Uang senilai 8,75 juta Euro (plus 700 ribu Euro sebagai komisi bagi agen pemain) digelontorkan Lazio pada musim panas 2016 silam guna merekrut Ciro Immobile dari Sevilla.
Figur kelahiran Torre Anunziata ini memutuskan pulang kampung demi menyelamatkan kariernya yang tak cemerlang di luar Italia.
Sejumlah pengamat menyebut bahwa Lazio berjudi dengan mencomot Immobile. Namun pihak manajemen tak bergeming, pensiunnya Miroslav Klose dan kembalinya Alessandro Matri ke AC Milan, jadi faktor utama mengapa Immobile digamit.
Harapannya jelas, sang striker bisa diandalkan sebagai mesin gol yang baru.
Di bawah asuhan Simone Inzaghi, kebangkitan Immobile adalah sebuah keniscayaan.
Pada musim perdananya merumput di Stadion Olimpico, ia sukses melesakkan 26 gol di seluruh ajang yang diikuti I Biancoceleste.
Di saat para pengamat berlomba-lomba menarik ucapannya soal perekrutan Immobile, manajemen Lazio justru tertawa lepas.
Inzaghi sadar betul jika Immobile adalah striker dengan kemampuan komplet. Alih-alih statis di depan sembari menunggu servis rekan-rekannya, Immobile sungguh lihai memanfaatkan kelebihannya untuk kebutuhan tim.
Berbekal kecepatan dan akselerasi lari yang mumpuni serta teknik di atas rata-rata, Immobile adalah penyerang yang bisa menghadirkan rasa jeri untuk lini pertahanan lawan, entah saat menguasai bola atau justru bergerak tanpanya.
Sosok berusia 29 tahun tersebut pandai menarik atensi bek lawan sehingga menghasilkan lubang di area belakang.
Momen inilah yang kemudian dioptimalkannya guna melakukan kerja sama dengan rekan setim, baik untuk menciptakan atau justru mengeksekusi peluang.
Pergerakan Immobile sulit diduga, tapi semuanya berdasarkan satu hal yakni lepas dari kawalan dengan bergerak di sisi yang tak terlihat musuh.
Momen tersebut bikin bek-bek musuh kehilangan waktu sepersekian detik dan tak punya cara untuk menutup laju Immobile.
Gol keduanya ke gawang Emil Audero saat Lazio menekuk Sampdoria akhir pekan kemarin (18/1) lewat kedudukan akhir 5-1 jadi bukti bagaimana kecerdikan Immobile memanfaatkan ruang kosong di antara fullback kanan dan bek tengah kanan I Blucerchiati kala menerima umpan brilian Francesco Acerbi.
Ciro Immobile buktikan dirinya sebagai salah satu penyerang terbaik di Eropa musim ini. Kali ini striker Lazio tersebut berhasil catatkan hat-trick ke gawang Sampdoria yang sekaligus menandai gol ke 23 di Serie A musim ini!#beINSerieA pic.twitter.com/t9SIfKXbxV
— beIN SPORTS (@beINSPORTSid) January 22, 2020
Bek-bek Sampdoria begitu keteteran mengejar Immobile yang sudah unggul langkah dan akselerasi.
Saat mereka berusaha melakukan kontak fisik demi merebut bola, bangun tubuh kokoh dari sang striker bikin usaha tersebut nirhasil.
Andai sanggup menghentikannya, maka Lazio berpeluang besar memperoleh pelanggaran yang berbuah tendangan bebas di dekat area terlarang atau justru langsung mendapat tendangan penalti.
Khusus hukuman yang terakhir, I Biancoceleste tercatat sebagai tim dengan raihan penalti terbanyak di Serie A musim 2019/2020 sejauh ini yakni 13 buah.
Apakah mereka layak dilabeli dengan julukan Penalti FC? Semua tergantung perspektif masing-masing dari kalian.
Namun satu yang pasti, kemampuan Lazio beroleh penalti salah satunya diakibatkan oleh kepiawaian Immobile (maupun rekan-rekannya) dalam memanfaatkan peluang serta memperdayai pemain belakang lawan (termasuk kiper).
Di kancah Serie A sejauh ini (hingga pekan ke-20), Immobile telah mengoleksi 23 gol dan 5 asis. Siapapun harus mengakui bahwa catatan itu amat fenomenal.
Lebih jauh, berdasarkan statistik yang dihimpun via Transfermarkt (setidaknya sampai tulisan ini dibuat), Immobile sudah mengepak 112 gol dan 30 asis selama memperkuat Lazio di 160 pertandingan pada seluruh ajang. Impresif? Tentu saja.
Torehan itu sendiri melambungkan nama Immobile sebagai pencetak gol (di semua kompetisi) terbanyak keempat Lazio sepanjang masa.
Ia cuma kalah dari para legenda semisal Silvio Piola, Giuseppe Signori, dan Giorgio Chinaglia. Kalau sanggup mempertahankan performanya di sisa musim ini, tak perlu kaget jika Immobile mampu melampaui rekor Signori dan Chinaglia sekaligus.
All time most goals for SS Lazio:
🥇1️⃣4️⃣9️⃣ Silvio Piola
🥈1️⃣2️⃣7️⃣ Giuseppe Signori
🥉1️⃣2️⃣2️⃣ Giorgio Chinaglia
1️⃣1️⃣2️⃣ Ciro Immobile 👈🏼Ciro – ten goals away from «top 3»
⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️⚽️ pic.twitter.com/sRYLVWqn2Z
— Gli Albini (@albini_ssl) January 18, 20 20
“Immobile adalah pemain yang paham cara mencetak gol dari berbagai macam cara. Dulu, Jürgen Klopp amat menginginkannya saat masih menukangi Borussia Dortmund. Sang pelatih menilai bahwa Immobile memenuhi syarat sebagai elemen krusial dalam permainan tempo tinggi yang acap diperagakan tim asuhannya. Immobile selalu berlari mencari ruang, cerdik memanfaatkan serangan balik cepat, dan mau menekan lawan ketika tim tidak menguasai bola”, terang Paolo Condo, jurnalis La Gazzetta dello Sport seperti dikutip dari The Telegraph.
Sayangnya, Immobile gagal bersinar di Stadion Signal Iduna Park, markas Dortmund.
Faktor penyebabnya tentu banyak, mulai dari cara Immobile beradaptasi dengan lingkungan baru sampai kegagalannya menjadi elemen penting dalam permainan tempo tinggi khas Klopp.
Patut diakui bahwa mempraktekkan hal tersebut di atas lapangan tak semudah teori yang kerap disampaikan para pengamat di televisi.
Kembali ke Italia, tepatnya menuju Lazio, adalah satu dari sekian keputusan terbaik yang pernah diambil Immobile sepanjang kariernya.
Namanya mungkin tak melambung seperti para penyerang dari klub-klub mapan Eropa yang sering disorot media.
Namun bareng I Biancoceleste, Immobile berhasil membuktikan kepada khalayak bahwa dirinya adalah penyerang buas yang rajin menggetarkan jala lawan. Wajar kalau Laziale pun semakin mencintai sosoknya.
Tak sampai di situ karena pelatih
Tim Nasional Italia, Roberto Mancini, juga semakin mempercayai Immobile sebagai juru gedor utama Gli Azzurri.
Presensinya dianggap esensial bagi perjalanan Italia selama babak kualifikasi Piala Eropa 2020. Mancini tentu berharap, konsistensi Immobile dapat dipertahankan sampai putaran final Piala Eropa 2020 mendatang.
Setelah rontok di ajang Liga Europa beberapa waktu lalu, Immobile dan kawan-kawan juga dipastikan gagal mempertahankan trofi Piala Italia yang mereka gondol musim lalu.
Pasalnya, Lazio dikalahkan Napoli pada babak perempatfinal dini hari kemarin (22/1). Rapor tersebut jelas mengecewakan, tapi di sisi seberang juga memberi keuntungan tersendiri untuk anak asuh Inzaghi.
Di ajang Serie A, mereka tengah bercokol di peringkat ketiga dengan koleksi 45 poin. Hanya tertinggal dua dan enam angka dari Internazionale Milano serta Juventus.
Kendati begitu, I Biancoceleste masih menyimpan satu laga tunda yang kalau sukses dimenangkan, bakal melambungkan posisi mereka ke peringkat kedua. Fokus Lazio di sisa musim ini sudah teramat jelas, bukan?
Berbanding terbalik dengan nama Immobile yang artinya tidak bergerak, sang penyerang kini justru melaju kencang layaknya mobil balap.
Gol demi gol ia ciptakan, sejumlah asis ia bukukan, semua demi hasil paripurna bagi tim yang ia perkuat, Lazio.
Pada awal musim, banyak yang memperkirakan bahwa perebutan Scudetto musim ini bakal dilakoni oleh Inter dan Juventus saja alias two-horse race.
Namun I Biancoceleste mempertontonkan sesuatu yang di luar ekspektasi dan membuat persaingan dalam memburu status terbaik di Italia berubah. Paling tidak, Serie A kembali menyuguhkan rivalitas yang lebih seru.
Sukses atau tidaknya Lazio menggamit prestasi gemilang di akhir musim nanti adalah misteri.
Namun satu yang absah, bila mampu melewati segala rintangan dan mewujudkan torehan manis itu, maka sulit untuk tidak menyebut Immobile sebagai aktor utamanya.