Sepakbola dan Wisata Kuliner di Stadion

“Kang, katanya lumpia di Stadion Gelora Bung Tomo ini terkenal enak, ya?”, seorang suporter dengan baju Persib dan logat Sunda yang khas bertanya kepadaku saat jeda pertandingan.

Malam itu sedang berlangsung partai big match Persebaya kontra Persib dalam lanjutan kompetisi Liga 1 musim 2019. Kebetulan, aku berkesempatan untuk datang langsung ke stadion buat menyaksikan aksi Ruben Sanadi dan kawan-kawan.

“Wah, enak banget iki, Mas. Mau coba?”, tanyaku balik sembari menyodorkan sepotong lumpia yang ada di tangan.

Sudah bukan rahasia lagi kalau lumpia menjadi salah satu hidangan yang senantiasa hadir di Stadion Gelora Bung Tomo ketika Persebaya bertanding. Bahkan saat berlaga di Stadion Gelora 10 November dahulu, jajan yang sama selalu dijajakan di tribun penonton. Ajaibnya, menu makanan yang satu ini pasti laris diborong penonton yang mayoritas Bonek.

Dipercayai sebagai makanan khas daratan Cina, sejarah perkembangan lumpia di Indonesia konon berasal dari pernikahan seorang pedagang asal Cina dengan pedagang Indonesia, tepatnya dari Semarang. Sepasang suami istri inilah yang kemudian meramu berbagai macam bahan dan bumbu hingga menjadi lumpia yang lezat. Semarang sendiri beroleh julukan sebagai Kota Lumpia sebab di sanalah pertama kali jajanan yang satu ini diperjualbelikan.

Perkembangan kuliner, akhirnya membawa lumpia sampai ke Jawa Timur. Dengan berbagai penyesuaian, baik rasa, isian hingga saus, lumpia pun jadi kudapan yang digandrungi banyak orang, termasuk Bonek saat menyaksikan laga Persebaya secara langsung di stadion. Alhasil, lumpia bertransformasi jadi salah satu hal paling ikonik dalam setiap pertandingan Bajol Ijo dan menjadi sebuah kultur penting di buku sejarah sepakbola Surabaya.

Cukup dengan uang sebesar lima ribu rupiah, kita sudah bisa menikmati tiga potong lumpia berikut sausnya dan daun bawang sebagai penambah cita rasa. Paling tidak, memakan lumpia dengan porsi tersebut sudah cukup untuk mengganjal perut yang keroncongan sekaligus menambah energi buat mendukung Bajol Ijo sampai peluit terakhir dibunyikan wasit.

Dilansir Bolasport, manajemen Persebaya bahkan mengelola penjualan lumpia secara khusus di Stadion Gelora Bung Tomo pada saat hari pertandingan. Namun tidak di seluruh area, melainkan hanya di tribun Very Important Person (VIP) saja.

“Lumpia sudah identik dengan laga kandang Persebaya. Untuk itu, manajemen berusaha mengelolanya dan khusus di tribun VIP, kami pilihkan lumpia dengan kualitas terbaik,” terang Sonny Baksono, koordinator penjual lumpia di Stadion Gelora Bung Tomo.

Dari sini kita bisa melihat bahwa pertandingan Persebaya tak cuma menarik bagi Bonek. Para pedagang lumpia atau beberapa kudapan lain juga menyambutnya secara antusias. Jika Bonek menginginkan Bajol Ijo tampil bagus, menang sembari bersenang-senang menikmati lumpia, para pedagang mensyukuri laga Persebaya karena berpeluang meraup rezeki untuk keluarga tercinta di rumah.

Pelan tapi pasti, jajan di stadion telah menjadi kultur yang semakin lekat di kancah sepakbola Indonesia. Hadir ke stadion untuk menyaksikan pertandingan jadi tak afdol kalau tak mencicipi menu makanan yang dijual para pedagang di sana.

Bergeser ke Eropa yang menjadi kiblat sepakbola dunia, melakoni wisata kuliner di stadion bukanlah hal tabu. Lagi pula, menikmati pertandingan sembari makan makanan enak adalah kesenangan yang hakiki. Beberapa negara, bahkan punya menu khas yang sulit ditemui di tempat lain.

Di Italia, cukup banyak penjual roti isi salamella, roti isi keju maupun kentang goreng. Sementara di Spanyol, kudapan yang sering ditemui dan dilahap adalah bocadillo (semacam roti isi) serta kuaci.

Bratwurst alias sosis menjadi ciri khas menu santapan di stadion-stadion seantero Jerman. Tak lupa, segelas bir yang bisa didapat dengan mudah. Sedangkan Inggris, selain bir dan wine sebagai minuman, ada banyak pilihan roti isi dan kue pai yang bisa dibeli para penonton.

Jangan heran kalau di Eropa, roti isi jadi menu makanan yang lazim dijual di stadion. Sejarah berbicara bahwa roti isi memang salah satu menu yang amat digemari masyarakat di sana. Namun dalam perkembangannya, roti isi tersebut dikemas dalam berbagai bentuk guna menciptakan cita rasa yang baru, misalnya saja burger dan hot dog.

Kultur suatu masyarakat di sebuah negara, pada akhirnya jadi penentu makanan apa yang cocok untuk dibawa ke stadion. Namun tentu, tak menepikan selera dari mereka sendiri.

Berangkat ke stadion bersama teman, kekasih atau bahkan keluarga, mendukung tim kesayangan adalah ritual wajib bagi seluruh fans sepakbola di manapun berada. Namun seiring waktu, datang ke stadion tak lagi berfungsi sebagai sarana mencari hiburan dengan melihat idola bertanding sembari melepas penat, tapi juga menenangkan sekaligus mengenyangkan perut dengan berbagai makanan khas yang dijajakan.

Komentar

This website uses cookies.