Memetakan Masa Depan Lini Tengah Chelsea

Saat ini, skuad Chelsea dihuni oleh enam orang gelandang yang secara reguler bergantian mengisi starting eleven. Nama-nama yang dimaksud adalah N’Golo Kante, Jorginho, Mateo Kovacic, Ross Barkley, Ruben Loftus-Cheek, Mason Mount, dan Billy Gilmour.

Namun, menumpuknya stok di lini tengah tersebut ternyata urung memuaskan juru taktik Chelsea, Frank Lampard. Mulai musim depan, satu gelandang lagi akan ikut bergabung, yakni Hakim Ziyech yang diboyong dari Ajax Amsterdam.

Lampard sendiri selama menangani Chelsea hampir selalu menggunakan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1. Skema itu membuatnya mesti menurunkan tiga pemain tengah setiap melakoni pertandingan, sehingga dapat dimaklumi apabila The Blues tampak seperti kolektor gelandang.

Namun, kedatangan Ziyech membuat surplus lini tengah mereka bisa jadi malah bukan sebuah keunggulan. Andai dilihat dari sudut pandang yang berbeda, hal itu mungkin malah menjadi beban bagi finansial klub.

Bergabungnya Ziyech akan memaksa Chelsea membuang minimal satu hingga dua pemain baik secara permanen ataupun dengan status pinjaman. Jumlah itu bisa bertambah apabila mereka sukses menggaet Kai Havertz dari Bayer Leverkusen.

Untuk melakukan itu, Frank Lampard dituntut cermat dalam mengelola perpindahan pemain masuk dan keluar supaya neraca keuangan tetap sehat. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang pergi dan siapa yang tinggal?

Nama yang paling santer diisukan akan hengkang adalah Jorginho. Sejak dimulainya kembali Liga Inggris sehabis lockdown, Jorginho belum sama sekali menempati posisi starter. Padahal, ia merupakan pilihan utama sejak awal musim hingga bulan Maret tahun ini.

Spekulasi mencuat bahwasanya Jorginho akan mengikuti jejak Maurizio Sarri yang hijrah ke Juventus pada musim panas lalu. Terlebih, Juventus akan kehilangan Miralem Pjanic yang hijrah ke Barcelona musim depan setelah ditukar guling dengan Arthur Melo.

Jorginho sendiri adalah pemain kesayangan Sarri. Ia merupakan transfer pertama yang diminta oleh pelatih asal Italia itu pada awal kariernya membesut Chelsea. Dua orang itu juga telah bekerja sama sejak berada di Napoli.

Oleh karena itu, bukan menjadi rahasia lagi bahwa pemain yang dapat berperan sebagai deep-lying playmaker itu diminati Si Nyonya Tua. Terus diparkirnya Jorginho oleh Lampard bisa menjadi katalis dari skema transfer tersebut.

BACA JUGA:  Apa Kabar, Di Matteo?

Selanjutnya, . Namanya memang pernah dikaitkan dengan Real Madrid dalam rangka mewujudkan proyek Los Galacticos jilid tiga. Namun, mengingat kondisi keuangan Eropa yang tercekik akibat pandemi, kemungkinan besar Los Blancos akan menunda rencana tersebut.

Ditambah lagi, Casemiro sampai saat ini masih menjalankan peran ballwinning midfielder dengan baik di bawah asuhan Zinedine Zidane. Situasi tersebut semakin meminimalisasi peluang Kante akan bertolak ke Ibukota Spanyol dalam waktu dekat ini.

Kemudian, Ruben Loftus-Cheek. Ia sempat mencuri perhatian karena sukses menjalani masa pinjaman di Crystal Palace pada musim 2017/2018. Panggilan timnas juga datang untuk memperkuat Inggris dalam Piala Dunia 2018.

Namun, pemain yang sempat memikul banyak ekspektasi itu tenggelam setahun terakhir akibat cedera tendon achilles yang dideritanya. Ia absen Mei 2019 dan baru merumput setahun kemudian, yakni pada 20 Juni lalu setelah kompetisi Liga Inggris bergulis kembali.

Apabila menilik lamanya pemain kelahiran tahun 1996 tersebut menepi dari lapangan hijau, agaknya ia akan keluar dari tim. Namun, usia yang terhitung masih belia dan statusnya sebagai homegrown player akan membuat Chelsea berpikir dua kali melepasnya dengan status permanen.

Oleh karena itu, opsi peminjaman bisa jadi kebijakan yang diambil. Bermain di klub lain dengan level lebih rendah selama semusim penuh dapat mengembalikan performa dan kebugaran Loftus-Cheek seperti sedia kala.

Pemain lain yang kemungkinan akan disekolahkan oleh Lampard adalah Billy Gilmour. Usia karirnya yang masih seumur jagung tidak akan bekembang dengan optimal apabila ada pemain lain di posisi serupa yang lebih menjadi pilihan utama dibanding dirinya. Jorginho misal.

Momentum kegemilangan Gilmour yang bermain apik dalam beberapa bulan terakhir tentu tak mungkin luput dari perhatian tim pelatih. Meskipun probabilitasnya tak besar, Gilmour bisa saja dipinjamkan untuk menambah jam terbang apabila Lampard masih memutuskan memakai jasa Jorginho.

BACA JUGA:  AC Milan: Wujud Sempurna Visi Berlusconi dan Eksekusi Galliani

Tiga nama terakhir, yakni Mateo Kovacic, Mason Mount, dan Ross Barkley, boleh dikatakan cenderung aman. Dua nama pertama secara reguler mengisi starting eleven Chelsea sejak awal musim.

Semenjak ditebus secara permanen oleh Chelsea, Kovacic menunjukkan permainan yang apik serta konsisten. Ia kembali menemukan kelihaiannya yang hilang di Madrid dan menjelma sebagai salah satu gelandang terbaik di Liga Ingrris saat ini.

Sementara itu, Mason Mount sukses menawarkan warna baru di lini tengah Chelsea, sekembalinya dari masa pinjaman bersama Derby County. Versatilitas yang dipunyai membuatnya amat disukai oleh Lampard. Selain berposisi sebagai gelandang, Mount acap kali dimainkan sebagai sayap kiri.

Selanjutnya, Barkley juga berhasil merespon dengan baik beban ekspektasi publik Inggris yang selama ini menjadi masalah utama. Selepas lockdown, ia berhasil menyarangkan dua gol dan satu asis. Terlebih, status sebagai pemain homegrown akan membuatnya punya nilai untuk dipertahankan.

Dengan begitu, berdasarkan situasi di atas, Jorginho adalah pemain yang paling mungkin hengkang pada bursa transfer mendatang dan menjualnya pun tak akan sulit. Maurizio Sarri akan bersenang hati mempekerjakannya kembali setelah menjalani kebersamaan di dua tim sebelumnya.

Kemudian di sisi yang lain, Ruben Loftus-Cheek bisa jadi akan dipinjamkan untuk menambah jam terbang demi mengembalikan performanya sebelum cedera. Sementara itu, status pemain muda lain, Gilmour, akan sangat bergantung pada transfer Jorginho.

Akan tetapi, paceklik yang tengah menjerat kondisi keuangan banyak klub bisa jadi membuat situasi keluar masuk pemain lebih sulit ditebak. Termasuk soal pendaratan Havertz ke London yang masih juga maju mundur akibat pertimbangan arus kas.

Andai pemain Leverkusen itu benar-benar datang, situasi di ruang ganti Chelsea menjadi lebih kompleks. Lampard sekali lagi harus berurusan dengan skema ekstradisi gelandangnya. Walaupun, ada kemungkinan Havertz dimainkan sebagai sayap, mengingat Pedro dan Willian belum meneken perpanjangan kontrak.

Komentar
Sesekali mendua pada MotoGP dan Formula 1. Bisa diajak ngobrol di akun twitter @DamarEvans_06