Juventus (2-1) Real Madrid: Adu Pressing

Juventus berhasil memenangi laga leg pertama semifinal Liga Champions musim 2014/15 melawan Real Madrid. Setelah absen selama 12 tahun dari babak semifinal, Si Nyonya Tua mampu menunjukkan bahwa mereka masih bisa dianggap sebagai salah satu kekuatan tradisional persepakbolaan Eropa.

Starting Line-Up Juventus dan Real Madrid
Starting Line-Up Juventus dan Real Madrid

Susunan Pemain

Dari kubu Juventus, formasi 4-1-2-1-2 narrow diamond kembali digunakan oleh Massimiliano Allegri. Bahwa Juventus akan mengunakan formasi ini sejak awal, sebenarnya sudah bisa diperkirakan. Melimpahnya stok gelandang tengah milik Bianconeri yang fasih memainkan sepak bola dengan gaya mereka saat ini menjadi pertimbangan utama. Selain itu, dengan bermain secara narrow, secara alami, sebuah tim akan bermain rapat di tengah. Dengan demikian, soliditas pertahanan pun akan lebih terjaga. Lewat dua pertimbangan ini, formasi 4-1-2-1-2 pada akhirnya menjadi pilhan paling logis. Dari susunan pemain yang mengisi starting line-up, ada satu nama kejutan, yakni Stefano Sturaro. Alih-alih memainkan Roberto Pereyra sebagai pemain no. 10, Allegri memilih untuk mendorong Arturo Vidal ke depan dan memainkan Sturaro di tempat reguler Vidal.

Sementara itu, dari kubu Real Madrid, Carlo Ancelotti memainkan pola klasik 4-4-2. Sergio Ramos dan Toni Kroos kembali didaulat untuk mengisi posisi pivot kembar di tengah diapit oleh James Rodriguez dan Isco di kanan-kiri mereka. Chicharito Hernandez, meski menjadi penentu kelolosan Los Blancos ke semifinal masih belum mendapat kepercayaan penuh dari Carletto. Ekspelatih Parma dan AC Milan tersebut memilih untuk menduetkan Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale di lini serang. Di pos lainnya, juga tidak ada perubahan selain Marcelo yang kembali menjadi starter usai menjalani hukuman akumulasi kartu kuning.

Jalannya pertandingan

Real Madrid berusaha untuk menekan Juventus sejadi-jadinya dengan memainkan strategi pressing blok tinggi. Hal ini terlihat jelas terutama ketika Juventus mendapatkan tendangan gawang. Untuk melakukan ini, Real Madrid menggunakan dua penyerang serta dua sayap mereka untuk membentuk formasi pressing. Tujuan pressing jenis ini sudah jelas, yaitu untuk memaksa pemain-pemain Juventus melakukan kesalahan di sepertiga pertahanan sendiri atau untuk memaksa mereka melepaskan umpan jauh yang tentu antisipasinya akan lebih mudah.

BACA JUGA:  Pudarnya Pesona Marcelo

Secara umum, pressing ini berhasil membuat Juventus kesulitan mengembangkan permainan yang berkelanjutan dari belakang ke depan. Beberapa kali Juventus sukses lolos dari pressing di depan tetapi kemudian serangan mereka mampu dimentahkan oleh duet Kroos-Ramos di tengah. Atau, kalau pun Juve memutuskan (atau dipaksa) untuk melakukan umpan jauh (dan mem-bypass lini tengah), pemain-pemain belakang Madrid sukses memotong bola-bola lambung tersebut.

Struktur pressing Madrid fase pertama: James, Bale, Ronaldo, dan Isco menjadi lapis pertama dari formasi pressing fase pertama. Bale lebih banyak berdiri dekat dengan Pirlo ketimbang Ronaldo. James dan Isco berperan sebagai cover. Bila dibutuhkan dan memungkinkan, James akan berdiri lebih maju sejajar dengan lini serang, sementara Isco akan berjaga di belakang ketiganya. Lingkaran abu-abu menunjukkan apa yang baru dijelaskan. Lingkaran oranye menunjukan tipe pressing yang intensitasnya akan meningkat saat tiga pemain Juventus dalam lingkaran oranye dilibatkan dalam permainan. Contohnya Vidal. Ia merupakan pemain Juventus di area nomor 10. Saat ia berdiri dalam posisinya, Ramos atau Kroos ikut menahan posisi mereka. Tetapi, ketika Vidal turun ke bawah untuk menciptakan jalur umpan, salah satu dari Ramos atau Kroos akan mengikutinya. Hal ini wajar dan baik bagi sistem pertahanan Real Madrid karena saat Vidal ikut turun, berarti makin banyak pemain Juventus yang juga berada di area pertahanan mereka. Dengan salah satu dari ramos atau Kroos mengikuti pergerakan ini, Real Madrid mendapatkan kesempatan lebih untuk menekan Juve di area pertahanan sendiri. Dalam beberapa kesempatan, Juventus dipaksa bermain melebar (dan tetap di pertahanan sendiri). Pada situasi seperti ini, Real Madrid pun kemudian menyesuaikan bentuk pressing mereka. Struktur pressing Madrid di area pinggir (fase kedua): Situasi 5 v 5. Menghadapi pressing yang begitu ketat, Pirlo mencoba memberikan umpan langsung ke depan (mem-bypass lini tengah). Tetapi, seperti yang disebutkan di atas, lini belakang Madrid sukses mengantisipasinya. Di sini terlihat bagaimana Raphael Varane sukses menghentikan gerak Alvaro Morata.
Struktur pressing Madrid fase pertama: James, Bale, Ronaldo, dan Isco menjadi lapis pertama dari formasi pressing fase pertama. Bale lebih banyak berdiri dekat dengan Pirlo ketimbang Ronaldo. James dan Isco berperan sebagai cover. Bila dibutuhkan dan memungkinkan, James akan berdiri lebih maju sejajar dengan lini serang, sementara Isco akan berjaga di belakang ketiganya. Lingkaran abu-abu menunjukkan apa yang baru dijelaskan.
Lingkaran oranye menunjukan tipe pressing yang intensitasnya akan meningkat saat tiga pemain Juventus dalam lingkaran oranye dilibatkan dalam permainan. Contohnya Vidal. Ia merupakan pemain Juventus di area nomor 10. Saat ia berdiri dalam posisinya, Ramos atau Kroos ikut menahan posisi mereka. Tetapi, ketika Vidal turun ke bawah untuk menciptakan jalur umpan, salah satu dari Ramos atau Kroos akan mengikutinya. Hal ini wajar dan baik bagi sistem pertahanan Real Madrid karena saat Vidal ikut turun, berarti makin banyak pemain Juventus yang juga berada di area pertahanan mereka. Dengan salah satu dari ramos atau Kroos mengikuti pergerakan ini, Real Madrid mendapatkan kesempatan lebih untuk menekan Juve di area pertahanan sendiri.
Dalam beberapa kesempatan, Juventus dipaksa bermain melebar (dan tetap di pertahanan sendiri). Pada situasi seperti ini, Real Madrid pun kemudian menyesuaikan bentuk pressing mereka.

Struktur pressing Madrid di area pinggir (fase kedua): Situasi 5 v 5. Menghadapi pressing yang begitu ketat, Pirlo mencoba memberikan umpan langsung ke depan (mem-bypass lini tengah). Tetapi, seperti yang disebutkan di atas, lini belakang Madrid sukses mengantisipasinya. Di sini terlihat bagaimana Raphael Varane sukses menghentikan gerak Alvaro Morata.
Struktur pressing Madrid di area pinggir (fase kedua): Situasi 5 v 5. Menghadapi pressing yang begitu ketat, Pirlo mencoba memberikan umpan langsung ke depan (mem-bypass lini tengah). Tetapi, seperti yang disebutkan di atas, lini belakang Madrid sukses mengantisipasinya. Di sini terlihat bagaimana Raphael Varane sukses menghentikan gerak Alvaro Morata.

Berhasil memaksa Juventus menyia-nyiakan penguasaan bola, Real Madrid kembali membangun ulang serangan mereka dari lini belakang, untuk kemudian, diarahkan ke Toni kroos. Dari Kroos, bola diarahkan ke sayap. WhoScored mencatat bahwa 41% serangan Real Madrid diawali dari sisi kiri dan 34%-nya berasal dari kanan. Sayang, serangan Real Madrid dari sisi sayap ini tidak sepenuhnya berjalan lancar karena Juventus kemudian mampu untuk menjaga sisi sayap mereka. Hal ini tampak pada sulitnya Marcelo – yang biasanya begitu agresif dalam melakukan akselerasi-akselerasi ke depan – mendapatkan ruang untuk melakukan overlap-overlap berbahaya.

Pressing Juventus di sisi sayap, yang juga menggambarkan bentuk pertahanan mereka: Saat Real Madrid sedang berada di final third (sisi sayap), fullback dan gelandang tengah Juventus terdekat lakukan akan segera melakukan pressing. Andrea Pirlo yang merupakan gelandang bertahan, mengisi gap (channel) antara fullback dan bek tengah untuk membentuk pressing tiga pemain.
Pressing Juventus di sisi sayap, yang juga menggambarkan bentuk pertahanan mereka: Saat Real Madrid sedang berada di final third (sisi sayap), fullback dan gelandang tengah Juventus terdekat lakukan akan segera melakukan pressing. Andrea Pirlo yang merupakan gelandang bertahan, mengisi gap (channel) antara fullback dan bek tengah untuk membentuk pressing tiga pemain.

Dalam merespons pressing blok tinggi Ancelotti, Juventus menerapkan beberapa opsi menarik. Salah satunya adalah dengan menjadikan Pirlo sebagai pemancing agar ruang di belakang Bale dan Ronaldo membesar, sehingga pemain tengah (Vidal contohnya) mendapatkan ruang untuk menjemput bola dari belakang, sekaligus lolos dari pressing fase pertama Real Madrid.

Pirlo turun ke bawah dan memancing Bale untuk membuka ruang di belakang Bale dan Ronaldo. Dengan ini, ruang kosong tercipta bagi Vidal untuk masuk dan menerima umpan.
Pirlo turun ke bawah dan memancing Bale untuk membuka ruang di belakang Bale dan Ronaldo. Dengan ini, ruang kosong tercipta bagi Vidal untuk masuk dan menerima umpan.

Pressing Real Madrid berpengaruh pada penampilan Andrea Pirlo. Beberapa kali terlihat umpan Pirlo mendarat di tempat yang tidak semestinya. Hal ini seharusnya merupakan hal positif bagi Real Madrid, namun rapatnya pertahanan Juventus Real Madrid pun kesulitan untuk mendapat peluang bersih.

Juventus sendiri betul-betul mampu memanfaatkan kemampuan individu dua pemain depan mereka , Carlos Tevez dan Alvaro Morata. Kedua pemain tersebut, selain memiliki teknik olah bola bagus, juga memiliki kecepatan. Gol kedua Juventus merupakan buah dari perpaduan ini. Kecepatan Tevez yang dipadukan dengan kemampuan dribelnya mampu mengeksploitasi ruang besar yang tercipta akibat pemain-pemain Real Madrid yang maju ke depan dalam situasi sepak pojok. Dani Carvajal pun akhirnya tak memiliki pilihan lain selain menjatuhkan Carlitos dan untuk itu, wasit Martin Atkinson menghadiahi tendangan penalti bagi Juventus.

Pada menit ke-65, dengan kondisi unggul 2-1, Max Allegri memutuskan untuk memerkuat pertahanan timnya. Bek senior, Andrea Barzagli masuk menggantikan Sturaro dan formasi Juventus pun berubah dari 4-1-2-1-2 menjadi 3-5-2.

Pola 3-5-2 Juventus dalam menghadapi serangan Real Madrid: Secara prinsip masih sama dengan cara bertahan 4-1-2-1-2. Bek sayap dan gelandang tengah terdekat melakukan pressing di sayap dan gelandang bertahan (Pirlo) memastikan celah (channel) antara bek tengah dan bek sayap terlindungi dengan cukup.
Pola 3-5-2 Juventus dalam menghadapi serangan Real Madrid: Secara prinsip masih sama dengan cara bertahan 4-1-2-1-2. Bek sayap dan gelandang tengah terdekat melakukan pressing di sayap dan gelandang bertahan (Pirlo) memastikan celah (channel) antara bek tengah dan bek sayap terlindungi dengan cukup.

Dengan tiga bek tengah di belakang dan tiga gelandang tengah di depannya, Juventus mampu menjaga area tengah dengan baik dan menutup area tersebut. Real Madrid merespons dengan mengirimkan banyak umpan silang. Namun, kebanyakan bola-bola hasil umpan silang tersebut berhasil dimentahkan oleh para pemain belakang Juventus yang memiliki keunggulan dalam mengantisipasi bola-bola udara.

Lalu bagaimana dengan struktur menyerang Juventus? Sedikit perubahan terjadi akibat hilangnya pemain yang berposisi di area nomor 10. Dengan keluarnya Sturaro, Vidal ditarik mundur sedikit ke belakang untuk mengisi pos no. 8. Dalam skema menyerang, Vidal tetap diposisikan sebagai gelandang yang paling menyerang (false 8) dibandingkan Marchisio dan Pirlo.

Salah satu skema serangan Juventus dalam pola dasar 3-5-2/5-3-2.
Salah satu skema serangan Juventus dalam pola dasar 3-5-2/5-3-2.

Dengan build-up serangan yang dimulai dari bawah, Pirlo dan Marchisio membuka ruang bagi Leonardo Bonucci untuk masuk dan melanjutkan pergerakan ke area yang lebih depan. Sementara itu, Tevez turun agak ke bawah (dibandingkan Morata) sejajar dengan Vidal di area no. 10. Dengan stasionernya pergerakan Marchisio dan Pirlo di area yang lebih dalam, kedua pemain tersebut juga berfungsi untuk menahan empat pemain terdepan Madrid agar mereka tidak bisa segera turun membantu pertahanan.

Diharapkan, dengan pergerakan maju dari dua bek sayap dan tiga pemain di depan Marhisio-Pirlo, Juventus mendapatkan situasi menyerang yang menjanjikan. Saat bola diarahkan ke kotak penalti, akan ada dua pemain Juventus di dalamnya, satu di garis depan kotak penalti dan satu lagi berjaga di area yang berjarak 25-30 meter dari gawang Iker Casillas.

Kesimpulan

Cemerlangnya penampilan Real Madrid dalam partai kontra Atletico de Madrid tidak terulang kali ini. Sergio Ramos banyak lmeakukan umpan salah sasaran. Ia sendiri juga tidak banyak melakukan gerakan masuk ke kotak penalti Juventus untuk menerima umpan silang. Seharusnya, dengan Ramos berfungsi sebagai gelandang box-to-box, ini bisa jadi opsi lain bagi Madrid, seperti yang mereka lakukan di partai menghadapi Atletico.

Kemudian, suplai bola kepada duet Ronaldo dan Bale juga terlihat tidak maksimal. Umpan pemain-pemain Real Madrid lebih banyak berada di sekitar perbatasan antara area tengah dan sepertiga pertahanan Juventus. Berkutatnya bola di sini tentu tidak cukup untuk menjagkau Ronaldo-Bale. Dalam situasi seperti ini, baru terasa perlunya kehadiran Benzema dalam perannya sebagai false nine. Pertanyaan besar pun muncul: apakah Bale akan kembali menghuni starting eleven di leg kedua?

Dari Juventus, Allegri sudah pasti melihat bagaimana Madrid mencoba lakukan pressing pada Pirlo. Hal ini sudah barang tentu akan menghambat suplai Pirlo ke area depan. Untuk mengakali hal ini, ada dua opsi yang bisa diambil. Pertama, seperti yang diperlihatkan sebelumnya, di mana Pirlo berperan sebagai pemancing agar gelandang serang Juventus bisa turun menjemput bola.

Cara kedua, Allegri bisa saja meniru apa yang dilakukan Pep Guardiola dalam menghadapi pressing Porto. Ketika itu, Guardiola memerintahkan semua gelandang Bayern untuk maju dan menciptakan jarak dengan para bek mereka. Ini dimaksudkan agar Porto tidak dapat banyak mendapat akses pressing di kedalaman pertahanan Bayern. Jalan mana yang ditempuh Allegri? Menarik untuk dinantikan pada leg kedua nanti.

Kemungkinan besar, pada leg kedua di Santiago Bernabeu nanti Paul Pogba dan Karim Benzema sudah akan bisa bermain. Hal ini tentunya akan menambah daya tarik partai kedua. Bukan hanya karena keduanya punya peran sentral di klub masing-masing, tetapi, dengan kehadiran keduanya, baik Juventus maupun Madrid akan mendapatkan dimensi lain dalam permainan mereka.

 

Komentar