Sepakbola sebagai Sarana Promosi Kesehatan

Tidak dapat dipungkiri bahwa sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia. Bahkan di Indonesia, cabang olahraga yang satu ini amat digandrungi.

Sepakbola hadir dari kawasan elite ibu kota hingga ke pelosok desa. Sepakbola bahkan lebih dahulu hadir ketimbang listrik di sejumlah kawasan terpencil.

Jika ditelusuri lebih jauh, maka kita akan menemukan minimal satu lapangan hijau di sebuah desa, terlepas dari standar yang dimilikinya.

Usia dan gender tak jadi masalah bagi sepakbola karena semua orang dapat terlibat di dalamnya. Entah menjadi pemain, penonton, pengurus klub, atau pedagang asongan yang menyemarakkan sebuah pertandingan balbalan.

Animo yang besar juga hadir pada sepakbola di televisi. Pertandingan menarik dari sejumlah liga, baik nasional maupun internasional, hampir menghiasi layar kaca di tiap-tiap rumah pada akhir pekan.

Hal tersebut mampu menjadi hiburan setelah bekerja keras seminggu penuh. Pada setiap hajatan bergengsi seperti Piala Dunia atau Piala Eropa selalu muncul euforia yang besar di Indonesia.

Paparan tanpa henti tersebut mampu memantik keinginan seseorang untuk memainkan bola dan mempertontonkan kebolehannya dalam mengolah si kulit bundar.

Kehadiran sepakbola yang teramat memasyarakat tersebut seharusnya mampu dimanfaatkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka merealisasikan program GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Dalam program tersebut, Kemenkes mencantumkan 7 langkah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Langkah pertama adalah aktivitas fisik. Kedua, mengonsumsi buah dan sayur. Ketiga, berhenti merokok. Keempat, menghindari konsumsi alkohol. Kelima, mengecek kesehatan secara berkala. Keenam, membersihkan lingkungan, dan yang terakhir, menggunakan jamban.

Seperti poin pertama, maka kegiatan olahraga yang satu ini mampu dimanfaatkan dalam aspek aktivitas fisik.

Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana dan terukur. Aktivitas fisik sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat.

BACA JUGA:  Sentuhlah Piala AFF Tepat di Hatinya

Contoh dari aktivitas fisik ringan adalah berjalan, menyetir, dan menulis. Sementara akivitas fisik sedang antara lain adalah menyapu dan menaiki anak tangga. Sedangkan olahraga dikategorikan sebagai aktivitas fisik berat.

Sebuah studi berjudul Football as Health Promotian Strategy (2019) yang dilakukan Marian Eberl, seorang epidemiolog dari Universitas Teknik Munchen, mengatakan bahwa sepakbola memiliki peran dalam promosi kesehatan.

Sepakbola dinilai mampu mengintervensi kesehatan seseorang dalam mengatasi masalah kegemukan, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah meski dalam rentang waktu yang singkat.

Massa lemak dapat berkurang 1-4 kilogram dan memengaruhi indeks massa tubuh seseorang hingga 3 kg/m2. Tekanan darah mampu turun 5 sampai 10 mmHg pada seseorang yang rutin bermain sepakbola.

Kaitan sepakbola dengan diabetes melitus adalah serapan gula yang lebih optimal pada pesepakbola dibandingakan dengan orang yang tidak bermain sepakbola.

Sedangkan pada penyakit jantung dan pembuluh darah, angka kejadian penyakit tersebut dinilai mampu diminimalisasi berkat bermain sepakbola.

Walaupun Eberl mengatakan studi tersebut masih perlu penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan metode yang lebih baik, Cina telah melibatkan sepakbola dalam promosi kesehatan sejak tahun 2015.

Pemerintah Cina memanfaatkan cabang olahraga yang satu ini dalam promosi kesehatan karena penderita obesitas pada anak dan remaja terus meningkat.

Hal tersebut bak gayung bersambut sebab penggemar sepakbola di Cina meningkat drastis semenjak Ji Xinping, sang presiden, melakukan kebijakan revolusioner pada sepakbola Negeri Tirai Bambu.

Hal serupa sebenarnya dapat diadaptasi oleh pemerintah Indonesia lewat Kemenkes. Bayangkan, seandainya Kemenkes bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengadakan turnamen sepakbola amatir di berbagai kota dengan level kompetisi untuk bermacam usia secara rutin.

BACA JUGA:  Pemain Muda dan Pilihan Hidup AS Monaco di Tanah Para Jutawan

Pada turnamen tersebut diterapkan aturan larangan merokok bagi penonton yang datang atau kegiatan wajib membersihkan stadion bersama seusai pertandingan.

Pedagang asongan yang diperbolehkan berjualan hanya pedagang yang menjual olahan buah dan sayur.

Di sela-sela turnamen tersebut juga diselipkan kegiatan pengecekan kesehatan gratis bagi pemain, pengurus klub, pedangang asongan, dan penoton yang datang. Menarik bukan?

Atau nantinya Kemenkes dapat bersinergi dengan federasi sepakbola Indonesia sehingga kebijakan tersebut dapat pula diterapkan pada Liga 1, Liga 2, dan turunan liga di bawahnya.

Seandainya benar ada turnamen tersebut, dapat dipastikan bahwa program GERMAS mampu memasyarakat dan benar-benar sanggup meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Komentar
Lutfi Afifudin, seorang pemuda yang lebih sering membeli buku daripada menabung. Menghabiskan malam dengan gim simulasi bernama Football Manager dan buku-buku. Mencintai sepakbola, buku, politik, dan segala hal tentang pujaan hatinya. Aktif menuangkan keresahan di twitter @koasnonmedis dan laman blog aksaraimu.blogspot.com.