Bermain sebanyak lima kali pada ajang Serie A dalam rentang satu bulan terakhir, Fiorentina cuma sanggup memetik sebiji poin tatkala imbang 1-1 dengan Parma (3/11). Sisanya, Federico Chiesa dan kolega ditimpa kekalahan beruntun, masing-masing dari Cagliari (10/11), Hellas Verona (24/11), Lecce (30/11) dan Torino (8/12).
Kenyataan tersebut bikin pelatih La Viola, Vincenzo Montella, beroleh sorotan tajam dari pihak manajemen, tifosi dan media. Di media sosial, tanda pagar #MontellaOut bahkan terus bergema sebagai bukti perasaan tidak puas akan kinerja pelatih berumur 45 tahun itu.
Upaya bangkit dari keterpurukan dengan mengukir kemenangan, realitanya belum dapat diwujudkan. Dini hari tadi (16/12), Fiorentina hanya bermain imbang saat menjamu Internazionale Milano di Stadion Artemio Franchi. Gol dari Borja Valero pada babak pertama sukses disamakan oleh Dusan Vlahovic di menit-menit akhir babak kedua.
Hasil belum apik itu memaksa Fiorentina tertahan di posisi ke-13 klasemen sementara dengan koleksi 17 poin. Jarak mereka dari zona relegasi pun semakin kecil. Tak heran bila dada tifosi masih diliputi kekhawatiran.
Jelang bergulirnya musim 2019/2020, manajemen La Viola mendatangkan sejumlah pemain sebagai langkah penguatan tim. Nama-nama yang diboyong ke Firenze pun cukup mentereng sekaligus berpengalaman yakni Martin Caceres, Kevin Prince-Boateng, Erick Pulgar, dan Franck Ribery, entah secara gratis maupun merogoh kocek cukup dalam. Keempat figur tersebut melengkapi kehadiran Milan Badelj, Dalbert Henrique, Rachid Ghezzal, dan Pol Lirola yang datang dengan status pinjaman.
Bersama Marco Benassi, Chiesa, Nikola Milenkovic, dan German Pezzella yang sudah mengisi skuat, Montella yang diangkat sebagai allenatore menggantikan tempat Stefano Pioli pada April 2019 silam diharapkan bisa mengatrol capaian Fiorentina yang musim lalu hanya finis di peringkat ke-16.
Nyatanya, membangun fondasi tim yang lebih kokoh rupanya bukan pekerjaan mudah untuk Montella. Sedari awal musim ini, performa tim asuhannya memang terseok-seok. Empat partai perdana di Serie A berujung dengan dua hasil seri dan dua kekalahan bikin klub dengan seragam utama berwarna ungu ini menghuni dasar klasemen.
Mujur, enam laga selanjutnya memunculkan asa lebih bahwa Montella adalah sosok yang pas buat menukangi La Viola sekaligus membawa angin perubahan. Saat itu, mereka berhasil mengemas empat kemenangan serta cuma sekali seri dan kalah. Akibatnya posisi mereka perlahan naik sampai peringkat ke-8.
Namun seperti yang saya rangkum di bagian awal tulisan ini, nasib Fiorentina berubah drastis dalam kurun satu setengah bulan pamungkas. Mereka masih bisa mencetak gol sebagai upaya memenangkan pertandingan, tapi lini pertahanan Fiorentina justru tampil bak amatiran karena sangat mudah diobrak-abrik kubu lawan.
Mengacu pada statistik yang dihimpun via Flashcore, Bartlomiej Dragowski sebagai penjaga gawang Fiorentina dipaksa bekerja ekstra sebab harus melakukan penyelamatan krusial setidaknya empat kali dalam setiap aksinya di lima pertandingan terakhir.
Ditinjau dari sisi manapun, kondisi tersebut sungguh tidak ideal karena lini belakang Fiorentina begitu mudah diekspos dan lawan mempunyai peluang besar untuk mengoyak jala La Viola. Sebaliknya, kesempatan Fiorentina untuk mengumpulkan angka ikut terkikis sebab Chiesa dan kawan-kawan wajib menggelontorkan gol supaya bisa menyamakan skor atau bahkan membalikkan keadaan.
Bagaimanapun juga, pertahanan tangguh merupakan syarat mutlak agar sebuah tim beroleh capaian apik di kompetisi liga. Paling tidak, bisa menyelamatkan mereka dari sedotan degradasi. Dan problem inilah yang kudu dibereskan Montella kalau ingin mengamankan jabatannya sekaligus membawa kesebelasan yang berdiri tahun 1926 itu tampil lebih baik.
Layaknya euforia yang ditunjukkan pemain dan ofisial Fiorentina selepas Vlahovic menciptakan gol penyama kedudukan ke gawang Samir Handanovic, hasil imbang melawan Inter sepatutnya bisa dimaksimalkan sang pelatih sebagai momentum untuk membangkitkan performa tim racikannya. Tak peduli bahwa lawan mereka di giornata berikutnya tak kalah sulit yaitu AS Roma (21/12).
Andai hal itu gagal diwujudkan, curriculum vitae figur yang semasa aktif bermain mendapat julukan L’Aeroplanino karena memiliki gaya khas dalam merayakan gol tersebut akan semakin merah. Pasalnya, masa bakti Montella ketika membesut AC Milan dan Sevilla sebelum ditunjuk menjadi pelatih Fiorentina pun khatam dengan surat pemecatan.