Pekerjaan Rumah bagi Conte dan Inter

Bertandang ke Stadio Ezio Scida (2/5) yang merupakan kandang Crotone, Inter Milan asuhan Antonio Conte memburu poin penuh guna mendekatkan diri ke gelar juara Serie A 2020/2021.

Sempat kepayahan selama satu jam pertama laga, La Beneamata akhirnya mengantongi apa yang mereka inginkan via gol Christian Eriksen (69′) dan Achraf Hakimi (92′).

Kebetulan, Atalanta yang ada di peringkat kedua dengan jarak poin paling dekat dengan Inter, ditahan Sassuolo keesokan harinya (3/5).

Alhasil, secara matematis poin La Beneamata tak terkejar untuk merengkuh Scudetto pertamanya sejak musim 2009/2010.

Keberhasilan ini disambut meriah Interisti di penjuru Bumi. Presiden Inter, Steven Zhang, yang sudah berada di Italia sejak beberapa hari sebelumnya pun memimpin perayaan di Suning Training Centre bersama para pemain, staf pelatih serta ofisial.

Dari sekian orang, nama Conte jadi yang teratas beroleh pujian khalayak. Hal ini terbilang wajar sebab ia mampu membuat anak asuhnya tampil beringas sepanjang musim ini, khususnya di paruh kedua kompetisi.

Konsistensi Inter sudah terlihat sedari awal kompetisi. Namun hal itu tak memuaskan fans karena dengan skuad yang mumpuni, mereka masih dipantati AC Milan di klasemen. Terlebih, La Beneamata tersingkir lebih cepat dari ajang Liga Champions.

Gara-gara itu pula tanda pagar #ConteOut bergema di media sosial. Banyak Interisti yang mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kinerja eks pelatih Bari dan Juventus tersebut.

Namun bukan Conte namanya kalau diam saja dan enggan memperbaiki kesalahannya.

Berbekal pemahaman lebih akan kemampuan anak asuhnya, ia mampu meramu Inter jadi tim yang luar biasa semenjak Januari 2021.

Praktis, satu-satunya noda yang ia rasakan hanyalah kekalahan dari Sampdoria (6/1).

Selebihnya, Lautaro Martinez dan kawan-kawan beraksi dengan sangat paripurna yakni mengukir catatan 19 laga tak terkalahkan. 11 laga di antaranya bahkan selalu dihiasi kemenangan.

BACA JUGA:  Memahami Sikap Massimiliano Allegri Sebagai Lo Spirito Juventus

Conte sempat kembali dicerca lantaran Inter tumbang di tangan Juventus pada fase semifinal Piala Italia via agregat 1-2.

Hujatan sebagai ‘Agen Juventus’ pun menyeruak lagi saat itu. Namun Conte tak peduli, ia fokus pada pekerjaannya dan hasilnya pun sama-sama kita ketahui, Inter beroleh Scudetto ke-19 sepanjang sejarah.

Selama dua musim terakhir, pekerjaan Conte di Inter dilalui dengan banyak problem.

Mulai dari pandemi Covid-19 yang melanda sehingga beberapa pilarnya mengalami cedera, sampai masalah finansial yang mendera Inter. Namun hal tersebut tak mengebiri profesionalitasnya sebagai pelatih.

Tatkala Lautaro dan kawan-kawan berjumpa Sampdoria dini hari tadi (9/5), La Beneamata tetap bermain dengan penuh determinasi. Mereka pun sukses membungkus angka sempurna usai menang telak 5-1.

Inter menjuarai Serie A musim ini dengan cara yang keren. Mereka mengoleksi 85 poin dari 35 giornata. Inter mencetak 79 gol dan kebobolan 30 kali.

Khusus untuk jumlah kemasukan, gawang Samir Handanovic sejauh ini adalah yang paling sukar digetarkan.

Trio Milan Skriniar, Stefan de Vrij, dan Alessandro Bastoni kokoh dalam menggalang lini pertahanan.

Sementara Hakimi dan Ivan Perisic begitu eksplosif menyisir sisi sayap. Pun dengan Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, dan Eriksen yang jadi mengilap sebagai pilar lini tengah.

Terakhir, duo Lautaro dan Romelu Lukaku sebagai penyerang sungguh ganas dalam mengoyak jala lawan. Keduanya sudah membukukan 37 gol di Serie A. Mereka jadi tandem paling produktif.

Di luar itu, para pemain yang acap menghuni bangku cadangan juga memperlihatkan aksi prima setiap kali mendapat kepercayaan.

Alexis Sanchez, Matteo Darmian, Stefano Sensi, Andrea Ranocchia, Arturo Vidal, dan Ashley Young bisa menutupi absensi para penggawa utama.

BACA JUGA:  Identitas Inter

Suka tidak suka, kita mesti mengakui bahwa itu adalah hasil kerja Conte selama satu musim terakhir.

Membuat tim asuhannya jadi pilih tanding bukanlah pekerjaan sepele. Apalagi di tengah semua proses yang ada, banyak sekali gangguan yang dialami.

Kesuksesan merebut Scudetto di musim ini menyudahi rentetan panjang dominasi Juventus yang meraih sembilan Scudetto dalam sembilan musim pamungkas.

Menariknya, Conte adalah pelatih yang bikin La Vecchia Signora menemui fase tersebut. Namun pencapaian ini tak sepatutnya bikin Inter puas. Perasaan lapar akan prestasi harus terus ada di dalam diri mereka.

Scudetto yang musim ini didapat kudu dipertahankan pada musim-musim selanjutnya. Pun dengan gelar-gelar lain yang tersedia, mesti coba didapatkan.

Jangan sampai, raihan Scudetto musim ini sudah bikin mereka puas dan tak memasang target lebih tinggi pada musim-musim berikutnya. Mengingat para pesaing tengah tertatih, Conte bisa memanfaatkan itu buat membangun siklus jawara bersama La Beneamata. Hal itu merupakan pekerjaan rumah Conte selama ia masih dipercaya pihak manajemen.

Nahasnya, klub sedang ada dalam fase yang cukup sulit lantaran didera problem finansial. Artinya, ia kudu berkompromi dengan banyak situasi.

Misalnya saja tidak datangnya pemain yang ia inginkan di bursa transfer. Keharusan memaksimalkan skuad yang ada kendati kualitasnya belum cukup mumpuni dan masih banyak lagi.

Tantangan berat sedang menunggu Conte. Sanggupkah ia membukitikan kepada publik bahwa keberhasilan memutus rantai dominasi Juventus di Italia bukan pencapaian semu? Lalu bagaimana dengan hasrat tampil lebih eksepsional di Benua Biru dari kubu Inter sendiri?

Komentar
Penggemar Persib dan Liverpool yang sekarang juga mendukung Internazionale Milano karena ada di puncak klasemen. Suka berdiskusi, dari yang ringan-ringan sampai yang berat-berat. Bisa disapa di akun Twitter @fauziensaa