Sungguh hina saya, jika saya mengatakan Tuhan tidak adil hanya karena sebuah pertandingan sepakbola. Saya hanya mahkluk hina yang penuh dengan nista, yang selalu saja merengek dan merengek, “Mengapa Kau tidak adil Tuhan?”
Namun Tuhan, tetaplah Tuhan. Ada atau tidaknya rengekan saya, Ia tetap sudah membuat takdir atas segala sesuatunya. Entah itu baik atau buruk di mata hamba-Nya, Tuhan tetap yang paling tahu dan mengerti apa yang terbaik tidak hanya untuk segelintir orang, namun untuk seluruh alam semesta.
Akhirnya takdir Tuhan pun kembali hadir bagi Timnas Indonesia. Mereka yang dielu-elukan akan dengan mudah lolos ke final SEA Games 2017, justru kembali harus meninggalkan sebuah elegi untuk para pendukungnya yang teramat setia.
Adalah pertandingan semifinal melawan seteru abadi, Malaysia (26/8), yang kini kembali meninggalkan sebuah elegi yang seakan terus menerus ingin datang lagi.
Kami hanya seorang suporter, yang hanya bisa membantu sebatas berdoa dan berteriak memberi dukungan. Jika sekiranya kami bisa, kami akan lakukan apa saja agar kalian menang.
Kami rela menempuh jarak ribuan kilometer, kami rela meninggalkan rumah tercinta kami, bahkan kami rela berteriak lebih keras hanya untuk menunjukkan bahwa kami ada untukmu.
Namun harapan kami, dukungan kami, teriakan kami, belum juga mampu dijawab dengan prestasi. Apakah kami masih harus setia menunggu?
Sepertinya, bagaimanapun keadaannya, kami akan tetap setia mendukungmu. Karena sesungguhnya, cinta yang paling sejati adalah yang tanpa mengharapkan imbalan apapun, dan tetap setia walau bagaimanapun keadaannya.
Saya pribadi pun, belum berhenti berharap. Meski dalam rentang waktu hidup saya sampai detik ini, hanya sekali saya melihat Timnas Indonesia menjadi juara dalam ajang resmi (AFF U-19 2013).
Menyakitkan memang, namun kenyataan dan takdir Tuhan, kadang hanya harus kita terima dan jadikan pelajaran.
Apakah kita mau terus seperti ini? Apakah kita mau terus menerus tersingkir dan jadi pecundang?
Sadarlah, bahwa keadaan yang terjadi ini bukan semata-mata kesalahan satu atau dua pihak. Kita, sebagai suporter yang masih terlalu fanatik pada suatu klub, kadang juga melakukan hal-hal yang merugikan dan menjadikan sepakbola kita menjadi tidak dewasa.
Apa yang bisa kita banggakan dari olahraga yang dalam Liga resminya saja, berani menghina dan memukul wasit?
Apa yang bisa kita banggakan dari olahraga yang sampai detik ini, sudah memakan banyak korban jiwa dari kalangan suporter?
Dan masih banyak hal-hal lain, yang jika disebutkan, tak pantas rasanya kita membanggakan sepakbola kita.
Namun sepakbola tetaplah sepakbola. Apapun keadaannya, sepakbola memang bisa menyatukan keegoisan kita.
Klub apapun yang kita dukung, jika sudah berbicara tentang Timnas Indonesia, kita pasti tetap akan bersatu. Kita bisa berteriak bersama, bernyanyi bersama, bersorak bersama, bahkan kita menangis bersama.
Kita belum mencapai apa-apa, namun terkadang harapan kita terlalu jauh terbang tinggi. Akhirnya kita harus jatuh berkali-kali. Tapi sebanyak apapun kita jatuh, rasa yakin dan optimis tetap membantu kita untuk terus bangkit dan bangkit, berkali-kali.
Tegakkan kepala kalian wahai Garuda Muda. Kami di sini, kami di belakangmu, meski harus sampai mati, kami tetap akan berteriak untukmu.
Jangan sekalipun kalian tundukkan kepala kalian, karena pekikan “Merdeka atau Mati!” sejatinya diteriakkan dengan penuh keyakinan dan kepala tegak, bukan dengan lemah dan dengan kepala tertunduk.
Kita memang telah jatuh berkali-kali. Namun katahuilah, mereka yang paling sering terjatuh, adalah mereka yang akan jauh lebih menghargai arti dari kemenangan.
Jika kita belum sampai pada titik itu, bersabarlah. Jangan jadikan itu sebuah alasan untuk pergi dan melarikan diri. Tunjukkan pada mereka yang mencaci, kita bukan bangsa yang lemah dan tak punya harga diri.
Jika kegagalan memaksa kalian untuk menangis, menangislah. Biarkan air mata kalian jatuh dan menetes di atas hamparan rumput lapangan hijau.
Kami tahu, tangisan kalian itu sudah menjadi bukti bagi kami, bahwa kalian sepenuh hati berjuang untuk Ibu Pertiwi. Tangisan kalian adalah tanda bahwa kalian benci akan kekalahan, dan pasti akan mampu bangkit bagaimanapun keadaannya.
Jalan kalian masih panjang wahai Garuda Muda. Kalian masih punya waktu untuk sekali lagi membuat kami bangga memilikimu. Jika kalian merasa beban yang kalian pikul terlalu berat, serahkan sebagian beban itu kepada kami. Kami selalu ada untukmu.
Sekarang tegakkan kepala kalian, bangkit dari keterpurukan kalian, berdirilah. Sekali lagi Garuda Muda, buatlah kami bangga sekali lagi.
Tunjukkanlah kepada kami bahwa kalian memang mampu dan pantas menjawab harapan kami. Karena kami tak sedetikpun berniat untuk melarikan diri. Kalian dan kami, akan menjawab harapan ratusan juta jiwa yang sudah lama merasakan dahaga.
Teruslah bangkit apapun keadaannya, meski harus jatuh dan jatuh, meski air mata harus terus menetes, yakinlah wahai Garuda Muda, kalian tak akan pernah memikulnya sendiri.
Teruntuk Timnas Indonesia U-22 yang berlaga di SEA Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia