Antonio Rudiger tergopoh-gopoh mengawal pertahanan kala West Ham melakukan serangan balik ke arah gawang Chelsea pekan lalu. Bek asal Jerman itu susah payah memutar badan kala Andriy Yarmolenko memutuskan untuk melakukan cut inside yang berakhir dengan gol.
Situasi tersebut jelas membuat fans The Blues berang karena gol tersebut membuat anak asuh Frank Lampard gagal membawa pulang poin. Di sisi lain, suporter dari beberapa klub rival mereka menertawakannya, tak terkecuali pendukung Manchester United.
Akan tetapi, baru saja karma menghampiri mereka. Fans Setan Merah dipaksa melihat Eric Bailly bertingkah tak kalah konyol saat berusaha menerima bola dengan merentangkan tangannya.
Keputusan wasit menunjuk titik putih boleh saja didiskusikan. Namun, toh, perdebatan tersebut tidak akan mengubah fakta bahwasanya momen itu juga berujung gol bagi Bournemouth, lawan United.
Setelah kejadian itu, kembali menyeruak opini bahwasanya Setan Merah harus mencari bek tengah baru untuk menemani Maguire. Namun, tunggu dulu kapten United tersebut bukan berarti bersih dari dosa juga. Beberapa menit sebelumnya, ia malah dikolong oleh Junior Stanislas.
Bukan yang pertama kali Maguire terkena semprot suporter. Dua pekan lalu, bek termahal The Red Devils tersebut kesulitan juga memutar badan ketika Tottenham Hotspurs melakukan serangan cepat. Setelah itu, ia masih tertatih-tatih pula mengejar Steven Bergwijn yang kemudian mencetak angka.
Sepertinya opini di atas harus mulai dikoreksi. Alih-alih untuk menemani , Setan Merah sepertinya harus mencari bek tengah baru untuk berduet dengan Victor Lindelof.
Kondisi di pertahanan United diperparah dengan David de Gea yang lagi-lagi dihantui oleh near post myth. Mitos itu menyebutkan bahwa tidak seharusnya seorang kiper kebobolan di celah antara dirinya dengan tiang dekat.
Celakanya, dua kesalahan Maguire, baik saat melawan Tottenham maupun Bournemouth, dilanjutkan dengan de Gea yang takluk di tiang dekat. Hal itu, bukan kritik yang baru bagi kiper asal Spanyol tersebut. Pengambilan posisi awalnya yang kurang tepat kala menghadapi situasi itu acapkali menjadi sorotan.
Dengan kondisi carut marut di lini pertahanan, untung saja United masih memiliki Nemanja Matic. Kala masih bermain untuk Chelsea pada musim 2014/2015, pemain tersebut merupakan penyulut rasa iri.
Adalah sebuah kedengkian yang wajar bagi pendukung klub lain tatkala melihat gelandang secemerlang Cesc Fabregas dan Oscar disokong oleh pesepakbola asal Serbia itu. Matic merupakan faktor kunci Fabregas bisa langsung moncer di musim perdananya dengan 18 asis.
Gelandang bertahan tersebut sukses melindungi empat bek dibelakangnya dan membebaskan Fabregas dan Oscar dari rasa khawatir akan pertahanan mereka. Dan kini, Matic melakukannya lagi di belakang Paul Pogba dan Bruno Fernandes.
Kerap menjadi single pivot saat lawan melakukan serangan balik, pemain kelahiran Yugoslavia itu melakukan cover selebar lapangan yang ia tapaki. Sendirian melindungi bank of four saat bola memasuki daerah pertahanan. Tugas yang kerap pula ia jalankan bersama Jose Mourinho di Chelsea.
Matic mampu melakukan itu berkat kemampuannya dalam memprediksi arah permainan. Kelihaiannya tersebut cukup mengingatkan fans Setan Merah kepada Michael Carrick, gelandang bertahan yang juga punya positional awareness luar biasa.
Ia juga melakukan prinsip Carrick, bahwasanya seorang gelandang bertahan yang setipe dengannya tak boleh terlalu berada di sisi lapangan saat lawan mulai melakukan serangan. Posisi awal di tengah lapangan tersebut penting untuk memperpendek jarak lari ketika harus melakukan aksi selanjutnya.
Oleh karena itu, Matic dan empat bek dibelakangnya sering terlihat membuat bentuk seperti huruf T, dengan gelandang bertahan itu berada di depan dua bek tengah. Baru setelah membaca arah serangan lawan, ia akan memutuskan untuk diam atau bergeser ke halfspace demi melakukan intersep.
Tak berhenti sampai di situ. Setelah mendapatkan bola, mantan pemain Benfica tersebut, sejurus kemudian masih harus mengatasi pressing lawan, mengingat pengaruh prinsip counterpressing yang kini dipakai oleh banyak tim.
Matic bisa dibilang sukses juga melakukan itu. Dalam beberapa kesempatan, ia mampu mengatasi tekanan mendadak dari pemain-pemain Sheffield, Brighton, dan yang terakhir, Bournemouth.
Keputusan yang diambil juga tidak main-main, eks Chelsea itu kerap melepaskan umpan vertikal saat pressing lawan tak bisa juga dibilang longgar. Visi, teknik, dan akurasi umpan yang dimilikinya membantu aksi tersebut.
Boleh saja beropini bahwa lawan United tersebut hanya klub semenjana, tetapi setidaknya Matic telah menunjukkan kebolehan yang ia miliki. Pendapat tersebut tidak juga mengubah fakta, bahwasanya aksi pemain 31 tahun itu berperan penting dalam pertahanan maupun saat fase awal serangan United.
Sementara itu, lima pemain terakhir di pertahanan Setan Merah, yang berkali-kali diselamatkan oleh gelandang bertahan di depan meraka, sepertinya harus mulai mengambil pena, menuliskan surat kepada orang yang telah melindunginya di atas rumput tersebut. Dan mengakhiri pesan itu dengan rangkaian kata: untuk Nemanja Matic, terima kasih.