Wajar bila tagar Tuchel Out sudah mulai dikumandangkan. Di bawah kepelatihannya, keberadaan Chelsea di Premier League 2022/2023 serupa Singa Biru ompong yang menghalangi jalan para pesaing buas di jalur juara. Gigi The Blues terlalu tumpul untuk menggigit dan melukai para lawannya.
Thomas Tuchel adalah biang keladinya. Pria setinggi 1,9 m tersebut telah gagal mengasah gigi-gigi itu menjadi tajam. Tidak ada satu pun penyerang cakap yang mampu menjadi sosok goal getter di timnya. Di musim ini, permasalahan itu terlihat menjadi semakin pelik.
Ide untuk mendatangkan Raheem Sterling sebagai goal getter sedari awal tak masuk akal. Sterling adalah pemain berkualitas dan sudah teruji di Premier League. Tapi apakah Tuchel layak berharap begitu saja pada Sterling agar mencetak 20 gol atau lebih?
Jika tak mau bermain dengan nomor 9 murni, masih ada cara lainnya yang bisa digunakan. Manchester City sudah melakukan itu selama musim 2021/2022. Dan melihat skuad yang ada, seharusnya Chelsea juga mampu untuk merealisasikannya.
Tetapi apa yang salah dengan lini depan Chelsea masihlah menjadi suatu misteri. Apakah terletak pada strategi, mental pemain saat melakukan finishing, atau pendekatan Tuchel saat latihan. Terlalu banyak sebab yang tak kasat mata.
Dikutip dari @xGPhilosophy, Expected Goals (xG) yang dihasilkan Chelsea pada laga perdana Premier League 2022/203 saat melawan Everton mencapai 2,12. Sementara pada pertandingan itu Chelsea hanya menang dengan skor 1-0.
Sedangkan dalam laga melawan Southampton, xG Chelsea hanya sebesar 1,34 dengan mencetak 1 gol. Di lain sisi, The Saints mencetak 2 gol dari xG 1,45. Dilansir dari FBref, Chelsea hanya mampu mengoleksi 6 gol dengan rataan 1,20 per pertandingan dalam 5 laga pertama di Premier League musim ini.
Jika dibandingkan dengan dua tim paling konsisten di musim lalu, Manchester City dan Liverpool, Chelsea tertinggal jauh. Di musim ini, dalam 5 pertandingan City dan Liverpool sama-sama mengoleksi 13 gol dengan rataan 3,25 per pertandingan.
Belum usai dengan permasalahan di lini serang, kini Tuchel dihadapkan dengan persoalan di lini belakang. Semenjak ditinggal bek terbaik mereka di musim lalu, Antonio Rudiger, lini pertahanan Chelsea belum tampil konsisten.
Dalam 5 pertandingan, jala gawang Chelsea telah kemasukan 8 gol. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di musim lalu. Dalam 5 laga pertamanya, Chelsea mencetak 12 gol dan hanya kemasukan 1 gol saja.
Sebuah ironi karena Thomas Tuchel dan pemilik baru Chelsea, Todd Boehly, lebih banyak berbelanja pemain bertahan di musim ini. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh Thomas Tuchel sekarang?
Kepergian Roman Abramovich telah menyelamatkan kariernya. Mungkin jika pria Rusia itu masih ada, karier Tuchel sudah lenyap sejak kekalahan memalukan melawan Leeds United di pekan keempat.
Pria yang telah mempersembahkan trofi Liga Champions kedua bagi Chelsea itu harus merubah cara bermainnya. Barangkali jika false nine tak berhasil, maka Tuchel bisa memberi kesempatan bagi Armando Broja untuk membuktikan diri.
Meski begitu, persoalan yang dihadapi Tuchel saat ini bukan hanya itu saja. Melainkan pemilihan pemain di lini tengah juga patut untuk disoroti. Dalam skema gol kedua yang terjadi oleh Southampton, bek tengah Chelsea terpancing oleh striker lawan.
https://twitter.com/SouthamptonFC/status/1564869096516247553?s=20&t=fCwxDaJtx4srgt1sTYmbBg
Di lain sisi, Jorginho dan Ruben Loftus-Cheek terlalu lambat untuk menutup serangan dari Southampton. Dikutip dari The Athletic, Tuchel menyebut Kante sedang cedera dan Kovacic tidak fit. Tetapi seharusnya persoalan itu bisa teratasi jika Tuchel sedari awal sudah mengincar gelandang anyar.
Toh, performa Kante di musim lalu juga tak selalu konsisten, maka Tuchel semestinya bisa mempersiapkan pengganti Pria Prancis itu lebih dini. Alih-alih mengincar pemain yang seharusnya dibeli, Tuchel sepertinya lebih senang untuk mengoleksi para pemain bertahan.
Jika begitu kemauan Tuchel, ya sudah, lebih baik Chelsea bermain bentengan saja!