Racikan Anyar Seto Nurdiyantoro di PSIM

Gairah sepakbola Indonesia sedang meningkat tajam. Tak lain tak bukan karena telah digulirkanya Liga 1 musim 2020. Operator liga, PT. Liga Indonesia Baru (LIB), menepati janjinya untuk menggulirkan kompetisi tepat sesuai rencana awal, yakni 29 Februari 2020.

Tak hanya pendukung dari 18 tim yang bermain di Liga 1, namun hasrat akan mendukung tim kesayanganya dalam sebuah pertandingan resmi juga dirasakan oleh suporter tim di Liga 2. Jika tidak ada aral melintang, kompetisi kelas dua di Indonesia ini akan dimulai pada 13 Maret 2020.

Beberapa kesebelasan yang terdaftar pada perhelatan ini telah melakukan persiapan yang matang. Hal itu dilakukan dalam rangka menjalankan proyek besar dengan tujuan akhir promosi ke kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia.

Salah satu klub yang tengah bersiap untuk mengarungi panjangnya kompetisi Liga 2 musim 2020 ini adalah PSIM. Musim lalu, klub legendaris itu gagal mencapai target yang mereka inginkan meski mendatangkan beberapa nama mentereng.

Untuk kali ini, Laskar Mataram sudah sepatutnya merangkai strategi yang tepat untuk kembali ke habitat awalnya, yakni bermain di tingkat paling tinggi yaitu Liga 1. Sebagai langkah awal dalam membentuk kerangka yang sempurna, manajemen PSIM mendatangkan Seto Nurdiyantoro sebagai juru racik tim.

Seto yang menjadi lokomotif dalam membawa skuad PSIM musim ini, tampaknya akan tetap menggunakan pola yang serupa ketika dirinya melatih PS Sleman selama dua musim berturut.

Untuk mengisi gerbong yang akan ia bawa menuju pemberhentian terakhir, pelatih berusia 45 tahun tersebut akan mengombinasikan antara pemain muda dengan pemain senior atau dengan kata lain yang sudah menginjak usia kepala tiga ke atas.

Selain sukses mempertahankan beberapa muka lawas seperti Raymond Tauntu, Yoga Pratama serta Ichsan Pratama. Berangkat dari usul dan keinginan sang pelatih, manajemen PSIM berhasil mendapatkan pemain-pemain berpengalaman untuk memperkuat setiap lini permainan tim.

Beny Wahyudi dan Purwaka Yudi pun resmi diikat oleh Laskar Mataram selama berlangsungnya Liga 2 musim 2020. Tak bisa dipungkiri, pada musim lalu pertahanan merupakan salah satu area lemah bagi tim ini.

Meski kedua pemain tersebut sudah melewati umur keemasan, tapi pada kenyataanya mereka adalah salah satu pilar penting bagi tim masing-masing di musim sebelumnya.

Beny yang terakhir bermain bagi PSM Makassar, berhasil mencatatkan 42 penampilan dengan menit bermain sebanyak 3368 menit. Melihat statistik tersebut, tidak mengherankan bila Seto meyakini bahwa pemain berusia 33 tahun itu mampu membawa dampak baik bagi skuad yang ia asuh.

Sementara itu, Purwaka memiliki catatan penampilan sebanyak 16 kali dengan jumlah waktu selama 1341 menit. Meski tidak sebanyak Beny, tapi bek asal Lampung ini sudah bekerja sama dengan Seto selama semusim ketika di Sleman.

Sehingga, kedatangan Purwaka diharapkanakan memudahkan Seto untuk memberi pemahaman taktik yang ia kehendaki kepada pemain belakang PSIM lainnya.

Tepat satu baris di belakanga Beny dan Purwaka, Sandy Firmansyah direkrut untuk mengisi kuota penjaga gawang yang sebelumnya masih diperkuat oleh satu orang, yaitu Jordyno Putra.

Meskipun musim lalu hanya dipercaya sebanyak dua kali untuk menjaga gawang Arema FC. Kiper berusia 36 tahun tersebut diproyeksikan untuk membagi pengalaman yang ia dapatkan selama malang melintang di kompetisi persepakbolaan Indonesia.

Di luar keahlian dalam menangkap dan mengalirkan bola, seorang yang berdiri dibawah mistar gawang harus memiliki kondisi mental yang baik pada setiap laga yang berlangsung. Hal tersebut jadi faktor esensial yang mendorong manajemen PSIM merekrut kiper berpengalaman seperti Sandy.

Yang tak kalah menarik adalah kembalinya T.A. Musafri ke Yogyakarta. Sebelum resmi bergabung dalam skuat Laskar Mataram tahun ini, pemain yang mengemas 11 penampilan bersama Timnas Indonesia itu pernah berjuang bersama Super Elang Jawa di medio 2004-2006.

Bergabungnya Musafri membuat Seto memiliki opsi lain untuk memepertajam daya serang PSIM yang musim ini resmi berpisah dengan Cristian Gonzales. Kendati memiliki tipikal permainan yang berbeda dengan El Loco, Musafri adalah pemain yang mampu dimainkan lebih dari satu posisi. Tercatat dirinya pernah tampil sebagai penyerang maupun winger.

Bermodalkan 18 penampilan serta sepasang gol dan asis bersama Badak Lampung di musim lalu, kehadiran pria berdarah Tulehu ini diharapkan mampu memberi gebrakan yang menguntungkan sebagai juru gedor PSIM.

Di lini tengah, kesuksesan mendatangkan Ahmad Baasith dan Tegar Pangestu untuk menemani Raymond serta Yoga adalah keberhasilan yang patut disyukuri.

Baasith yang musim lalau bermain tujuh kali bersama Persela, dapat menjadi pesaing yang baik bagi Raymond untuk memutus serangan lawan agar nantinya Ichsan Pratama dapat fokus dalam melakukan serangan.

Di sisi lain, Seto berhasil melepaskan kerinduan publik Jogja dengan menghadirkan pemain-pemain seperti Risman dan Supriyadi. Menggebunya keinginan para pecinta Laskar Mataram agar keduanya dapat kembali tampil bersama PSIM merupakan hal yang sangat masuk akal.

Tak sekadar berlandaskan penampilan yang apik, tetapi juga rasa cinta mereka berdua terhadap tim ini. Buktinya, dua musim lalu mereka tetap bersedia mengikat kontrak dengan PSIM meski harus bermain dengan beban pengurangan 9 poin.

Melengkapi gerbong yang masih lowong, Seto mempercayakan kepada para pemain baru, namun tak asing lagi dikalangan suporter Laskar Mataram. Contohnya adalah Martinus Novianto.

Pemain yang sebelumnya memiliki ikatan resmi dengan Bali United ini merupakan putra asli Yogyakarta tepatnya daerah Gunung Kidul. Kemudian, menyusul juga hadirnya Crah Angger serta Sunni Hizbullah yang pernah membela PSIM pada kurun 4 tahun terakhir ini.

Ditambah dengan dipertahankanya Hendra Wijaya, terdapat empat pemain berusia di atas 30 tahun. Mereka merupakan bagian dari rangkaian kereta untuk menemani pemain-pemain muda di gerbong lainnya.

Menilik komposisi tersebut, Seto sepertinya tahu bahwa jiwa dan raga seseorang bisa sangat terbatas, sehingga memerlukan bantuan dari orang di sekelilingnya dengan tujuan saling melengkapi satu dengan yang lain.

Pelatih kelahiran Sleman tersebut telah mempelajari betul bagaimana kegagalan PSIM di musim lalu. Hadirnya pemain berstatus bintang untuk berkompetisi di Liga 2 bukan jaminan keberhasilan suatu tim untuk menggapai target utama. Itulah yang sedang dibenahi oleh Seto.

Ia mengganti resep musim lalu dengan racikan anyar. Tujuannya jelas, agar para pendukung PSIM bukan lagi meratapi hasil miris, namun memikirkan perayaan yang meriah untuk merayakan keberhasilan PSIM promosi ke Liga 1. Bahkan mungkin, dengan predikat juara Liga 2 musim 2020.

Komentar

This website uses cookies.