Timnas Hebat dari Kompetisi yang Mati Suri, Adakah?

Kekuatan sebuah Tim Nasional (Timnas) biasanya ditentukan dari kualitas kompetisi. Mayoritas orang meyakini bahwa kompetisi yang berkualitas akan melahirkan pemain-pemain yang berkualitas pula.

Hampir satu tahun kompetisi sepakbola di Indonesia vakum. Hal itu tentu berdampak besar bagi kekuatan armada Merah Putih di pentas Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Kans Timnas Indonesia lolos Kualifikasi Piala Dunia 2022 memang sudah kandas. Pasalnya, Evan Dimas dan kawan-kawan cuma menjadi juru kunci klasemen grup G dengan raihan satu poin (sampai tulisan ini dibuat).

Kendati demikian, armada Merah Putih masih menyisakan dua laga sisa yakni melawan Vietnam (7/6), dan Uni Emirat Arab (11/6).

Sisa laga tersebut akan menjadi kesempatan bagi Shin Tae-yong dan anak asuhnya untuk menyelamatkan muka Indonesia.

Bahan Baku Seadanya

Shin Tae-yong resmi diperkenalkan sebagai nakhoda Timnas Indonesia pada 28 Desember 2019 lalu. Terhitung dari waktu tersebut hingga saat ini, kompetisi resmi yang bergulir di Indonesia hanyalah Liga 1 musim 2020 yang berjalan tiga pekan dan Piala Menpora 2021.

Dengan kondisi tersebut, pelatih sekaliber Shin Tae-yong pun pasti akan kesulitan. Karena bagaimanapun juga ia dan staf kepelatihannya jadi kesulitan menilaiĀ  performa seorang pemain yang berkompetisi.

Konyolnya, Shin Tae-yong tetap diberi target membentuk sebuah tim yang solid. Padahal itu sama saja dengan seorang koki yang dituntut membuat masakan berkualitas dan enak seperti ayam bakar, tetapi bahan baku yang disediakan cuma arang dan kipas.

Kondisi tersebut bisa berbeda ketika lebih banyak pemain Timnas yang berkarier di luar negeri. Sebab pertamanya tentu kualitas kompetisi yang lebih baik. Secara otomatis, keadaan itu ikut mengatrol kualitas pemain.

Sebab keduanya adalah kontinuitas yang didapat para pemain lantaran kompetisi di beberapa negara tetap berjalan meski ada berbagai penyesuaian pada momen pandemi seperti sekarang.

Kompetisi dapat tetap berjalan selama pandemi ketika federasi, pemerintah, serta masyarakat bersinergi demi sepak bola. Sayangnya, sinergi itulah yang tidak dimiliki Indonesia.

BACA JUGA:  Liga 1 dan Liga 2 Dilanjutkan, Sudah Siapkah Kita?

Dihimpun dari Panditfootball, negara-negara di Asia Tenggara yang tetap mampu menggulirkan kompetisi sepakbolanya selama pandemi ada cukup banyak.

Antara lain Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Secara kebetulan, bila dibandingkan dengan Indonesia, penampilan keempat negara tersebut di Kualifikasi Piala Dunia 2022 lebih baik.

Sampai pertandingan keenam (belum semua tim memainkan laga keenamnya), Filipina berada pada peringkat tiga grup A dengan koleksi lima poin. Malaysia yang satu grup dengan Indonesia nangkring di posisi empat via koleksi sembilan poin.

Myanmar berada pada peringkat empat Grup F dengan raihan enam poin. Terakhir, Thailand yang juga satu grup bersama Indonesia sedang duduk di peringkat tiga berbekal sembilan poin.

Praktis cuma Indonesia yang masih setia menghuni juru kunci gara-gara baru mengemas 1 poin dari enam laga.

Armada Merah Putih

Setelah Elkan Baggott dikonfirmasi tidak berangkat ke Dubai, hanya tersisa enam penggawa Merah Putih yang bermain di luar negeri.

Mereka adalah Egy Maulana Vikri (Lechia Gdansk), Asnawi Mangkualam (Ansan Greeners), Syahrian Abimanyu (Newcastle Jets), Witan Sulaeman (RK Radnik Surdulica), dan Ryuji Utomo (Penang FA).

Di luar nama-nama tersebut, Timnas asuhan Shin Tae-yong hanya diperkuat pemain-pemain lokal yang bisa dikatakan kurang menit bermain lantaran kompetisi sepakbola di Indonesia yang mati suri.

Menariknya, bermain di luar negeri saja tampak belum cukup untuk meyakinkan Shin Tae-yong. Yanto Basna yang moncer bersama Prachuap di Thai League 1 sempat dipanggil, tetapi ia tidak jadi berangkat karena gangguan komunikasi.

Kemudian ada Saddil Ramdani yang tampil apik bersama Sabah FC di Liga Super Malaysia dengan gelontoran 3 gol dan 3 asisnya dari 11 penampilan, bahkan tidak dilirik Shin Tae-yong.

Pemain lain yang bermain di luar negeri tetapi tidak mendapat panggilan Timnas di antaranya adalah Bagus Kahfi (Jong FC Utrecht), Brylian Aldama (HNK Rijeka), Kelana Mahessa (Bonner FC), dan Natanael (Kelantan FC).

BACA JUGA:  Sengitnya Persaingan Memperebutkan Titel Ligue 1

Tidak dipanggilnya nama-nama tersebut tentu saja menuai pro dan kontra. Walau kualitas pemain tidak bisa dinilai dari tempat di mana mereka berkompetisi, tetapi satu hal yang bisa digaransi adalah kualitas kompetisi tempat mereka berkarier jauh di atas kualitas kompetisi sepakbola Indonesia.

Target Jangka Panjang

Dengan fakta yang sudah terjadi, wajar bila semakin banyak orang yang tak begitu peduli dengan keadaan Timnas sekarang ini.

Walau gagal lolos dari babak Kualifikasi Piala Dunia 2022, armada Merah Putih masih bisa membidik peluang ke Piala Asia 2023.

Anak asuh Shin Tae-yong berhak masuk ke babak ketiga Kualifikasi Piala Asia 2023 apabila bisa bertengger di peringkat 3 Grup G atau menjalani kualifikasi Piala Asia 2023 dari babak play-off apabila tetap menjadi juru kunci.

Selain itu, Shin Tae-yong juga bisa membidik target jangka panjang seperti South East Asian (SEA Games) dan Piala AFF yang akan digelar akhir 2021. Kans itu cukup besar dengan catatan dalam kurun satu tahun ini kompetisi liga di Indonesia berjalan normal.

Timnas yang hebat memang bisa dibentuk oleh pelatih bertangan dingin. Namun itu semua jadi mustahil bila federasi tak mampu memberi dukungan terbaik. Salah satunya dengan menggelar kompetisi secara rutin dan berjenjang.

Dari situlah para penghuni Timnas bisa didapat. Dari situ pula para pemain dapat menempa kemampuan mereka. Tanpa kompetisi, Timnas yang hebat cuma mimpi di siang bolong.

Jangan sampai PSSI jadi kubu yang paling lihai menuntut pelatih Shin Tae-yong menjuarai turnamen ini dan itu, tetapi mereka sendiri lupa bahwa akar permasalahan dari jebloknya Timnas Indonesia ada pada diri mereka sendiri.

Jangan cuma jago pencitraan wahai para pengurus PSSI. Mbok, ya, punya rasa malu sedikit.

Komentar
Penggemar Barcelona yang paling sabar. Alumni perikanan tapi bercita-cita jadi wartawan. Bisa disapa di akun twitter @Alishaqiakbar.