Newcastle United Menyongsong Era Baru

Ada pemandangan tak biasa dari St. James’ Park, kandang Newcastle United kemarin (7/10). Hari itu, Allan Saint-Maximin dan kolega tak bertanding. Namun suporter The Magpies menyemut di luar stadion seraya berjingkrak riang gembira seolah merayakan kemenangan.

Raut wajah suporter Newcastle memperlihatkan kelegaan. Ya, belenggu si kikir Mike Ashley sebagai pemilik klub selama 14 tahun selesai sudah.

Konsorsium asal Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF), bersama PCP Capital Partners dan RB Sports & Media, resmi mengambilalih The Magpies dari St James Holdings lewat dana sebesar 300 juta Poundsterling.

Pendekatan dari pihak PIF, PCP Capital Partners, dan RB Sports & Media sebetulnya sudah cukup lama. Namun berbagai kendala, seperti pembajakan tayangan Liga Primer Inggris di Arab Saudi dan bos PIF sekaligus putra mahkota kerajaan, Mohamed Bin Salman, yang disebut sebagai dalang tewasnya jurnalis Jamal Khashoggi, bikin prosesnya sempat mandek.

Di tengah sinisme publik karena pemilik baru Newcastle terindikasi sebagai pelaku kejahatan, perasaan lega fans melihat Ashley tak lagi memimpin klub sungguh disyukuri dan tak bisa disembunyikan.

Keputusan PIF mengakuisisi The Magpies tampaknya bisa membuat rumput St. James’ Park basah oleh bir perayaan gelar juara. Berdasarkan informasi dari berbagai media, kekayaan PIF jumlahnya belasan kali lipat dari Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan, bos Abu Dhabi United Group yang memiliki Manchester City via City Football Group.

Seketika, nama Newcastle kembali diperhitungkan di kancah Liga Primer Inggris walau skuad mereka belum berubah dan Steve Bruce masih duduk sebagai pelatih.

“Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”, begitu kira-kira kutipan dari pidato Bung Karno yang berjudul Jas Merah puluhan tahun silam. Agaknya Bung Karno ingin mengingatkan kita tentang sejarah yang bisa terulang kembali di masa depan.

BACA JUGA:  Hannover, Paris, dan Kenapa Terorisme Lebih Kejam dari Pembunuhan?

Isu yang beredar, manajemen anyar The Magpies siap mengucurkan duit ratusan juta Poundsterling pada bursa transfer musim dingin mendatang guna memperkuat armada tempur seraya melego pemain-pemain yang dinilai tak berguna.

Dengan dana segar dari saudagar minyak, tampaknya merekrut pemain bintang bukanlah perkara sulit bagi Newcastle di masa depan. Apalagi kalau masuknya pemilik baru membuat mereka semakin kompetitif.

Bisa saja Newcastle mempreteli rivalnya di Liga Primer Inggris dengan mencomot bintang andalannya lewat uang tak berseri yang dimiliki. Melebihi apa yang selama ini Chelsea, Manchester City atau Paris Saint-Germain biasa lakukan.

Akun media sosial Twitter 433 bahkan membuat video guyonan tentang skuad The Magpies lewat gim konsol. Starting eleven mereka dihuni oleh para striker sekelas Erling Braut Haaland, Kylian Mbappe, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, hingga Mo Salah.

Ekspektasi bahwa akan lahir Los Galacticos versi Inggris di Newcastle terus menggelinding. Namun Amanda Staveley dari pihak PCP Capital Partners buru-buru merendah.

“Newcastle layak berada di papan atas Liga Primer Inggris. Kami memiliki ambisi ke arah sana. Namun kami sadar butuh waktu untuk mewujudkannya”, terang Staveley seperti dilansir Sky Sports.

Selain pemain, bursa pelatih Newcastle pun mulai ramai diperbincangkan. Bruce dinilai tak kapabel untuk membuat tim ini kompetitif. Dibutuhkan sosok yang levelnya di atas pria beruban itu buat mengatrol performa The Magpies. Entah dalam waktu dekat atau per musim depan.

Media-media Inggris mulai mengaitkan nama Antonio Conte, Eddie Howe, Frank Lampard, sampai Zinedine Zidane sebagai calon pelatih anyar. Berkaca pada rekam jejak sebagai pelatih, nama-nama tersebut memang lebih baik dibanding Bruce.

BACA JUGA:  Tren Bisnis Sepakbola Indonesia Berubah, PSSI Tidak

Lebih jauh, apabila bicara tentang klub yang berdiri tahun 1892 ini, kita wajib menyadari bahwa mereka bukanlah tim antah berantah yang miskin prestasi.

The Magpies pernah menjuarai Liga Inggris sebanyak empat kali meski semuanya terjadi sebelum meletusnya Perang Dunia I. Mereka juga sempat memeluk Piala FA enam kali plus sebiji Charity Shield (kini Community Shield) dan Piala Inter-Cities Fairs.

Sejumlah pesepakbola top juga pernah mengenakan baju strip vertikal hitam-putih semisal Faustino Asprilla, Andy Cole, Les Ferdinand, Paul Gascoigne, David Ginola, dan Alan Shearer.

Nama terakhir bahkan masih tercatat sebagai top skorer sepanjang masa Liga Primer Inggris dengan torehan 260 gol. Lebih dari separuh jumlah gol tersebut dicatatkannya saat membela Newcastle.

Kehadiran pemilik baru meletupkan optimisme baru di tubuh The Magpies. Harapan untuk melihat mereka bersaing di papan atas juga kian melonjak di dada The Toon Army, suporter mereka.

Newcastle sedang menyongsong era baru yang diharapkan para suporter lebih baik ketimbang rezim Ashley. Apakah mereka siap menjadi ancaman atau bertahan dengan status gurauan Liga Primer Inggris yang selama ini melekat? Semuanya bergantung pada langkah pemilik anyar dalam mengelola tim.

Komentar
Sulung dari tiga bersaudara. Penyuka Manchester United dan kari kambing pada hari raya bikinan Ibu. Sambat dan berkicau lewat akun Twitter @perapikosongan