Baik di kancah La Liga Spanyol maupun kompetisi Eropa, nama Valencia tak bisa dianggap sembarangan. Enam trofi liga, delapan Copa del Rey, satu Piala Super Spanyol dan masing-masing sebiji Piala UEFA dan Piala Winners serta dua buah titel Piala Super Eropa yang dikoleksi Los Murcielagos menjadi dasar penilaian itu.
Sayangnya, kiprah tim yang berkandang di Stadion Mestalla ini sedang amburadul. Alih-alih bersaing di papan atas guna memperebutkan gelar kampiun atau tiket lolos ke Eropa, mereka justru tertatih-tatih di papan bawah untuk menjauhi zona degradasi.
Sampai tulisan ini dibuat, Jose Gaya dan kawan-kawan sedang terperosok di peringkat ke-13 klasemen sementara. Mereka merengkuh 15 poin saja dari 15 jornada yang sudah dilakoni. Rapor buruk tersebut tentu mencoreng muka Javi Gracia, pelatih Los Murcielagos saat ini.
Kehancuran Valencia sudah diprediksi banyak pengamat sejak musim lalu. Secara mengejutkan, manajemen yang dikomandoi Peter Lim malah mencopot Marcelino Garcia Toral dari bangku pelatih saat musim 2019/2020 baru berjalan beberapa pekan.
Padahal, Marcelino adalah sosok yang sanggup membawa Kelelawar Mestalla kembali mentas di ajang Liga Champions semenjak pertama kali melatih. Puncaknya, ia membawa tim yang meroketkan nama-nama seperti Claudio Lopez, Gaizka Mendieta, dan Vicente Rodriguez itu memeluk trofi Copa del Rey pada musim 2018/2019 dengan mengandaskan Barcelona di final.
Ada yang menyebut pemecatan Marcelino lantaran masalah internal di tubuh tim. Sementara sang pelatih mengaku jika keputusannya untuk menyeriusi ajang kelas dua macam Copa del Rey sebagai salah satu alasan utama mengapa ia dibebastugaskan.
“Saya sangat yakin bahwa pemicu dari situasi ini adalah keberhasilan kami di ajang Copa del Rey. Sepanjang musim kami mendapat pesan langsung maupun tidak langsung yang mengisyaratkan agar mengabaikan ajang tersebut. Padahal fans menginginkannya, begitu juga dengan para pemain. Manajemen tidak menjelaskan alasan untuk mengabaikan Copa del Rey, mereka cuma menyebut bahwa kejuaraan ini dapat membahayakan target lolos ke Liga Champions. Namun pada akhirnya, kami bisa meraih keduanya, bukan?” papar Marcelino dalam sebuah konferensi pers yang dikutip dari Goal.
Entah apa alasannya, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Marcelino resmi didepak dan posisinya digantikan oleh Albert Celades yang minim pengalaman.
Walau rapornya tak buruk-buruk amat karena membawa Valencia nangkring di posisi delapan dan lolos ke fase 16 besar Liga Champions, masa bakti Celades pun berakhir prematur di Stadion Mestalla usai dilengserkan pada 29 Juni 2020.
Sebagai suksesor, manajemen menunjuk Voro dengan status pelatih sementara. Uniknya, sosok yang satu ini sudah menjadi caretaker bagi Los Murcielagos sebanyak enam kali sepanjang karier kepelatihannya. Valencia lantas menyudahi musim kemarin dengan finis di peringkat kesembilan dan gagal lolos ke Eropa.
Akan tetapi, keadaan itu tak bikin manajemen introspeksi diri dan membenahi apa yang salah. Tanpa diduga, mereka malah melakukan cuci gudang jelas bergulirnya musim 2020/2021.
Beberapa penggawa pilar seperti Francois Coquelin, Ezequiel Garay, Geoffrey Kondogbia, Dani Parejo, Rodrigo, dan Ferran Torres dijual ke klub lain.
Rodrigo dilepas ke Leeds United via mahar 35 juta Euro sedangkan Torres dicomot Manchester City hanya dengan banderol 27 juta Euro. Kondogbia pindah ke Atletico Madrid setelah tawaran 18 juta Euro dari mereka sukar ditolak. Kerja sama dengan Garay diputus di tengah jalan sebab sang pemain mengalami cedera parah.
Namun yang paling mengecewakan publik Mestalla adalah keputusan manajemen melego duo Coquelin dan Parejo ke Villarreal cuma dengan nominal 11 juta Euro (itu semua adalah nilai transfer untuk Coquelin sebab Parejo dilepas gratis).
Padahal nama terakhir begitu dipuja suporter fanatik Los Murcielagos. Pasalnya, ia merupakan penggawa andalan yang sudah merumput selama sembilan musim di Stadion Mestalla. Banyak yang menganggap Parejo adalah simbol klub saat mengarungi periode sulit dalam satu dasawarsa pamungkas.
Melepas hampir sebelas pemain, Valencia tak membeli satu pemain pun selama jendela transfer. Mereka yang datang ke Ciudad Deportiva de Paterna, markas latihan klub, adalah para pemain yang sebelumnya dipinjamkan ke klub lain.
Selain itu, manajemen cuma mempromosikan sejumlah pemain akademi. Mereka berdalih langkah tersebut dilakukan untuk menyelamatkan klub dari krisis finansial yang menjerat selama pandemi Covid-19.
Situasi tersebut bikin Valencianistas naik pitam. Mereka menuding Lim sedang ingin menghancurkan klub kesayangan mereka dari dalam. Kritik terhadap manajemen terus berdatangan. Bahkan, ada yang sengaja datang ke Stadion Mestalla buat melakukan aksi demo menuntut perubahan di tubuh manajemen.
Bukannya meredakan amarah fans, blunder malah dilakukan keluarga Lim menanggapi tuntutan fans. Kim Lim, anak dari sang pemilik klub, malah menulis sesuatu di akun Instagram pribadinya yang bikin Valencianistas di manapun berada geram.
“Kejadian lagi. Beberapa fans Valencia mengoceh dan menyerang saya dan keluarga. Apakah mereka tidak paham bahwa klub ini adalah milik kami dan kami dapat melakukan apapun yang kami inginkan. Tidak ada yang bisa protes dengan keputusan kami.”
Sontak postingan ini membuat emosi fans kian membara. Namun Lim seakan tak peduli dan mengabaikan segala kritik yang mengarah kepadanya. Ia tetap merekrut Gracia sebagai nakhoda anyar menggantikan Marcelino.
Ironisnya, sang entrenador sempat digosipkan ingin hengkang dari Stadion Mestalla saat kompetisi baru menyelesaikan lima pekan. Konon, ia kesal lantaran klub tak mendatangkan penggawa baru selama bursa transfer.
Gracia disebut tidak puas dengan target yang diberikan manajemen. Padahal materi pemain yang disiapkan untuknya sangat jauh dari kata memadai. Benar jika skuad Valencia musim 2020/2021 diisi banyak pemain muda berbakat, tetapi mereka masih inkonsisten dan buat mengasah kemampuannya, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Kini, Los Murcielagos hanya memiliki Denis Cheryshev, Jasper Cillessen, Jaume Domenech, Gabriel Paulista, Kevin Gameiro, Gaya, Maxi Gomez, Goncalo Guedes, dan Carlos Soler sebagai penggawa senior.
Selebihnya, nama-nama semisal Hugo Guillamon, Yunus Musah, Uros Racic, dan pemuda Korea Selatan, Lee Kang-in, yang terus diasah dan coba dijadikan pilar baru.
Jangan kaget bila performa Gaya dan kawan-kawan di sepanjang musim ini jauh dari kata memuaskan. Mereka bak kelelawar yang tengah sakit. Apalagi kisruh internal seakan tak ada habisnya melanda.
Peluang Valencia untuk bangkit dan memperebutkan tiket lolos ke kejuaraan Eropa memang masih terbuka, tetapi amat kecil. Di sisi lain, menyaksikan mereka harus berdarah-darah demi bertahan di La Liga adalah pemandangan yang sangat ganjil.