Memakan Lawan Bersama Makan Konate

Setelah kontraknya dengan Arema FC berakhir, teka-teki kesebelasan yang akan diperkuat Makan Konate pada gelaran Liga 1 musim 2020 nanti akhirnya terjawab kemarin (16/1). Gelandang energik berpaspor Mali tersebut memutuskan bergabung dengan rival bebuyutan dari klub lamanya itu di kawasan Jawa Timur, Persebaya.

Bagi penggemar Bajol Ijo, Bonek, kedatangan Konate bukan hal yang kelewat mengagetkan. Pasalnya, beberapa kali pihak manajemen, termasuk sang presiden klub, Azrul Ananda, memberikan kode soal pemain anyar yang bakal mereka datangkan guna menyongsong musim kompetisi baru.

Hal yang paling sering dilemparkan ke publik adalah Bonek cukup menanti peresmiannya secara tenang dan bisa dilakukan sembari makan-makan (aktivitas makan di sini tentu merujuk pada nama depan Konate juga).

Walau tak dipublikasikan, tapi konon, dana yang mesti dikucurkan Persebaya untuk mengikat Konate jumlahnya cukup besar. Namun sebesar apapun itu, kubu manajemen tentu sudah berhitung, baik dari sisi teknis maupun non-teknis, dari perekrutan sosok berumur 28 tahun tersebut.

Pasca-melepas Diogo Campos, Persebaya memang butuh gelandang kreatif yang kelak diplot sebagai otak serangan. Berbekal kapabilitas dan pengalamannya selama merumput di Indonesia, Konate adalah rekrutan bagus. Penggila sepakbola di tanah air pasti sepakat bahwa pria kelahiran Bamako itu bukanlah figur sembarangan.

Dalam skema 4-2-3-1 yang tengah digandrungi di Indonesia, termasuk oleh pelatih Persebaya, Aji Santoso, Konate senantiasa ditempatkan sebagai gelandang serang yang berdiri tepat di belakang lone striker.

Sederhananya, Konate bakal beraksi di belakang David da Silva serta diapit dua winger, entah Bayu Nugroho, Irfan Jaya, Mahmoud Eid, Oktafianus Fernando, Supriadi, Osvaldo Haay (andai bertahan) maupun winger lain yang direkrut jika nama terakhir memutuskan hijrah dari Stadion Gelora Bung Tomo.

Wilayah operasi Konate sendiri tergolong luas, tapi cenderung ada di area tengah hingga sepertiga akhir permainan. Namun tidak menutup kemungkinan juga bila di Persebaya nanti, Konate akan sering bergerak dari area sayap ketika menusuk pertahanan lawan seperti yang ia lakukan bareng Arema FC musim kemarin.

Inteligensia, visi, teknik, penempatan posisi, kelihaiannya mencari sekaligus memanfaatkan ruang dan kemampuannya menciptakan maupun mengeksekusi peluang tentu sangat berguna bagi lini serang Bajol Ijo. Lini pertahanan lawan bisa dibuat kalang kabut oleh agresivitas, dan permutasi posisi yang dilakukan para penghuni sektor depan Persebaya.

Apalagi Da Silva sebagai ujung tombak merupakan striker yang aktif terlibat dalam permainan. Alih-alih statis di depan seraya menanti servis rekan setimnya, bermodal teknik mumpuni dan akselerasi lari yang impresif, figur asal Brasil tersebut bisa turun jauh ke area tengah guna menarik bek lawan sembari memegang bola untuk kemudian memaksimalkan kans yang ia miliki buat mencetak gol atau memberi asis bagi rekan setimnya. Oleh Konate, situasi ini tentu dapat dioptimalkan pula.

Gol-gol dan asis yang diciptakan Konate bareng Singo Edan musim lalu, berjumlah 16 gol dan 11 asis, bisa menjadi gambaran sederhana buat mengeluarkan semua nilai plus yang dimiliki pemain setinggi 178 sentimeter itu. Tentunya dengan berbagai penyesuaian karena gaya bermain Persebaya pasti berbeda dengan Arema FC.

Akan tetapi, video di atas bukan satu-satunya acuan yang bisa dilihat guna menemukan cara memaksimalkan kemampuan Konate. Terlebih, masing-masing pelatih memiliki pendekatan yang berbeda dalam meracik strategi.

Memberi kebebasan untuk Konate merupakan satu dari sekian upaya yang pantas dicoba agar ia menghadirkan kontribusi positif bagi tim. Di sisi seberang, Persebaya sudah harus mengantongi trik-trik ajaib supaya permainan tim tidak langsung macet gara-gara Konate dimatikan oleh pasukan seteru.

Keberadaan Konate juga tak sepatutnya mendorong Bajol Ijo jadi tim yang amat tergantung pada skill lelaki kelahiran 10 November 1991 itu. Preseden tersebut justru menaikkan probabilitas hadirnya bahaya untuk Persebaya karena permainan mereka bisa mampat akibat bergantung kepada Konate seorang, khususnya di fase ofensif.

Sekarang, semuanya kembali kepada Aji. Bagaimana eks arsitek Persela dan PSIM itu meramu skuatnya, memaksimalkan potensi yang dipunyai setiap penggawanya, termasuk Konate, menerapkan pendekatan yang sesuai guna mengeksploitasi lawan maupun mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi anak asuhnya di atas lapangan.

Memiliki Da Silva, Irfan, Konate, dan kemungkinan, satu di antara Mahmoud atau Oktafianus di barisan depan adalah privilese yang tidak bisa didapatkan dengan mudah oleh seorang pelatih di Indonesia. Namun di Persebaya, pada musim 2020 nanti, Aji memperoleh itu.

Maka kondisi tersebut wajib ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya karena makin mentereng skuat Persebaya, makin tinggi pula ekspektasi yang tumbuh di dada Bonek. Namun Aji pasti berharap bahwa ekspektasi itu dapat dikontrol dengan baik oleh para suporter agar tak membebani tim. Percayalah, Aji pun ingin Bajol Ijo semakin garang dan sanggup memakan lawan-lawannya di atas lapangan dengan Konate sebagai salah satu senjatanya.

Komentar

This website uses cookies.