Mereka yang Kembali ke Eredivisie

SONY DSC

Bursa transfer musim panas 2015 baru saja berlalu. Ada beberapa peristiwa menarik yang menyelimuti bursa transfer musim panas kali ini. Batalnya kepindahan David de Gea ke Real Madrid dan Roberto Soriano ke Napoli dikarenakan masalah ini itu atau harga fantastis yang membawa Anthony Martial ke Old Trafford merupakan contoh dari kejadian-kejadian menarik yang membumbui deadline transfer musim panas 2015.

Dengan sudah ditutupnya bursa transfer ini sekaligus bisa menjadi penanda bahwa genderang kompetisi musim 2015/16 telah siap untuk ditabuh. Hal ini berlaku untuk liga-liga yang sudah menggulirkan kompetisinya terlebih dahulu, tak terkecuali untuk Eredivisie. Kompetisi teratas di liga Belanda ini telah memutar kompetisinya sejak awal bulan Agustus. Dan hingga batas akhir bursa transfer musim panas yang jatuh di akhir bulan Agustus, klub-klub Eredivisie pun turut aktif melakukan aktivitas transfer guna menyeimbangkan tim dalam mengarungi kompetisi yang akan melelahkan mereka nantinya.

Eredivisie memang bukan kompetisi yang royal mendatangkan pemain kelas wahid dengan harga yang menjulang tinggi seperti halnya Premier League, Serie A, La Liga maupun Bundesliga. Sebaliknya, kompetisi ini justru gemar melepas pemain-pemain bintang, muda nan berbakatnya ke liga-liga papan atas tersebut dengan harga yang tak mahal-mahal amat.

Dengan fakta demikian, bukan lantas tidak ada yang seru dari sepak terjang yang dilakukan oleh klub-klub Eredivisie di lantai bursa perpindahan pemain. Ada empat nama yang diangkut oleh tiga klub Eredivisie yang sejatinya mampu menggoda hati ini untuk memperbincangkan mereka.

Nama-nama seperti John Heitinga, Hedwiges Maduro, Eljero Elia serta Dirk Kuyt sekiranya pernah melintas di telinga dan penglihatan para pecandu sepak bola dunia. Keempat pemain tersebut merupakan pemain internasional yang bukan hanya sudah mencicipi pengalaman tampil di berbagai liga top Eropa, namun juga telah merasakan bangganya mengenakan kostum kesebelasan tim nasional Belanda di kejuaraan dunia.

Keberhasilan Ajax Amsterdam, FC Groningen dan Feyenoord Rotterdam dalam membawa pulang (kembali) Heitinga, Maduro, Elia serta Kuyt ke kompetisi yang telah menelurkan pelbagai macam pesepak bola hebat tentunya menjadi keberkahan tersendiri bagi liga yang sudah berdiri sejak tahun 1956 ini. Bukan hanya untuk Eredivisie saja, tapi pastinya untuk klub yang mereka bela sekarang. Penulis akan membedah satu persatu profil dan potensi apa saja yang bisa ditebarkan oleh keempat pesepak bola tersebut bagi kesebelasan baru mereka.

1. John Heitinga

Heitinga

Pria bernama lengkap John Gijsbert Alan Heitinga ini adalah satu dari sekian banyak pesepak bola yang merekah dari akademi sepak bola Ajax. Memulai debut di tim senior sejak tahun 2001, pesepak bola yang juga masih memiliki darah Indonesia ini menjelma menjadi pilar penting di lini pertahanan De Godenzonen hingga musim 2007/2008. Kepindahannya ke Atletico Madrid, Everton, Fulham serta Hertha BSC selepas bermain di Ajax menjadikannya sebagai pesepak bola yang cukup kenyang akan ilmu dan petualangan hidup yang akan bermanfaat bagi rekan-rekan setimnya.

Riwayat hidup yang nampak menjanjikan tersebut memang tidak serta merta menjamin posisinya di starting line-up layaknya masa baktinya di Ajax pada periode pertamanya. Hal ini terlihat di mana pada empat pertandingan awal di Eredivisie, belum satu menit pun yang didapat oleh pesepak bola yang didapuk menjadi kapten kedua tim setelah Davy Klaassen ini. Pelatih Frank de Boer lebih mempercayai duet Joel Veltman dan Jairo Riedewald untuk mengawal lini belakang kesebelasannya.

Keberadaan Heitinga untuk saat ini mungkin lebih dipersiapkan sebagai pelapis duo andalan tadi, apa lagi mengingat keterlibatan Ajax mengikuti tiga kompetisi sekaligus di musim ini. Kemampuannya bermain sebagai gelandang bertahan yang diperoleh saat memperkuat Everton juga menjadi nilai tambah bagi pasukan De Boer dalam menyiasati strategi rotasi ataupun cedera yang mungkin menimpa pemain pilarnya kelak.

Pesepak bola yang pada tanggal 15 November nanti akan genap berusia 32 tahun ini juga mungkin sudah memikirkan peran apa yang bisa diberikannya saat memutuskan untuk kembali ke kesebelasan lamanya tersebut. Dengan umur yang sudah menginjak kepala tiga, kehadirannya tidak harus selalu berupa tampil di lapangan, tapi tentunya bisa menjadi panutan dan pemimpin di luar lapangan.

Dengan segudang pengalaman yang dimilikinya saat bermain di berbagai klub Eropa dan juga timnas Oranje, rasa-rasanya Heitinga akan mampu memberikan efek positif bagi kesebelasan yang banyak dihuni oleh pemain-pemain muda ini. Dan bila nantinya ia mampu menjalankan perannya dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan kontraknya yang hanya berdurasi satu tahun itu akan diperpanjang oleh pihak manajemen klub nantinya.

2. Hedwiges Maduro

Maduro

Serupa dengan Heitinga, pemain yang mampu bermain sebagai gelandang bertahan dan bek tengah ini juga melakoni debut profesionalnya bersama Ajax, di musim 2004/05. Sempat digadang-gadang memiliki talenta yang amat cerah, namun pada perjalanannya sinar pemain 30 tahun ini bisa dikatakan tidak secerah seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Sempat menikmati kompetisi La Liga bersama Valencia dan Sevilla kurang lebih enam tahun lamanya, pesepak bola yang lahir di Almere ini memutuskan hijrah ke liga Yunani untuk bermain bersama PAOK pada tahun 2014. Namun karirnya di PAOK tidak bertahan lama. Juara KNVB Cup 2015, Groningen, berhasil memulangkan Maduro ke negara asalnya di musim 2015/16 ini.

Kedatangan Maduro tentu akan sangat membantu tim asuhan Erwin van de Looi dalam mengarungi kompetisi yang mereka jalani di musim ini. Keberhasilan menjuarai KNVB Cup pada musim lalu yang berbuah tampil di Europa League membuat van de Looi harus cerdik-cerdik dalam meramu skuatnya. Keserbabisaan Maduro bermain di beberapa posisi akan amat berguna bagi kesebelasannya dalam menghadapi jadwal kompetisi yang jauh lebih penuh dari musim sebelumnya.

Sebagai juara bertahan KNVB Cup, tentunya kesebelasan yang bermarkas di Euroborg ini ingin mempertahankan gelar domestik yang baru pertama kali mereka raih di musim yang lalu. Dan bila berbicara perihal KNVB Cup, Maduro memiliki pengalaman meraih gelar di ajang tersebut sebanyak dua kali berturut-turut sewaktu masih membela panji Ajax.

Walaupun pengalaman yang dimiliki Maduro itu tidak lantas bisa memastikan Groningen akan mampu mempertahankan gelarnya, setidaknya modal pengalaman dan mental juara yang dimilikinya bisa ditularkan dan dimanfaatkan oleh rekan-rekan barunya di tim.

Sekarang tinggal pintar-pintarnya van de Looi dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh pemain yang masuk dalam skuat timnas Belanda pada Piala Dunia 2006 Jerman ini ke dalam skuat yang diasuhnya.

3. Eljero Elia

Elia

Nama Eljero Elia sempat menjadi buah bibir di persepakbolaan Belanda. Melakoni debut profesional bersama ADO Den Haag pada tahun 2004 saat usianya baru 17 tahun, penampilannya di musim-musim berikutnya bersama ADO Den Haag mampu menarik perhatian klub sekaliber Ajax dan FC Twente.

Namun Twente-lah yang beruntung mendapatkan pesepak bola yang kini berusia 28 tahun ini. Performanya bersama Twente pun semakin berkembang, terutama saat dilatih oleh pelatih Steve McClaren. Ia pun diboyong klub Bundesliga, Hamburg SV, pada musim panas 2009. Sayangnya kepindahannya ke Hamburg, yang kemudian dilanjutkan ke Juventus, Werder Bremen dan Southampton justru tidak semakin mencerahkan karirnya.

Pada musim 2015/16, ia pun memutuskan untuk pindah ke liga yang telah melahirkan namanya ini. Bersama Feyenoord, ia memang tidak langsung menjadi pemain inti. Ia masih harus berjuang keras memperebutkan tempatnya di lini depan yang juga dihuni oleh beberapa nama seperti Colin Kazim-Richards, Bilal Basacikoglu dan tentunya sang pujaan yang juga memutuskan kembali ke De Kuip, Dirk Kuyt.

Meskipun begitu, kehadiran Elia di dalam skuat yang dilatih oleh Giovanni van Bronckhorst ini akan memperkaya pilihan dan variasi serangan lini depan juara Eredivisie 14 kali tersebut. Elia juga diharapkan mampu menjadi mentor bagi rekan-rekannya yang masih minim pengalaman. Dan Elia tentu tidak ingin melewatkan kesempatan yang kini telah hadir di depannya.

4. Dirk Kuyt

Kuyt

Siapa yang tidak kenal pada pria berambut pirang ini. Ia selalu menjadi andalan bagi kesebelasan yang dibelanya. Penampilan enerjiknya di lapangan menjadikannya sosok yang begitu sulit untuk tidak dikagumi.

Kembalinya Kuyt ke Eredivisie seakan memupus rindu yang telah tertanam sejak tahun 2006. Pada tahun tersebut Kuyt memang memutuskan untuk memulai peruntungan barunya ke ranah Premier League bersama Liverpool setelah menghabiskan waktu lima dan tiga tahun bersama FC Utrecht dan Feyenoord. Setelah pengabdiannya di Liverpool selama enam musim berakhir, ia pun memilih liga Turki sebagai destinasi berikutnya selama tiga tahun lamanya sebelum kembali lagi berseragam Feyenoord pada musim 2015/2016 ini.

Kedatangan Kuyt pastinya sangat fundamental bagi tim asuhan van Bronckhorst ini. Perannya sebagai pemimpin di lapangan sangat diandalkan terlebih setelah tidak adanya sosok Jordy Clasie yang memutuskan bergabung dengan Southampton. Tiga gol dari empat pertandingan awal Eredivisie (walau dari titik penalti semua) menjadi bukti konkrit dari kontribusi awal seorang kapten yang telah berusia 35 tahun ini.

Pelatih van Bronckhorst kini tidak hanya bisa mengandalkannya sebagai seorang pemimpin bagi rekan-rekannya di lapangan saja, namun juga bisa berperan sebagai pemecah kebuntuan di kala tim sedang mengalami kesulitan dalam mencetak gol. Terlepas dari kontraknya yang hanya satu tahun saja, kemunculan kembali Kuyt ke dalam tim lamanya ini akan menjadi salah satu modal utama dalam perjalanan panjang Feyenoord di musim 2015/16 yang baru saja berjalan ini.

Hijrahnya keempat pemain tadi ke rumah mereka secara langsung maupun tidak langsung tentu akan memberikan warna lain di Eredivisie season 2015/16 ini. Apakah nantinya dengan kepulangan mereka ini akan mampu memperbaiki karir mereka yang sempat meredup, mampu membuka pintu timnas Oranje yang sempat tertutup atau sekadar mencari kenyamanan dengan bermain di tempat mereka tumbuh dulu, yang jelas mereka datang menawarkan hal yang indah bagi kesebelasan dan kampung halaman yang dicintainya.

 

Komentar

This website uses cookies.