Karim Benzema Seorang Manusia Biasa

Karim Benzema
Pemenang Ballon d'Or 2022, Karim Benzema. (skysports.com)

Momen di saat Karim Benzema mengajak Ibunya, Wahida Djebbara, naik ke atas panggung saat menerima trofi Ballon d’Or membuktikan bahwa pemain Real Madrid itu hanyalah seorang manusia biasa. Benzema berterima kasih pada Ibunya atas kepercayaan pada mimpi besar sang anak.

Benzema menghabiskan masa kecilnya di Terraillon, salah satu distrik yang berada di pinggiran kota kelas pekerja yang keras, Bron, Lyon. Tempat itu dicap sebagai lingkungan yang “panas” atau “berbahaya”. Daerah itu menyediakan banyak tempat tinggal bagi pekerja imigran dan keluarga mereka.

Dikutip dari Bleacher Report, Dinding rumah Benzema yang berada di pojok digambarkan setipis kertas. Sebagian besar dinding taman dipagari dengan terpal hijau yang menghalangi pandangan ke dalam dan ke luar. Di sana bising suara dengung mesin motor dan mobil yang lewat di jalanan.

Benzema sedari awal memiliki hidup yang tidak mudah. Dan dia memang memilih hal tersebut. Ibu Benzema lahir dan besar di Lyon. Ayahnya bermigrasi ke Prancis dari bagian timur laut Aljazair, sama dengan orang tua dari Zinedine Zidane.

Lyon adalah rumah untuk imigran dari bekas jajahan prancis. Benzema merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara. Sebagai seorang anak yang mencintai sepakbola, dia tidak bisa berhenti memainkannya, bahkan ketika sedang berada di rumah.

Saat berusia delapan tahun, Benzema bergabung dengan SC Bron Terraillon Perle. Pada tahun berikutnya, Olympique Lyonnais merekrutnya. Robert Valette, pemain OL di tahun 1970-an, menjadi pelatih pertamanya untuk tim cadangan Lyon.

Valette memperhatikan Benzema sejak masih kecil. “Dia (Benzema) gemuk. Dia sangat pemalu. Dia bisa dengan mudah tidak terdeteksi. Dia tidak pernah menyoroti dirinya sendiri. Dalam kelompok, dia akan mengintegrasikan dirinya dengan sangat baik. Dia selalu dicintai. Dia tidak pernah membuat onar. Masalahnya adalah ketika dia bersama teman-temannya.” Ujar Valette di Bleacher Report.

Menurut tetangga masa kecilnya, orang tua Benzema memiliki reputasi sebagai orang yang baik dan terhormat. Sementara teman-teman Benzema sepulang sekolah berbuat onar di jalanan, orang tuanya sangat protektif terhadap anaknya tersebut.

BACA JUGA:  Lamine Yamal: Pecahkan Rekor Asis Termuda di La Liga

OL yang butuh untuk menjaga aset utama mereka tersebut mendaftarkan Benzema di Tola Vologe, sebuah asrama untuk pemain akademi mereka. Peraturan di sana cukup ketat. Salah satunya para pemain harus sudah berada di tempat tidur pada pukul 10.30 malam waktu setempat.

Tapi, Benzema adalah sosok yang sangat setia kepada teman-temannya. Ia pergi dari sebuah mesin ke mesin lainnya tanpa pernah memotong kabel yang ada. Benzema selalu kembali untuk menemui teman-temannya.

Salah satu sahabatnya bernama Zenati. Dia tumbuh bersama Benzema di Bron-Terraillon. Pada 2009, Zenati ditangkap akibat obat-obatan terlarang. Sebelumnya pada tahun 2006, dia diadili karena perampokan bersenjata.

Saat sahabatnya tersebut diadili, Benzema datang untuk memberikan dukungan kepada Zenati. Pengacara Zenati, Guyenard, bahkan sampai terkejut karena kehadiran Benzema di gedung pengadilan. “Saya berbicara dengannya seperti seorang pendukung berbicara kepada pesepakbola profesional. Saya adalah penggemar Lyon.” Ujar Guyenard.

Zenati dikirim ke penjara karena tuduhan perampokan bersenjata. Benzema menulis mengirim surat dan mengunjunginya. Saat Zenati keluar, Benzema bahkan memberikannya pekerjaan yang ditaksir penghasilannya mencapai kurang lebih 60 Juta Rupiah per bulan di Best of Benzema, sebuah perusahaan yang didirikan pada 2008 untuk melindungi hak citra Benzema.

Akibat pergaulannya, Benzema kerap ditimpa dengan kabar miring, walau memang benar adanya. Seperti kebut-kebutan di jalan, membayar seorang gadis di bawah umur untuk seks pada tahun 2008 dengan Frank Ribery, hingga kasus pemerasan video seks Mathieu Valbuena.

Konsekuensi dari kasus Valbuena, Benzema diskors dari bermain untuk Prancis pada Desember 2015. Kasus itu memancing amarah Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF) Noel Le Graet. “Valbuena adalah pria yang luar biasa. Lalu ada Benzema. Dia lahir di distrik yang sulit dan dia tidak mengubah gaya hidupnya.. yang jelas adalah dia telah berteman dengan beberapa orang yang buruk.” Ujar Noel.

Ungkapan kekesalan Noel dapat dimengerti. Benzema adalah aset bagi Timnas Prancis. Dengan talentanya, semestinya dirinya bisa lebih memikirkan tentang kepentingan pribadinya. Tapi Benzema tidak pernah bisa lepas dari kehidupannya yang dulu.

BACA JUGA:  Tantangan yang Menanti Jorginho

Karena hal itu pula, Barcelona gagal merekrutnya. Pada April 2008, Barca ada di urutan terdepan untuk mendapatkan jasa Benzema. Biaya sebesar 30 juta Euro telah disepakati. Dikutip dari Mundo Deportivo, Benzema bahkan mengatakan “Saya ingin bermain dengan Barca suatu hari nanti.”

Semuanya sudah siap, tetapi keraguan ada di dalam internal klub Barcelona. Investigasi klub mengenai latar belakang Benzema menjadi penyebab kekhawatiran kepada sang striker. Mereka tidak yakin Benzema bisa bertahan di Spanyol. Kesepakatan itu akhirnya dibatalkan. Setahun kemudian, Presiden Real Madrid Florentino Perez, terbang ke rumah dua lantai di Bron dan berhasil merekrut Benzema.

Sebenarnya, kehidupan kelam Benzema terbentuk akibat lingkungan gelap yang dibiarkan begitu saja. Saat di persidangan, Zenati membeberkan fakta yang ada secara objektif menurut Guyenard.

“Di bagian kota itu (Terraillon, Bron), kekerasan ada di mana-mana, dan kami tidak melihatnya. Itu tumbuh di dalam diri kami. Kami tidak menyadari bahwa kami melakukan kekerasan.” Kata Zenati di persidangan. Menurut Guyenard, Zenati menjelaskan keadaan yang membuatnya melakukan tindak kejahatan secara gamblang.

Benzema mungkin tidak sesempurna Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Ia hanya manusia biasa yang kadang menang dan tak luput dari kesalahan. Hal itu juga diamini oleh mantan pelatih Timnas Prancis 2004-2010, Raymon Domenech.

Sang mantan pelatih pernah berujar agar Benzema seharusnya belajar dari Cristiano Ronaldo. “Ronaldo benar-benar mengerti apa yang bisa dia lakukan dengan bakatnya. Karim? Tidak. Ronaldo memiliki lebih banyak harga diri. Jika Karim memiliki 10 persen saja dorongan seperti Ronaldo, dia bisa memenangkan Ballon d’Or.” Ujar Domenech.

Jadi, apakah seorang manusia biasa yang tak luput dari dosa seperti Karim Benzema telah memiliki 10 persen dorongan dari Cristiano Ronaldo? Ballon d’Or 2022 telah menjawabnya.

Komentar
Menjadi fans Chelsea karena pengaruh bapak. Dapat disapa via akun Twitter @iiklil.