Pressing dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu man to man pressing (pressing orang per orang) dan zonal pressing (pressing zona). Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan cara yang berbeda baik untuk melatih, memainkan, dan menghadapinya.
Pressing orang per orang
Pressing orang per orang merupakan jenis pressing yang mana orientasinya “hanya” ke pemain lawan. Ada yang menyebutnya sebagai man to man marking atau penjagaan perorangan.
Kata hanya dalam paragraf di atas diberikan tanda petik, karena, pada dasarnya, adalah tidak logis bagi seorang pemain untuk mengambil 1 orientasi ketika ia beraksi karena, di dalam pertandingan, pemain selalu beraksi dengan orientasi ke bola, kawan, lawan, dan ruang.
Namun, dalam tatanan teoritis, mengatakan pressing orang per orang hanya berorientasi ke pemain lawan bisa dibenarkan karena, dapat dikatakan, pergerakan pemain yang memainkan pressing ini lebih menitik beratkan ke pergerakan lawan yang harus diawasinya. Lebih sederhana lagi, ke mana lawan bergerak ke sanalah ia mengikutinya.
Sepakbola klasik tahun 1950-an merupakan salah satu dasawarsa di mana penjagaan orang per orang dipraktikan dengan masif. Saking masifnya, dengan mudah, kita bisa melihat situasi sama jumlah di kotak penalti (2vs.2, 4vs.4, dan seterusnya) ketika salah satu tim melepaskan umpan silang dari sayap.
Situasi serupa tetapi berbeda jumlah juga dapat kita identifikasi dalam pertandingan Final Piala Dunia 1954 antara Hungaria menghadapi Jerman Barat.
Di era sepakbola modern, walaupun semakin jarang ditemui tetapi masih ada pelatih yang gemar memainkannya. Satu diantaranya tidak lain tidak adalah Marcelo Bielsa. Olympique Marseille 2014/2015 merupakan contoh tim Bielsa yang menerapkan pressing jenis ini.
Marseille menjamu Paris Saint Germain (PSG) 2014/2015
Peluang Javier Pastore di detik ke-37 berawal dari “kegilaan” pemain-pemain belakang Marseille keluar jauh dari posnya demi mengikuti pergerakan penyerang-penyerang PSG.
Betapa mudahnya lini belakang Marseille “memberikan” ruang dikarenakan konsekuensi alami dari cara mereka memainkan pressing orang per orang. Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani memancing 2 pemain Marseille keluar dari posisinya dan membuka ruang bagi Marco Verratti untuk mengakses Pastore yang melakukan deep run, yaitu berlari dari bawah/belakang ke atas/depan.
Pun demikian, pressing orang per orang tidak selalu berakibat buruk. Dengan intensitas yang pas, pemain bertahan bisa terus berdekatan dengan lawan yang harus dijaganya dan ini membuat si pemain bertahan memiliki akses pressing yang “enak”.
Perhatikan kejadian di menit ke 01:29. Gol kedua Marseille berawal dari pressing intens Alayxis Romao kepada Pastore yang berlanjut dengan Romao merebut bola lalu memberikan assist kepada Andre Gignac.
Pressing zona
Sebelum masuk ke pembahasan tentang pressing zona, sebaiknya Anda membaca tulisan Rene Maric di spielverlagerung.com tentang teori dan varian zonal pressing.
Dalam pressing zona, orientasi pemain bertahan terbagi ke bola, kawan, lawan, dan ruang. Dalam tataran teoritis, seperti yang ditulis oleh Rene, orientasi pressing zona dapat dibedakan menjadi pressing berorientasi ke pemain lawan; berorientasi ke opsi; berorientasi ke posisi/formasi; dan berorientasi ke ruang. Untuk memudahkan penyebutan, ada sebagian orang yang menyebut orientasi ke opsi, posisi, dan ruang sebagai pressing zona.
Barcelona versus pressing lawan
Perhatikan klip pertama, kedua, dan klip di detik ke-29. Ketiga lawan Barcelona, secara berurutan, yaitu, Manchester United, Arsenal, dan Atletico Madrid menerapkan pressing zona. Untuk kepentingan penulisan, kita berfokus ke klip di detik ke-29.
Melalui Sergio Busquets, Barcelona berusaha memanfaatkan celah di ruang antarlini Atletico dengan mengirimkan umpan vertikal kepada Fabregas. Definisi ruang antarlini sendiri adalah ruang (vertikal) yang terletak di antara 2 lini.
Cuplikan layar di atas memperlihatkan Fabregas memosisikan diri di celah antarlini tengah dan belakang lawan. Untuk contoh praktis dari pertandingan lain, bisa Anda baca di sini.
Atletico menggunakan pressing zona yang orientasinya adalah mempertahankan formasi 4-5-1. Efek positifnya, Radamel Falcao dan kawan-kawan mampu mengamankan ruang-ruang krusial, terutama di tengah dan half space. Tidak seperti man to man Marseille yang sering “memberikan” ruang kepada PSG.
Namun, ketika pemain tidak mampu mempraktikan pressing zona dengan tepat, ada saatnya pemain bertahan kehilangan akses langsung ke lawan terdekat darinya. Seperti contoh di atas, keterlambatan (atau mungkin keraguan) Filipe Luis melakukan pressing dari sisi buta (blind side) Fabregas membuat pemain Barcelona tersebut berhasil mengontrol umpan Sergio Busquets.
@DieRotenBullen ‘s asymmetric 433 pressing trap against @BVB lead to penalty and 3rd goal https://t.co/BQ3nBVMmEk
— Ryan Tank (@ryantank100) October 17, 2017
Pressing zona dan jebakan pressing RB Leipzig.
Kedua penyerang Leipzig memulai posisi pressing lebih dekat ke nomor 6 (Julian Weigl) Borussia Dortmund. Tujuannya adalah untuk menghambat progres serangan yang mungkin dilakukan Dortmund melalui Weigl.
Umpan yang dilakukan oleh Roman Burki, kiper Dortmund, seperti sebilah pisau bermata dua. Di satu sisi, karena keterbatasan ruang dan waktu di celah antarlini, umpan seperti ini memang sangat berisiko membuat penerima bola terisolasi di dalam pressing lawan.
Namun, di sisi lain, seperti yang ditunjukan oleh Barcelona, bila dipraktikan dengan pas, umpan ke ruang antarlini sangat mampu memberikan banyak keuntungan taktis.
Yang juga patut diperhatikan adalah pressing Diego Demme yang juga turut mempersulit ruang gerak Weigl. Ini yang membedakan antara pressing Leipzig dengan presing Atletico sebelumnya. Yaitu, keberadaan dukungan pressing dari lini bawah/belakang.
Mentransfer ke dalam latihan
Fandom.id sering merilis tulisan cara-cara melatih pressing. Dua tulisan paling gres yang berkaitan dengan pressing adalah melatih pressing sekaligus melatih stamina pemain serta melatih pressing, gegenpressing, dan vertikalitas serangan. Selain itu, fandom.id juga pernah menayangkan tulisan menggunakan latihan 6vs6 untuk mengeksploitasi ruang antarlini yang dapat Anda baca di sini.
Klub-klub Eropa sering menggunakan bentuk 6vs4 atau (8vs.8)+2 untuk sekaligus melatih ball possession, melatih pemosisian di ruang antarlini, melatih pressing, dan melatih performa aerobik yang berkaitan dengan daya tahan (endurance).
Apa yang dijelaskan di atas merupakan penerapan konsep pressing dan penguasaan bola secara garis besar dalam latihan. Selanjutnya, kita akan membahas penerapan yang lebih konkret. Apa saja prinsip-prinsip pressing dari kedua varian tersebut yang dapat diterapkan dalam latihan serta bagaimana cara menghadapi kedua jenis pressing tersebut.
Pressing orang per orang
Ketika bola berada di zona barat, biru dapat berkonsentrasi melakukan penjagaan seperti apa yang diilustrasikan oleh gambar di atas. Namun, jika merah berhasil memprogres bola ke zona tengah maka kompleksitas bertahan pun meningkat karena biru harus menjaga semua akses merah ke zona timur.
Konsekuensinya, biru harus menyesuaikan bentuk pressing-nya. Contoh rantai penyesuaian yang dimaksud adalah, salah satu biru dari zona barat turun ke tengah dan satu biru dari tengah turun ke zona timur. Garis biru putus-putus merupakan indikasi contoh pertukaran posisi antara 10 dengan 8; antara 8 dengan 3; untuk kemudian 3 turun ke zona timur.
Memanipulasi pressing orang per orang
Dalam pressing orang per orang, orientasi pressing adalah ke pemain (lawan). Ke mana lawan pergi ke sanalah ia mengikutinya. Ini menjadi penyebab kenapa pemain bertahan memiliki peluang untuk lebih cepat merebut umpan yang ditujukan langsung ke lawan yang dijaganya.
Mengumpan langsung ke pemain yang dijaga oleh lawan tentu meningkatkan risiko kehilangan penguasaan bola.
Berdasarkan teori di atas, kita bisa menentukan dua prinsip dalam menghadapi man to man pressing yaitu:
- Melakukan pergerakan tanpa bola untuk melemahkan compactness (kerapatan) pertahanan lawan guna
Membuka akses ke “pemain terjauh” secara vertikal (depth vertical) yang sekaligus merupakan “pemain bebas” (free player).
Prinsip jangan dekati pemegang bola kalau hal tersebut
– Memberikan akses pressing kepada lawan yang sekaligus
– Memblokir jalur progres serangan, diterapkan oleh merah
Perhatikan 10 dan kuning yang menjauh dari 1 merah dengan cara bergerak melebar dan “membawa” 2 pemain biru. Pergerakan keduanya membuat 1 merah mendapatkan akses ke “pemain terjauh sekaligus pemain bebas” (11 merah).
Pressing zona
Mekanisme:
- Salah satu penyerang biru memberikan pressing ke kiper merah sambil menutup akses kiper ke merah 4.
- Biru 10 dan biru 8 “mengambil” dua pemain lawan.
- Biru 6 borientasi ke 10 merah sembari menjaga ruang di sekitarnya.
- Di zona gawang sendiri (zona timur), biru 3 berhadapan dengan dua merah.
Memanipulasi pressing zona
Dalam pressing zona, fokus orientasi pressing terbagi baik ke lawan, ruang, dan kawan. Dalam situasi yang ajek, kesempatan lawan untuk segera memotong umpan lebih kecil dan, karenanya, satu umpan yang kita lepaskan harus diikuti dengan dukungan (support) yang efektif.
Dukungan (support) yang dimaksud adalah:
- Keberadaan pemain di ruang antarlini (pemain kuning);
- Keberadaan pemain di kedua tepi (8 dan 10) untuk merenggangkan kerapatan lawan di area tengah; dan
- Keberadaan pemain sebagai opsi di area teratas (9 dan 11).
Poin penting lain
Pemain nomor 3 dan 4 merupakan representasi kehadiran duo bek tengah dari pola dasar 4 bek. Mengharuskan bek tengah ikut melakukan press ke zona tengah berguna untuk membiasakan bek tengah berperan sebagai gelandang bertahan sekunder yang meng-cover (melindungi) ruang antarlini.
Poin penting lain adalah menyertakan kiper dalam latihan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan kiper tipe antisipasi atau kiper tipe A, seperti Manuel Neuer atau Andre ter Stegen. Seain itu, keberadaan kiper juga menambah kehadiran pemain di area tengah yang berpotensi untuk ikut menyedot konsentrasi pressing lawan berfokus ke tengah yang berarti menciptakan ruang lebih di kedua tepi lapangan.
Penutup
Menerapkan semua yang dijelaskan di atas ke dalam pertandingan merupakan hal sulit. Tetapi, aspek-aspek tersebut tetap perlu dipahami oleh pelatih terkait proses pembelajaran bersama para pemain. Dengan mengetahui apa, kenapa, dan bagaimana opsi-opsi yang mungkin diambil dapat membuat pemain merasa lebih nyaman dan lebih lengkap sebagai pesepakbola.