Pandemi Covid-19 yang menjadi-jadi menimbulkan banyak ketidakpastian salah satunya gelaran Liga Indonesia baik di Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator belum menemukan titik temu dengan pihak Kepolisian untuk kembali menggulirkan kompetisi.
Saya jadi teringat akan webinar beberapa pekan lalu di mana salah satu narasumber mengatakan bahwa klub dan seluruh stakeholder sepakbola nasional merupakan korban ketidakpastian dari ketidakseriusan pemerintah dalam menangani pandemi.
Sebagai suporter balbalan lokal tentu saya sangat merindukan kembali bergulirnya sepakbola di tanah air. Melihat sang kebanggaan berlaga di lapangan hijau merupakan salah satu bentuk pelarian dan hiburan akan kehidupan yang semakin kompleks khususnya pada saat pandemi seperti sekarang. Masyarakat pasti kian bosan dengan segala macam pembatasan aktivitas dan bahkan ada yang menganggap bahwa Covid-19 ini tidak nyata.
Di tengah rasa frustasi akan menunggu kabar bergulirnya kompetisi, saya seolah mendapat pencerahan saat menemukan akun bernama @sepakbolacirebon di Instagram dan @SepakBolaCRBN di Twitter. Saya pun penasaran dengan apa saja yang sudah berhasil mereka lakukan dalam mengisi kegiatan persuporteran di Cirebon akhir-akhir ini.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mengunjungi laman yang mereka miliki. Saya langsung terperanjat ketika melihat situs ini menyediakan beberapa konten aktual seperti artikel yang ditulis oleh beberapa penulis asal Cirebon.
Lalu saya juga menemukan kanal Youtube yang menyajikan bincang-bincang ringan dengan elemen suporter sepakbola lokal episode pertama. Waktu itu merek mengundang Aremania, suporter dari klub Arema FC, yang ada di Kota Wali.
Tak lama setelahnya, di grup Whatsapp Pantura Boys 1976 (pendukung PS Sleman yang ada di Cirebon), kawan saya, Mas Dedi, membagikan tangkapan layar tentang adanya undangan melalui pesan Instagram untuk menjadi tamu dalam podcast yang diadakan oleh pengelola akun Sepakbola Cirebon.
Saya pun segera merespons undangan tersebut. Grup yang sebelumnya sepi pun kembali bergairah. Langsung saya bertanya kepada beberapa rekan untuk memenuhi undangan tersebut sembari menunggu umpan balik dari teman-teman yang lain.
Tak lupa pula, saya coba menghubungi pengelola akun Sepakbola Cirebon melalui narahubung yang tertera di undangan tersebut. Selang beberapa jam kemudian, salah seorang perwakilan dari Sepakbola Cirebon membalas dan menanyakan kesiapan kami untuk hadir. Sontak kabar itu segera saya bagikan ke grup dan mendapat banyak respons.
Setelah melalui perbincangan panjang di grup, disepakatilah bahwa pada hari Senin, 26 Oktober 2020 pukul 20.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), kami akan memenuhi undangan tersebut. Narahubung dari Sepakbola Cirebon pun tak lupa saya kabari mengenai kepastian bahwa kami siap hadir dan menjadi tamu dalam podcast mereka.
Sampailah pada hari yang ditunggu-tunggu. Anggota grup langsung mengonfirmasi bahwa ada tiga orang yang bakal hadir. Semula ada empat orang, tetapi karena satu dan lain hal, ia berhalangan. Saya lantas menghubungi pihak Sepakbola Cirebon bahwa kami sedang dalam perjalanan menuju tempat podcast.
Setibanya di sana, kami melihat sebuah tempat yang disulap menjadi studio mini lengkap dengan atribut sepakbola yang berjejer rapi di dinding belakang. Selain itu, ada juga alat pendukung siaran yang akan digunakan. Mata saya sendiri menangkap beberapa jepretan foto yang menampilkan laga PSIT Cirebon dan PS Gunung Jati kala beraksi di Stadion Bima.
Sembari menunggu datangnya salah satu personel dari tim Sepakbola Cirebon, saya sedikit berbincang dengan Mas Angga, personel Sepakbola Cirebon lainnya, mengenai awal mula dibentuknya akun media sosial dan laman Sepakbola Cirebon.
Menurutnya, Sepakbola Cirebon dibentuk sebagai wadah keresahan Mas Angga dan kawan-kawan tentang stigma suporter yang beredar di masyarakat. Selama ini, suporter kerap disebut sebagai biang onar sehingga untuk mendapatkan izin keramaian dan berkenaan dengan acara nonton bareng maupun segala kegiatan yang berbau suporter, perizinannya dipersulit.
Pembentukan Sepakbola Cirebon juga diharapkan bisa menjadi tempat bagi para suporter khususnya suporter liga lokal yang ada di Kota Wali untuk saling mengenal satu sama lain. Selain itu, ia juga merasa bahwa Sepakbola Cirebon dapat dijadikan sarana mengangkat dan memperkenalkan nama kota yang sudah berusia 631 tahun ini ke pentas nasional, khususnya di bidang literasi.
Sepakbola Cirebon merupakan bagian dari perjuangan pemuda untuk kembali membangkitkan gairah sepak bola di Kota Wali. Sepakbola Cirebon lahir dari rahim pergerakan suporter. Tak bisa dipungkiri, suporter merupakan elemen penting dalam ekosistem sepakbola. Salah satu bagian yang mampu mengangkat kualitas klub.
Kondisi ini bisa selaras dengan kemajuan daerah. Klub maju, ekonomi daerah bangkit. Media informasi menjadi alat pergerakan Sepakbola Cirebon di rumahnya sendiri. Informasi dan literasi menjadi senjatanya. Alasannya simpel, media selalu menjadi senjata pergerakan seperti yang dilakukan Tirto Adi Suryo yang membangunkan dan menyadarkan pribumi untuk lepas dari penjajah melalui media informasi.
Bung Tomo juga melakukan hal yang sama. Melalui siaran radio, media informasi saat itu, beliau menyerukan perlawanan. Gerakan masif yang terjadi pada 10 November itu lantas dikenang sebagai Hari Pahlawan. Media informasi menjadi bukti perlawanan, pergerakan, persatuan, dan hal-hal positif lainnya.
Sepakbola Cirebon harus bisa menyampaikan informasi, literasi dan lainnya untuk kemajuan sepakbola di Kota Wali. Saat ini, sepakbola di Cirebon dalam kondisi yang tidak sehat lantaran klub lokal yang tak mampu bersaing. Namun optimisme harus terus dipupuk. Terlebih gairah suporter di Cirebon begitu tinggi.
Walau mayoritas suporter di Kota Wali mendukung klub lokal dari luar daerah, tetapi keyakinan bahwa mereka ingin melihat klub asal kotanya melejit juga terus menyeruak. Stadion Bima yang kondisinya membuat geleng-geleng kepala menjadi saksi bisu lahirnya Sepakbola Cirebon.
Obrolan ringan tentang kondisi ekosistem sepakbola di Cirebon yang tak baik-baik saja menjadi dasarnya. Kami, tiga pemuda Cirebon sepakat membentuk sepakbolacirebon.id pada 30 September 2020. Lahirnya Sepakbola Cirebon tak terlepas dari peran Idham Hadiwisastra, pendiri Tarkamphotographerclub Cirebon. Lensa kamera yang tetap fokus memotret ekosistem sepakbola terbawah, antarkampung, di Indonesia.
Walau rendah, tetapi itu menjadi motivasi awal bagi kebangkitan sepakbola Cirebon. Bibit-bibit pemain, fanatisme suporter, hingga semangat masyarakat untuk menyaksikan klub kebanggaannya berlaga di tataran nasional sungguh bergairah. Semoga gairah ini bisa berakhir dengan adanya klub lokal yang mentas di kasta teratas sepakbola Indonesia.