Sosok Pavel Nedved Dalam Diri Stephan Lichtsteiner

Genoa, ITALY: Juventus' midfielder Pavel Nedved celebrates after scoring a goal against Sampdoria during their Serie A football match Sampdoria-Juventus at Marassi stadium in Genoa, 04 March 2006. AFP PHOTO / PACO SERINELLI (Photo credit should read PACO SERINELLI/AFP/Getty Images)

Bagi penggemar sepak bola generasi 1990-an, nama Pavel Nedved barangkali menjadi salah satu pesepak bola yang sukar untuk dilupakan. Pesepak bola satu ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Dari gaya mainnya yang ngotot dan tak kenal lelah hingga rambut gondrong pirang yang menjadi ciri khasnya.

Pesepak bola asal Republik Ceko ini memang sudah pensiun dari lapangan hijau sejak 2009. Namun, ia masih berkecimpung di dunia sepak bola dengan bergabung ke dalam manajemen tim Juventus, kesebelasan terakhir yang diperkuatnya sebelum gantung sepatu. Bahkan belum lama ini ia telah ditunjuk menjadi Wakil Presiden Juventus.

Apa yang telah dicapai Nedved sejauh ini menjadi wajar kiranya melihat kontribusi yang telah diberikannya kepada La Vecchia Signora, baik saat masih menjadi pemain maupun ketika sudah masuk ke dalam manajemen tim.

Salah satu yang bisa diingat adalah kesetiaannya untuk tetap membela panji Juventus saat kesebelasannya tersebut harus bermain di Serie B setelah tersandung kasus farsopoli pada tahun 2006.

Ia menjadi salah satu pemain bintang bersama Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, David Trezeguet dan Alessandro Del Piero yang tetap tinggal di Juventus dan berhasil mengantarkan kesebelasannya tersebut kembali bermain di Serie A setahun kemudian. Maka ketika ia sudah memutuskan untuk tidak bermain lagi, kehilangan besar pun dirasakan oleh Juventus.

Sepeninggal Nedved, prestasi Juventus memang bisa dikatakan tidak mengesankan. Dalam dua musim beruntun I Bianconeri hanya mampu menempati posisi tujuh di Serie A.

Tidak tampak lagi grinta –semangat juang pantang menyerah— yang menjadi ciri khas klub, dalam diri pemain-pemain mereka pada saat itu. Juventus butuh sosok yang memiliki grinta, seperti yang kerap diperlihatkan Nedved di atas lapangan.

Kedatangan Antonio Conte sebagai pelatih pada musim 2011/12 menjadi jawaban akan penantian tersebut. Conte bukan hanya berhasil mengembalikan kejayaan klub sebagaimana mestinya, namun ia juga mampu memperbaiki dan mengembalikan mentalitas tim yang sempat hilang pasca kasus farsopoli yang menghebohkan itu.

Grinta yang dimilikinya semasa masih bermain di Juventus dulu berhasil ditularkan ke dalam diri anak asuhnya. Stephan Lichtsteiner, Giorgio Chiellini, Claudio Marchisio, Arturo Vidal, Simone Pepe hingga Carlos Tevez adalah sederet nama-nama yang tertular grinta yang ditebarkan Conte ke dalam timnya.

Berbicara soal Lichtsteiner, penulis berpendapat bahwa pesepak bola berkebangsaan Swiss ini sebenarnya memiliki beberapa kesamaan dengan Nedved. Baik Nedved maupun Lichtsteiner adalah tipe pemain yang ngotot dan memiliki grinta yang kental.

Meski posisi mereka berbeda, namun keduanya sama-sama menyisir sisi sayap permainan. Lichtsteiner di pos bek kanan, sedangkan Nedved biasanya banyak beroperasi di sektor gelandang sayap kiri. Meski Nedved juga fasih bermain sebagai gelandang tengah.

Gaya main Lichtsteiner yang seperti tak kenal lelah sejenak mengingatkan kembali akan sosok The Czech Cannon yang melegenda tersebut. Lichtsteiner, meski sejatinya adalah seorang pemain bertahan, memiliki kemampuan menyerang yang tak kalah baiknya saat ia bertahan.

Bukan hanya assist yang mampu ia persembahkan kepada rekan-rekannya, namun tak jarang pula ia turut menyumbangkan gol bagi timnya. Hal yang kerap dilakukan pula oleh Nedved semasa masih aktif bermain.

Lichtsteiner dan Nedved pun sama-sama pernah memperkuat Lazio sebelum bergabung dengan Juventus. Beberapa kesamaan ini seakan-akan membikin penulis ingin mendapuk Lichtsteiner sebagai the next Pavel Nedved bagi Juventus.

Mungkin ada yang tidak sependapat dengan penulis, namun apa yang telah diperlihatkan Lichtsteiner sejauh ini setidaknya telah mengajak penulis untuk melihat kembali sosok Pavel Nedved dalam diri Lichtsteiner.

Terlepas dari hal tersebut, sosok Lichtsteiner sendiri sangat dibutuhkan oleh Juventus. Bisa dilihat sejak kedatangannya pada tahun 2011, ia selalu menjadi andalan baik saat masih dilatih Conte maupun kini saat dipegang oleh Massimiliano Allegri.

Terlebih bila melihat situasi Juventus pada musim 2015/2016 ini, di mana mereka kehilangan beberapa pemain penting dan senior dalam diri Tevez, Arturo Vidal, Andrea Pirlo dan Fernando Llorente serta ditambah dengan kedatangan pemain-pemain baru yang beberapa di antaranya adalah pemain muda, maka keberadaan pemain berpengalaman seperti Lichtsteiner ini menjadi penting artinya dengan harapan mampu menularkan grinta yang dimiliki kepada pemain baru tersebut.

Lichtsteiner pun telah menunjukkan bahwa ia tidak hanya memiliki grinta di lapangan saja, namun juga di luar lapangan. Pada awal Oktober lalu ia menjalani operasi minor pada jantungnya untuk mengatasi masalah pernapasan yang dideritanya saat menghadapi Frosinone pada giornata ke-5 Serie A. Setelah sukses menjalani operasi, pesepak bola 31 tahun ini harus beristirahat selama 30 hari.

Ia baru turun bermain lagi di matchday 4 Liga Champions tengah pekan lalu (4/11) saat Juventus bertandang ke markas Borussia Monchengladbach. Bek kelahiran Adligenswil ini melakoni comeback hebat dengan bermain selama 90 menit penuh dan mencetak gol penyeimbang dalam duel yang berakhir imbang 1-1 tersebut.

Lichtsteiner telah memperlihatkan determinasi yang tinggi untuk kembali merumput setelah mengalami masa-masa yang tentunya tidak mudah bagi dirinya. Kembalinya Lichtsteiner ke dalam skuat bisa menjadi tambahan kekuatan bagi Juventus dalam upaya mengatasi inkonsistensi permainan mereka pada musim ini.

Bagi penikmat permainan Lichtsteiner sendiri, akan senang rasanya bisa melihat lagi aksi-aksinya di lapangan hijau. Kecepatannya dalam menyisir sisi lapangan permainan , pressing tinggi yang diberikan kepada pemain lawan, permainan keras yang tak jarang berbuah kartu dan duel-duel dengan pemain musuh, hingga caranya membangkitkan semangat kepada rekan dan suporter menjadi sajian khas yang lazim diperagakan pemain yang mengenakan nomor punggung 26 di Juventus ini di atas lapangan.

Dan satu hal lagi, grinta yang melekat dalam dirinya menjadikannya sosok yang sulit untuk dilupakan, seperti halnya Pavel Nedved.

Bentornato (Selamat datang kembali), The Swiss Express!

 

Komentar

This website uses cookies.