Analisis Pertandingan Manchester City 1-4 Liverpool: Klop(p)!

Manchester City vs Liverpool (1-4)

Manchester City menghadapi Liverpool pada lanjutan Liga Primer Inggris pekan ke-13 di Etihad Stadium, Minggu (22/11) dinihari WIB. Pada pekan sebelumnya laju mesin baru Liverpool harus tertahan setelah ditaklukkan Crystal Palace.

Namun, pada pertandingan kali ini Liverpool “dibantu” oleh Jurgen Klopp yang kembali meneruskan performa positifnya ketika berhadapan dengan Manuel Pellegrini.

Meraih kemenangan 1-4 di kandang City melalui gol bunuh diri Eliaquim Mangala, Phillipe Coutinho, Roberto Firmino, dan Martin Skrtel dengan hanya satu balasan dari Sergio Aguero jelas pencapaian mengesankan bagi Liverpool.

Susunan pemain

Pada pertandingan ini Pellegrini menurunkan skuatnya dalam formasi dasar 4-2-3-1. Vincent Kompany dan David Silva yang harus absen pada pertandingan ini digantikan oleh Martin Demichelis dan Jesus Navas. Demichelis mengisi pos bek tengah bersama Eliaquim Mangala, keduanya diapit oleh Bacary Sagna dan Aleksandr Kolarov. Keempat pemain ini berada di depan Joe Hart yang mengawal gawang.

Di lini tengah terdapat Yaya Toure dan Fernando Reges. Namun setelah menghadapi sejumlah permasalahan di babak pertama, Pellegrini memutuskan untuk mengubah lini tengahnya.

Tiga pemain di depannya terdapat trio Jesus Navas, Raheem Sterling, dan Kevin De Bruyne yang bermain sebagai no. 10. Pos no.9 kembali diisi oleh Sergio Aguero. Sepanjang babak pertama keempat pemain ini hampir terisolasi di area depan. Hal tersebut tidak terlepas dari tipikal permainan Liverpool khas Jerman yang dibawa oleh Klopp.

Klopp menurunkan skuatnya dalam formasi dasar 4-3-3. Simon Mignolet masih menjadi andalan sebagai no. 1. Di lini belakang, duet bek tengah Martin Skrtel dan Dejan Lovren –yang menggantikan Mamadou Sakho. Posisi fullback kanan dan kiri ditempati oleh Nathaniel Clyne dan Alberto Moreno.

Lucas Leiva bermain sebagai gelandang bertahan, sementara itu James Milner dan Emre Can bermain sebagai no. 8. Di lini depan Roberto Firmino kembali dipercaya sebagai no. 9. Dirinya diapit oleh Philipe Coutinho dan Adam Lallana.

Liverpool menerapkan pressing dalam struktur 4-3-3 kompak yang fokusnya adalah menjaga agar Manchester City tidak dapat mengakses area sentral dan halfspace. Lini pertama mereka terdiri dari tiga pemain, namun pada beberapa momen mereka akan melakukan transposisi ke 4-1-4-1.

Transposisi ini terjadi terutama ketika City dapat mengakses zona sentral. Meskipun transposisi ini masih dilakukan dengan kurang bersih, Manchester City tidak dapat memanfaatkan hal ini. Hal ini bisa jadi dipengaruhi juga oleh faktor psikologis karena Liverpool sudah unggul 3-0 ketika sejumlah transposisi ini muncul.

Kontrol halfspace yang lemah

Manchester City memulai pertandingan menggunakan struktur 4-2-1-3 ketika menguasai bola. Kedua fullback mereka hanya melakukan overlap ketika bola telah mencapai pemain-pemain yang mengisi struktur depan.

Menghadapi struktur pressing Liverpool, City kesulitan untuk mengakses zona krusial (halfspace dan sentral). Sirkulasi bola City hanya berakhir di area flank yang kemudian Liverpool dapat dengan mudah menutup ruang di sekitarnya.

Hal ini diperparah dengan tidak adanya pemain yang berada di halfspace terdekat untuk memberikan dukungan terhadap sirkulasi bola.

Kedua pivot City terlalu jauh terisolasi di area sentral, sementara itu De Bruyne yang seharusnya bergerak ke halfspace terdekat juga sering terlalu jauh berada di area sentral. Atau bahkan dirinya berdiri terlalu jauh di struktur depan.

Hal ini merupakan efek berantai dari kontrol Liverpool terhadap zona krusial. Sehingga dalam beberapa kesempatan City akan mencoba progresi via direct ball, dengan demikian De Bruyne akan lebih memilih untuk bergerak vertikal dan tidak berada di halfspace terdekat.

Buruknya kontrol terhadap halfspace ini kemudian berakibat pada buruknya struktur yang memadai untuk menerapkan counterpressing. Liverpool dapat dengan mudah melakukan serangan balik setelah merebut bola yang dikuasai oleh City.

Tiga gol pertama Liverpool dicetak setelah melakukan serangan balik. Aspek lain dari ketidakmampuan City dalam menerapkan counterpressing dengan baik adalah mereka harus bertahan terlalu dalam. Sebagaimana masalah tim Inggris ketika bertahan terlalu dalam, mereka akan melupakan kontrol terhadap halfspace dan/atau zona 5.

Solusi pertama Pellegrini

Mengetahui bahwa timnya tidak dapat mengakses zona sentral ataupun halfspace, Pellegrini melakukan perubahan kecil. Sagna dan Kolarov bergerak sedikit lebih tinggi di area flank, sementara Toure dan Fernando bergerak lebih dalam.

Salah satu dari kedua pivot ini bahkan sejajar dengan kedua bek tengah. City mampu sedikit mengatasi problem mereka ketika melakukan build-up.

Perubahan ini membuat mereka memiliki superioritas jumlah terhadap lini pertama Liverpool. Sehingga mereka dapat mengakses salah satu dari double pivot yang dapat bergerak ke zona 5.

Ketika hal ini terjadi Liverpool akan dipaksa untuk melakukan transposisi struktural ke 4-1-4-1 untuk menjaga akses pressure terhadap bola. Pada saat ini, transposisi Liverpool masih belum terkordinasi dengan baik.

Lemahnya koordinasi seringnya muncul dari salah satu dari kedua no. 8 Liverpool di mana mereka sering terlambat untuk memberikan pressure terhadap bola. Liverpool akan bertahan dalam 4-1-4-1 flat tanpa staggering sehingga Toure atau Fernando yang mampu bergerak ke area sentral akan memiliki waktu ekstra untuk memilih opsi umpan.

Hanya saja opsi-opsi yang dimiliki berada di area yang dapat dengan mudah diisolasi oleh Liverpool. Hal ini dikarenakan struktur yang dihasilkan dari perubahan Pellegrini ini lebih menyerupai 4-0-2-3-1/3-1-0-2-3-1. Tidak adanya kontrol terhadap area sentral membuat permasalahan transposisi Liverpool tidak tereksploitasi dengan maksimal.

Solusi (babak) kedua Pellegrini

Setelah turun minum Pellegrini kembali melakukan perubahan dengan menarik Navas dan Toure. Fernandinho dan Fabian Delph yang menggantikan keduanya bermain sebagai no. 8 dengan Fernando sebagai no. 6.

De Bruyne tetap bermain sebagai no. 10 sementara Sterling kini bermain sebagai duo no. 9 bersama Aguero. Formasi dasar City kini menjadi 4-3-1-2 yang menandakan bahwa mereka memiliki kontrol yang lebih baik di zona sentral. Namun bukan berarti mereka menjadi lebih superior.

Beberapa problem build-up kembali muncul. Terutama dikarenakan tiga pemain yang mengisi area sentral ini tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan strategis yang berakibat pada lemahnya kemampuan lini tengah City dalam hal playmaking.

De Bruyne pun masih terisolasi dan tidak dapat memberikan koneksi antara struktur dalam dengan struktur depan. Hal lain yang mengakibatkan problem ini adalah pasifnya posisi kedua fullback City dalam build-up.

Sehingga tidak dapat memberikan okupansi ruang yang maksimal. Struktur permainan City seolah tidak memiliki pemain yang mengisi kelebaran maksimal. Dengan demikian superioritas jumlah di area sentral ini menjadi sia-sia.

Kesimpulan

Kedatangan Klopp ke Inggris seolah membawa sesuatu yang benar-benar baru. Meskipun masih ada banyak hal yang dapat diperbaiki dari penampilan Liverpool namun progres perkembangan mereka –secara taktikal— sangat menarik untuk diikuti. Semakin hari Liverpool tampak semakin klop dengan Klopp.

Di lain pihak, permainan City menunjukkan mengapa selama ini tim-tim yang mewakili Inggris selalu kandas di Liga Champions. Kemampuan mereka dalam menilai kapasitas strategis (suatu ruang) sangat lemah.

Jika pun ada, pengaplikasiannya juga masih tradisional. Menarik untuk diamati perkembangan Liga Inggris kedepannya jika semakin banyak pelatih dengan ide-ide sepak bola modern, seperti Juegen Klopp, masuk menangani tim Inggris.

 

Komentar

This website uses cookies.