Usai mundur dari jabatannya medio Mei 2018 silam, Zinedine Zidane akhirnya kembali menempati kursi pelatih Real Madrid pada Maret 2019. Serentetan hasil jeblok yang dituai Los Blancos di bawah asuhan Julen Lopetegui memaksa kubu manajemen untuk merayu lelaki Prancis tersebut supaya berkenan pulang.
Berbeda dengan era perdana melatih Sergio Ramos dan kawan-kawan, kali ini Zidane menemui jalan yang lebih terjal dalam mengembalikan kejayaan Madrid.
Sebagai langkah membantu kerja Zidane, pihak klub menunjukkan aksi nyata di bursa transfer musim panas lalu. Salah satu yang paling menyita atnesi tentu perekrutan bintang sepakbola asal Belgia yang dimiliki Chelsea, Eden Hazard. Uang yang mesti dikucurkan Los Blancos demi mengamankan jasanya pun tak main-main, sebesar 100 juta euro!
Walau demikian, sebagai pendukung Madrid, saya merasa ada yang ganjil dengan keputusan Zidane selama menangani Los Blancos, utamanya yang berhubungan dengan pemilihan dan perekrutan pemain. Menurut saya, pria berusia 47 tahun itu seperti melakukan praktik nepotisme terselubung di dalam skuat garapannya.
Dimulai dengan final Liga Champions 2016/2017 di mana ia memasukkan anak sulungnya, Enzo Zidane, ke dalam daftar 25 pemain yang dipersiapkan untuk menghadapi Juventus. Padahal, musim itu Enzo cuma sekali merumput bareng tim senior yakni di ajang Piala Raja Spanyol.
Selepas Enzo, terbitlah Luca Zidane yang merupakan adiknya. Pada musim 2017/2018, Luca dipromosikan sang ayah buat menjadi kiper ketiga Madrid di bawah Keylor Navas dan Kiko Casilla. Kendati begitu, selama dua musim menjadi kiper ketiga, Luca hanya mencatatkan sepasang penampilan dan kebobolan empat gol.
Menurut kabar yang santer beredar di El Confidencial, Luca disebut memiliki masalah pribadi dengan Sergio Reguilon dan hal itu dicurigai jadi penyebab kuat mengapa sang bek kiri dipinjamkan ke Sevilla pada musim 2019/2020. Meski pada akhirnya, Luca juga ikut dipinjamkan ke tim Divisi Segunda, Racing Santander.
Belum cukup sampai di situ, kini giliran Theo Zidane, putra ketiganya yang perlahan disiapkan Zidane untuk masuk ke jenjang senior. Pada jeda internasional kemarin, Theo terlihat ikut berlatih dengan tim utama Madrid meskipun usianya baru 17 tahun.
Bukan hanya dari sisi keluarga, dugaan nepotisme terselubung juga terlihat dari makin banyaknya pemain Prancis di skuat utama Los Blancos. Seiring waktu, Zidane terkesan memilih pemain berkewarganegaraan Prancis untuk didatangkan ke Stadion Santiago Bernabeu.
Di awal musim ini, Zidane melepas Keylor Navas ke Paris Saint-Germain (PSG) dan meminjam kiper Prancis kepunyaan Les Parisiens, Alphonse Areola, selama semusim penuh. Padahal Navas adalah sosok esensial yang berkontribusi besar atas hattrick gelar Liga Champions (2016-2018) Madrid.
Selain Areola, musim ini Zidane juga mendatangkan fullback kiri berpaspor Prancis, Ferland Mendy, dari Olympique Lyonnais. Terasa aneh sebab Zidane sebetulnya memiliki amunisi yang cukup di pos tersebut karena adanya Reguilon serta Theo Hernandez yang kembali dari masa pinjamannya di Sociedad. Namun entah apa yang merasuki Zidane sehingga ia memboyong Mendy yang harga tebusnya mencapai 48 juta euro.
Lucunya, ketika Reguilon dan Hernandez (dipinjamkan ke AC Milan) berhasil menjadi pemain kunci di tim yang mereka perkuat sekarang, Zidane malah kesulitan dalam memaksimalkan Mendy akibat deraan cedera.
Rangkaian nepotisme pemain Prancis ala Zidane makin tampak mencolok kala sang pelatih ngotot agar manajemen Madrid bersedia meminang Paul Pogba dari Manchester United beberapa waktu lalu. Sayangnya, operasi ini tak terwujud lantaran manajemen The Red Devils ogah melepas gelandang nyentrik tersebut.
Makin terlihat konyol, manajemen sebenarnya telah memberi dua sosok alternatif kepada Zidane untuk direkrut yaitu Christian Eriksen (Tottenham Hotspur) dan Donny Van de Beek (Ajax Amsterdam).
Akan tetapi, keteguhan sang entrenador yang menginginkan Pogba seorang berujung dengan tak adanya gelandang baru yang masuk walau Madrid telah melepas Dani Ceballos, Marcos Llorente, dan Mateo Kovacic. Hal ini menyebabkan Madrid mengalami krisis pemain tengah di sejumlah pertandingan awal musim ini.
Selain Pogba, Zidane juga sangat ingin mendatangkan Kylian Mbappe ke ibu kota Spanyol. Berulangkali ia memberikan kode agar manajemen Los Blancos mendatangkan anak ajaib Prancis tersebut dari PSG. Tak peduli bahwa harga tebus Mbappe sangat mahal dan Les Parisiens pun enggan melegonya.
Sejatinya, tidak masalah kalau Zidane ingin membangun dinasti Prancis di skuatnya karena itu adalah haknya sebagai pelatih. Persis seperti yang dilakukan Arsene Wenger saat membesut Arsenal dahulu. Asalkan, keputusan Zidane memang terkait dengan kebutuhan tim secara utuh. Bukan hal lain yang justru dapat mengganggu keharmonisan di tubuh skuat yang tengah mengusung misi kebangkitan.