Manchester Masih Biru

Haaland selebrasi gol ke gawang Manchester United. (Manchester City)

Derby Manchester perdana Premier League 2022/2023 kembali menasbihkan bahwa Manchester masih biru. Pertandingan dua klub terbesar Kota Manchester antara City dan United awal musim ini semakin menunjukkan jurang menganga antara level keduanya. Manchester United nyaris tak berkutik menghadapi gempuran dan pressing ketat Manchester City di Etihad Stadium. Pertandingan berakhir dengan pesta gol 6-3 untuk tim tuan rumah.

Gawang David de Gea menjadi sasaran empuk bagi dua pemuda 22 tahun The Citizens, Erling Haaland dan Phil Foden, yang masing-masing sukses mencatatkan hattrick di laga ini. Kubu United tentu perlu banyak berbenah, tetapi bagaimana performa tim di laga sarat gengsi itu?

Bagaimana Jalannya Laga?

City dengan formasi 4-3-3 pakem Pep Guardiola meladeni United dengan 4-2-3-1 di bawah komando Erik ten Hag. Babak pertama menjadi petaka bagi Setan Merah. Mereka nyaris tak berkutik menghadapi high press City yang berjalan sangat efektif. Transisi United juga sangat buruk baik dalam transisi positif dan negatif. Saat melakukan build up, United yang kurang mampu lepas dari tekanan cenderung mengandalkan long pass dan bertarung untuk second ball. Sayangnya, upaya mereka dengan mudah bisa dinetralisir oleh kubu lawan dengan keunggulan jumlah di lini tengah.

Sedangkan transisi bertahan United meninggalkan celah yang cukup besar di ruang antar lini serta jarak antar pemain yang kurang rapat. City dengan permainan ruangnya dengan mudah mengeksploitasi kelemahan tersebut hingga tercipta empat gol tanpa balas di 45 menit pertama. Mereka secara leluasa memanfaatkan kelebaran untuk merenggangkan jarak antar pemain dan menciptakan ruang menganga di tengah.

Bingung Menghentikan Haaland

Kesalahan terbesar United juga paling terlihat saat melakukan penjagaan terhadap Haaland. Dua bek tengah United, Raphael Varane dan Lisandro Martinez, tampak kesulitan menghadapi pergerakan aktif ‘monster’ nomor 9 tersebut yang terus mencari ruang dan mendapat keleluasaan untuk bergerak di kotak penalti lawan. Tampaknya koordinasi lini belakang United pada laga derby kali ini tidak berjalan lancar sebab sama sekali tak terlihat bagaimana strategi mereka untuk menghentikan Haaland sebagai mesin gol utama.

Terlihat jelas bagaimana Haaland tampil sebagai man of the match dalam laga Derby Manchester pertamanya. Hattrick ketiganya di Premier League dan dua assists kepada Foden membuktikan bagaimana ia sangat leluasa bergerak tak hanya sebagai target man di dalam kotak 16, namun juga sebagai pemantul di lini depan. Kubu Setan Merah baru merespons di awal babak kedua saat inisiatif dan penetrasi Antony melepas tembakan jarak jauh berbuah gol pertama untuk timnya dalam laga tersebut. Secercah asa untuk tim tamu sempat menyeruak sebelum Haaland dan Foden kembali memberikan mimpi buruk untuk De Gea.

Performa ofensif United sebenarnya cukup membaik di babak kedua. Mereka lebih berani melakukan tusukan dan melepaskan tembakan spekulasi dari luar kotak penalti. Terutama setelah Anthony Martial masuk menggantikan Marcus Rashford ketika laga berusia 59 menit. Dua gol berhasil ia cetak dengan salah satunya melalui titik putih. Namun, semua datang terlambat. Hingga peluit panjang berbunyi, United harus pulang ke Old Trafford dengan kekalahan ketiga mereka musim ini.

Bayang-bayang Musim Lalu

Selama 90 menit pertandingan, para pemain United memang terlihat kurang percaya diri. Faktor capaian buruk mereka musim lalu serta dua kekalahan dari City di Premier League sebelumnya barangkali menjadi penyebab bagaimana Bruno Fernandes dan kawan-kawan tampil sangat berbeda dibandingkan ketika menghadapi Liverpool dan Arsenal musim ini. Masalah mental dan kepercayaan diri tersebut kemudian diamini oleh Ten Hag pasca laga berakhir. Dalam konferensi pers, pelatih asal Belanda itu mengaku telah menyampaikan kepada anak asuhnya bahwa evaluasi terbesar ada dalam kepercayaan diri skuad.

Hal yang juga menjadi masalah utama saat United memulai start buruk musim ini dengan dua kekalahan atas Brighton & Hove Albion dan Brentford. Menjalani transisi pergantian pelatih ke tangan Ten Hag, maka masalah mentalitas tersebut masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera diselesaikan di samping proyek membangun sistem dan gaya bermain yang cocok bagi Setan Merah.

Di samping itu, keputusan Ten Hag dalam mencadangkan Casemiro dan memilih Scott McTominay juga menjadi sorotan. Pasalnya McTominay banyak melakukan kesalahan terlebih saat dalam penguasaan bola. Casemiro dengan pengalaman sebagai ‘big game player’ dan kemampuannya untuk melakukan zona marking tampaknya akan lebih cocok untuk menghadapi City dengan permainan yang mengandalkan ruang.

Terlepas dari segudang masalah di skuad United, penampilan City sangat memuaskan. Kecerdikan Pep dan konsistensi skuad The Citizens sangat menonjol di Derby Manchester perdana musim ini. Sekali lagi, hal itu menunjukkan bagaimana City sebagai juara bertahan dan title contender musim ini memiliki level yang sangat berbeda dengan kekuatan skuad United sekarang. Paruh pertama Premier League kembali membuktikan bahwa Manchester masih biru!

Komentar

This website uses cookies.