Pasca-absen dari final kejuaraan Eropa selama satu dekade, Inter Milan akhirnya menjejak lagi arena tersebut kala mentas di final Liga Europa 2019/2020 dini hari (22/8) kemarin. Menghadapi wakil Spanyol, Sevilla, tim asuhan Antonio Conte bertumpu pada duo striker tangguhnya, Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku sebagai juru gedor.
Tampil cukup apik sedari sepak mula, Inter berhasil unggul terlebih dahulu via tendangan penalti Lukaku. Namun sayang, Luuk de Jong berhasil menciptakan dua gol bagi Sevilla untuk membalikkan kedudukan. Beruntung, Diego Godin sukses menyamakan skor jelang turun minum. Intensitas laga di babak pertama sungguh menarik dan penonton pun berharap ada sajian yang lebih seru di babak kedua.
Akan tetapi, harapan tinggal harapan, kedua kubu bermain lebih hati-hati di babak kedua. Tempo laga melambat dan permainan mengalir secara perlahan. Apes bagi I Nerazzurri, kubu Los Nervionenses yang kemudian sukses keluar dari tekanan dan mencetak gol kemenangan via tendangan salto Diego Carlos yang membentur kaki Lukaku. Sevilla pun berhak membawa pulang titel Liga Europa usai menang 3-2.
Ada banyak hal yang dikemukakan fans menjadi biang keladi kekalahan Inter. Mulai dari jeleknya performa lini pertahanan dalam mengantisipasi serangan Sevilla, tidak berkutiknya gelandang-gelandang Inter buat menginisiasi serangan, hingga dimatikannya Lautaro dan Lukaku sepanjang babak kedua.
Lautaro bahkan ditarik di pertengahan babak kedua lantaran tak memberi dampak signifikan bagi permainan Inter. Kawalan ketat bek-bek Sevilla membuatnya frustrasi.
Kecewa sudah pasti, tapi harapannya jelas bahwa Inter bisa bangkit di waktu yang akan datang guna meraup prestasi lagi. Menariknya, kekalahan klub Italia tersebut di final Liga Europa memunculkan kembali rumor kepindahan Lautaro ke Barcelona.
Sejumlah media di Eropa terus memberitakan bahwa Barcelona siap melakukan apa saja demi mengamankan jasa pemain berjuluk Il Toro tersebut. Terlebih, menurut pelatih baru kubu Blaugrana, Ronald Koeman, masa depan dari Lionel Messi dan Luis Suarez belum begitu jelas.
Mesti diakui bahwa selama ini, Inter selalu memiliki striker-striker berkelas pada masanya. Mulai dari Giuseppe Meazza, Alessandro Altobelli, Ronaldo Luiz Nazario, Adriano Leite, Zlatan Ibrahimovic, Hernan Crespo, Diego Milito sampai Samuel Eto’o. Nama-nama itu adalah garansi keran gol yang mengucur deras.
Lautaro sendiri dibeli dari klub asal Argentina, Racing Club, jelang bergulirnya musim 2018/2019 silam. Banderolnya tidak kelewat mahal yaitu 25 juta Euro. Perekrutan itu dilakukan Inter supaya beban Mauro Icardi di lini serang tidak kelewat tinggi.
Pelatih Inter saat itu, Luciano Spalletti, pun mengerti bahwa Lautaro punya potensi besar dalam dirinya. Tanpa ragu, sang pelatih mengintegrasikannya secara perlahan di musim perdananya merumput di Serie A. Hasilnya pun cukup elok, I Nerazzurri finis di peringkat empat dan Lautaro berhasil membukukan 6 gol (total 9 gol di seluruh kompetisi).
Ketika Spalletti didepak dan diganti Conte jelang musim 2019/2020, ada banyak pembenahan dan perubahan yang muncul di tubuh tim. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan sang pelatih. Manisnya, momen ini berhasil dimanfaatkan Lautaro untuk tampil lebih baik.
Bersama Lukaku, Lautaro jadi pasangan striker yang sangat produktif dan tajam. Pemilik 17 penampilan bareng tim nasional Argentina tersebut sanggup mencetak 21 gol dan 7 asis secara keseluruhan. Bila dikombinasikan dengan torehan Lukaku, duet ini menghasilkan 54 gol bagi Inter di semua ajang. Fantastis, bukan?
Maka terbilang wajar kalau Lautaro semakin dikenal dan kini jadi buruan klub-klub raksasa. Walau demikian, Inter sebagai pemilik sah sang pemain, tentu ogah melepasnya dengan mudah. Apalagi dirinya sudah menjadi bagian integral tim.
Guna menghalangi klub-klub lain mendapatkan Lautaro, I Nerazzurri memasang klausul buy out pemuda kelahiran Bahia Blanca itu di angka 111 juta Euro. Di era saat ini, nominal tersebut bisa dikatakan tidak kelewat masif, tapi tidak banyak kesebelasan yang mampu mengeluarkan duit sebanyak itu dalam satu waktu.
Menariknya, setelah Barcelona menunjukkan ketertarikan kepadanya, kini giliran tim tajir asal Inggris, Manchester City, juga ingin mencomotnya. Konon, Lautaro dipersiapkan sebagai pengganti Sergio ‘Kun’ Aguero yang makin menua dan sebentar lagi kontraknya berakhir di Stadion Etihad.
Hengkang ke Barcelona atau City mungkin jadi lompatan besar bagi karier Lautaro, utamanya buat meraih trofi seperti yang diidam-idamkan para pesepakbola profesional. Namun rasanya kurang pas bila ia hijrah saat ini ke Catalan atau tanah Britania. Apalagi dua klub tersebut sedang dijejali berbagai masalah.
Bertahan di Inter dan melanjutkan cerita di sana seraya bertandem dengan Lukaku merupakan opsi paling bijak. Garansi main saban pekan, bisa ia peroleh di Stadion Giuseppe Meazza. Artinya, Lautaro punya segudang kesempatan buat unjuk gigi. Siapa tahu, ia merupakan sosok yang di kemudian hari dapat mempersembahkan silverware perdana bagi I Nerazzurri dalam kurun satu dekade pamungkas.
Kegagalan di final Liga Europa memang pahit, tapi musim ini berjalan dengan sangat baik untuk Lautaro. Tak ada hal lain yang patut dipikirkan oleh Lautaro selain tampil lebih trengginas di musim-musim selanjutnya. Bagi Inter maupun timnas Argentina.