syukur-syukur suatu saat bisa seperti Liga Inggris atau top lain yang hingga tiga musim ke depan, jadwal pertandingan liga pun sudah keluar.