Karena Sepak Bola Pengubah Mood Paling Manjur

Foto diambil dari sportaintmentnews.blogspot.com

Pernahkah kalian melihat ada teman kalian ketika bertemu, raut mukanya bahagia. Atau kalian pernah bertemu teman kalian dengan raut muka yang cemberut. Kalau dia suka sepak bola, bisa jadi raut muka bahagianya itu disebabkan oleh timnya yang menang. Atau sebaliknya, teman kalian yang pasang muka kecut, bisa jadi tim yang ia dukung kalah.

Sepak bola seperti punya daya magnet yang kuat. Sepak bola seakan mampu mengangkat segala permasalahan yang menggumpal di dalam hati. Sepak bola juga terlihat mampu menghilangkan segala kepenatan yang selama ini dirasakan. Sepak bola adalah koentji bagi kebahagiaan yang hakiki.

Sepak bola bisa jadi hal yang sensitif. Sepak bola mampu meningkatkan amarah manusia. Yang awalnya mereka bertindak seperti biasa, tetapi pas yang dibahas adalah tim yang di dukung, dan tim itu mengalami kekalahan, amarah kita seakan naik. Sepak bola jadi pembicaraan yang sensitif. Jadi, kalau ada yang bilang bahwa unsur agama jadi unsur yang paling mudah untuk dijadikan alat konflik, saya menambahkan sepak bola. Karena saya yakin, sepak bola adalah salah satu unsur yang memiliki daya sensivitas yang tinggi.

Saya menyukai sepak bola bahkan sejak dalan kandungan. Ibu saya dulu ngidam ingin lihat sepak bola. Saat itu masih era Petrokimia Putra Gresik, belum zamannya Gresik United atau pun Persegres Gresik United, tim yang disulap oleh pemerintah Gresik. Pengalaman ngidam ibu saya dulu sepertinya mempengaruhi emosi dan perasaan saya saat ini. Tentu yang berhubungan dengan sepak bola.

Dulu, saya sempat emosi ketika ada yang bahas kekalahan AS Roma. Bahkan saya tak segan untuk mengeluarkan umpatan. Emosi sesaat. Meskipun saat ini, saya sudah bisa menahan itu dan mengubah emosi itu jadi sebuah lelucon. Saya mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri dan berusaha mengeluarkan emosi dengan cara yang lebih lucu. Menertawai klub idola.

BACA JUGA:  Angin Segar dari The Lone Star State

Ketika AS Roma menang, dunia serasa indah. Saya seakan hidup di dalam surga yang dikelilingi oleh bidadari cantik. Penggambaran surga dalam kitab suci agama saya, seakan nyata oleh mata. Senyum-senyum sendiri sudah jadi kebiasaan saya ketika AS Roma menang. Bahkan saya sempat disebut wong gendeng sama teman sekelas waktu SMP. Ya karena saya senyum-senyum sendiri.

Ketika tim yang didukung kalah, biasanya kita berusaha mengalihkan pembicaraan yang berbau dengan sepak bola dengan pokok bahasan yang lain. Bahkan kita sering sok perhatian sama pelajaran tertentu. Demi mengalihkan pembicaraan. Ya kalau masih bahas sepak bola, emosi bisa naik.

Dan kalau ada yang masih kekeuh untuk bahas sepak bola, jalan terakhir adalah pergi. Ya, itu adalah jalan pintas dan obat mujarab untuk menghilangkan emosi. Meskipun jalan pintas itu kadang ada hambatan pula. Karena bisa jadi bahasan sepak bola akan tetap ada di dalam lingkungan kita.

Berbeda lagi kalau tim yang kita dukung menang. Kita seakan-akan ingin membahas sepak bola setiap hari. 24 jam kita wajib membahas sepak bola. Apalah arti makan minum kalau bahasan sepak bola bisa lebih menyenangkan. Kemenangan itu modal untuk menceriakan dunia kita.

Musim kemarin seakan menjadi surga terindah yang dirasakan fans Chelsea. dengan skuat mentereng dan sokongan dana melimpah, gelar juara seakan mampu didapat dengan mudah. Enak banget.

Tapi pada awal musim ini, jangankan masuk surga, pendukung Chelsea hanya bisa melihat surga dari kejauhan. Mereka hanya merasakan hawa-hawa panas, sumuk, dan melelahkan. Jangan pernah tanya tentang Chelsea ke pencinta The Blues saat ini, kalau kalian tidak ingin dapat amukan. Jangan tanyakan tentang Mourinho ke fans Chelsea, kalau kalian tidak suka mendengar cacian dan umpatan-umpatan.

BACA JUGA:  Perempuan yang Bersiasat Mencapai Tribun

Mungkin penggila klub milik Roman Abramovich saat ini mulai merindukan dinginnya dan hawa sejuknya surga. Padahal baru musim kemarin mereka mendapatkan semua itu. Euforia itu juga masih membekas dengan manis di otak mereka. Lalu, saat ini semuanya sirna. Mood fans Chelsea saat ini saya yakin, sedang buruk-buruknya. Bagaimana mungkin mereka menerima Chelsea yang musim lalu dikenal dengan pertahanan terbaik, saat ini menjadi salah satu pemilik pertahanan terburuk. Terbaru, Southampton mampu menjebol gawang mereka tiga kali di Stamford Bridge dalam drama kekalahan 1-3 dari sang tamu asuhan Ronald Koeman.

Hari ini saya sedang berbahagia karena AS Roma menang. Sekarang saya bertanya ke kalian semua, bagaimana mood kalian hari ini? Jawabannya ada dalam hasil pertandingan akhir pekan lalu, bukan?

Komentar
Penulis adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. Mencintai sepakbola seperti mencintaimu. Penikmat Sepak bola Indonesia dan Italia. Dikontrak seumur hidup oleh Gresik United dan AS Roma dengan kepimilikan bersama atau co-ownership. Yang mau diskusi tentang sepak bola ataupun curhat tentang cinta, bisa ditemui di akun twitter @alipjanic .