Maurizio Sarri dan rokok adalah dua elemen integral. Bagi Sarri, rokok adalah identitas, budaya sekaligus pelepas stress ketika sedang bekerja. Ketika kebiasaan merokoknya mulai dibatasi seperti saat menukangi Chelsea, tim yang ia asuh biasanya tampil angin-anginan. Bersama Lazio ia diberi kebebasan menyalakan sigaret dan memulai revolusi skuad Elang Ibukota dengan begitu senyap.
Tanpa hingar bingar layaknya rival sekotanya, Biancoceleste mulai menunjukan hasil nyata dari revolusi yang Sarri bangun dalam dua musim ke belakang. Hingga pekan ke-11 Serie A, Gli Aquilotti duduk manis di peringkat ketiga klasemen dengan dengan meraih tujuh kemenangan dan baru satu kali terkalahkan.
Bangkitnya Sarriball
Sarriball yang identik dengan penguasaan bola, umpan satu dua, transisi cepat, dan pemosisian pemain telah bangkit kembali bersama Lazio. Sarri juga tidak segan mengubah formasi 3-5-2-nya Lazio era Simone Inzaghi menjadi 4-3-3 favoritnya.
Hasilnya langsung terasa. Musim lalu, Lazio finis di peringkat lima dan menjadi tim paling subur di Serie A dengan 77 gol. Pun sama dengan musim 2022/2023, tim asuhannya juga menjadi tim tersubur ketiga dan tim paling susah untuk dibobol hingga pekan ke-11 Serie A. Sejauh ini, Romagnoli dkk sudah membukukan 23 gol dan baru 5 kali kebobolan.
Tak hanya itu, cairnya permainan antar pemain juga membuat Biancoleste menjadi tim dengan catatan asis terbanyak di Serie A. Total dari 11 laga, anak asuh Sarri sudah mengemas 19 asis.
Klub yang bermarkas di Stadion Olimpico ini juga menjadi klub yang pemainnya paling banyak berlari. Total, Immobile dkk rata-rata berlari sejauh 113 km tiap 90 menit. Hal ini akibat taktik Sarri yang sangat menekankan pemosisian pemain, pencarian ruang dan transisi yang cepat.
Meniadakan ketergantungan pada Immobile
Lazio amat sangat bergantung dengan Ciro Immobile. Bahkan berdasarkan data dari The Athletic, persentase kemenangan Lazio tanpa Immobile hanya 27,3% saja.
Musim ini, Immobile memang masih menjadi mesin gol Lazio dengan 6 golnya. Hanya saja, Sarri mulai mencoba memunculkan opsi-opsi pemain lain sebagai lumbung gol. Salah satunya adalah mencoba skema false nine dalam permainannya.
Upaya Sarri menghilangkan ketergantungan pada Immobile berhasil. Gelandang-gelandang Lazio dan pemain depan yang dulu tidak punya taji sebagai pencetak gol berubah menjadi pemain yang sangat haus gol musim ini.
Sergej Milinkovic-Savic misalnya, ia sudah mencetak 3 gol dan 7 asis sejauh ini. Belum lagi Mattia Zaccagni dengan 4 golnya, Felipe Anderson 2 gol, dan Luis Alberto 3 gol.
Ketika Immobile harus menepi karena cedera, kini Lazio tidak khawatir lagi. Seperti di laga terakhir melawan Atalanta (23/10), anak asuh Sarri berhasil menaklukan tim tersebut dengan skor 2-0 melalui gol Zaccagni dan Anderson.
Kebijakan transfer yang tepat guna
Musim panas lalu Lazio mendapat dana transfer dari Claudio Lilito, pemilik Lazio, sebesar 38 juta poundsterling. Dengan dana yang begitu terbatas, Maurizio Sarri mampu membuktikan kapasitasnya untuk mencari pemain yang dibutuhkan.
Pertama ada penjaga gawang Ivan Provedel yang dibeli dari Spezia. Sejauh ini Ivan baru 5 kali kebobolan, melakukan 27 saves, dan 6 kali clean sheet. Berikutnya ada Alessio Romagnoli, bek senior gratis dari AC Milan. Romagnoli dengan kematangannya mampu membuat lini bertahan Gli Aquilotti sudah ditembus dan sudah mengoleksi 1 gol.
Rekrutan terbaik tertentu jatuh pada Mattia Zaccagni dari Hellas Verona dan si anak hilang Felipe Anderson dari West Ham United. Sebagai seorang gelandang Zaccagni mampu menjadi motor Lazio dengan sudah mencetak 4 gol dan 3 asis. Sementara Anderson kembali menemukan performa terbaiknya di rumah lamanya dengan sudah mencetak 2 gol dan 2 asis.
Kontrak baru, 60 batang rokok dan catatan hariannya
Bagusnya penampilan Lazio tidak lepas dari pemberian kontrak baru kepada Maurizio Sarri hingga 2025 mendatang. Tentu hal ini memberikan ketenangan pada Sarri untuk meramu dan bereksperimen bersama Elang Ibukota.
Tak lupa 60 batang (mungkin lebih) rokok yang ia hisap tiap harinya bisa juga memberikan kejernihan dalam otak Sarri. Sehingga lahirlah skema permainan indah yang ditunjukan oleh anak asuhnya
Terakhir Sarri punya sebuah buku catatan harian yang selalu ia bawa. Tidak ada orang yang tahu isi sebenarnya buku tersebut. Barangkali di dalamnya ada cerita tentang hasil buruk, mantra-mantra kemenangan, umpatan-umpatan buruk, atau hal-hal tak bisa dikatakan lainnya.
Lazio-nya Sarri tentu bukanlah tim yang sempurna. Tim ini acap melempem jika diperhadapkan dengan pressing. Kecenderungannya, Sarriball akan terhenti jika bertemu lawan yang agresif dan punya garis bertahan tinggi. Seperti halnya ketika harus takluk saat bersua Napoli.
Sejauh mana kira-kira Elang Ibukota akan terbang tinggi di musim ini?