Premier League musim ini memang usil. Bukan hanya bicara soal Leicester City yang kini punya kesempatan besar jadi juara liga, belakangan persoalan tentang logo baru mereka juga jadi topik perbincangan hangat.
Sepak bola tidak melulu bicara mengenai gol-gol indah, persaingan memuncaki klasemen, atau keputusan kontroversial wasit. Banyak hal selepas pertandingan yang juga tidak kalah asyik jadi bahan obrolan sekadar menghabiskan waktu sambil menyeruput caffe latte dan mengemil donat green tea. Seperti contohnya, logo baru dari Premier League yang ramai beredar di internet dan dapat ditebak, menginspirasi banyak meme pada media sosial.
Bermula pada 9 Februari ketika Premier League mengumumkan logo baru yang rencananya akan digunakan mulai dari musim kompetisi 2016/2017. Logo ini memuat gambar grafis kepala singa, yang memang lambang identik sepak bola Inggris seperti terlihat pada logo tim nasional Inggris, disertai dengan tulisan yang jauh lebih singkat. Perpaduan gambar dan tulisan itu kemudian dikemas minimalis dengan background berwarna mencolok, agar kekinian mengikuti zaman.
Ada dua elemen utama dalam logo ini: gambar dan tulisan. Pertama, tulisan penamaan kompetisi yang sebelumnya berbunyi “Barclays Premier League” digantikan dengan versi yang jauh lebih singkat yaitu “Premier League”.
Dengan perubahan itu maka nama liga yang paling banyak ditonton orang di seluruh dunia ini seperti ingin menyampaikan citra brand yang lebih umum tanpa embel-embel ke-Inggris-an, seperti Barclays yang notabene bank terkemuka Britania Raya. Selain karena memang sudah tak ada lagi kerja sama antarkeduanya.
Lalu, pada bagian gambar, logo Premier League memang tidak sepenuhnya meninggalkan identitas mereka. Sang Singa masih dipertahankan namun bila pada versi lama logo menunjukkan kegagahan raja binatang itu dengan kaki kiri depan dan cakarnya menginjak bola (telah digunakan Premier League sejak 2007/2008) maka ke depannya logo hanya menampilkan bagian yang paling mudah dikenali, yaitu kepalanya saja.
Penyegaran sengaja dilakukan untuk membawa Premier League ke arah yang baru atau seperti kata Managing Director Premier League, Richard Masters, liga yang sudah diformat ulang pada 1992 itu akan beridentitaskan “relevan, modern, dan fleksibel”. Apa pun maksudnya itu.
Masih ingat dengan maskot Asian Games 2018? Sebelas dua belas dengan protes menyoal desain maskot itu, banyak netizen yang merasa pengerjaan logo baru Premier League dapat dieksekusi secara jauh lebih baik. Anda dapat mencari “Premier League new logo” di Twitter dan dengan mudahnya menemukan banyak umpatan.
Suara sumbang yang disampaikan netizen pun dalam banyak ragam. Baik yang cuma menyampaikan kata-kata kesal sampai yang menyindir secara kreatif.
Mulai dari mereka yang berujar desain baru tersebut dibuat oleh anak 13 tahun dengan PowerPoint. Atau mengganti logo dengan wajah Kolo Toure. Atau justru melihat logo ini bukanlah singa melainkan monyet yang dipaksa menumbuhkan janggutnya. Hingga blogger sepak bola Nooruddean Choudry (@BeardedGenius) mengintepretasikan logo ini mirip mendiang Lemmy Kilmister Alaihi Salam, dengan wajah yang dibalik.
Dan saya harus mengakui tidak ada yang mengalahkan Vine dari Bleacher Report UK dengan penggambaran penasbihan lahirnya logo baru layaknya adegan pembuka Lion King. Classic banter!
Walau demikian, saya tidak sepenuhnya setuju dengan apa yang selalu diworo-woro netizen terhormat sejagad raya. Saya memilih berada di sisi Gary Lineker yang memuji. Bahwa kemungkinan besar logo baru ini hanya butuh waktu sebentar agar tumbuh menjadi suatu simbol yang pada akhirnya membuat para penggemar sepak bola manggut-manggut.
DesignStudio sebagai agensi yang dipercaya memperkenalkan logo baru Liga Inggris ini pernah bekerja sama dengan AirBNB dan Nokia Lumia 735, dan sejumlah merek yang ingin mengedepankan citra brand yang muda, dinamis, dan kreatif dilengkapi foto-foto ala @explore(nama kota-kota gaul) di Instagram. Dan gambaran tersebut dengan mudah terlihat pada hasil proyek terbaru mereka.
Selain menghilangkan sponsor dari penamaan liga, font juga turut memengaruhi kesan orang-orang terhadap Premier League. Jenis font yang digunakan berasal dari keluarga Sans, yaitu FF Mark dengan modifikasi lanjutan.
Tipe font seperti ini lebih casual dibanding tipe font lain, dan dengan bentuk sudut yang lebih bulat dibandingkan bentuk Serif pada logo lama menjelaskan Premier League mencoba memberi kesan yang lebih santai, informal, sekaligus memberikan gambaran jelas soal arah pemasaran brand yang mereka ingin tuju.
Warna-warna latar belakang yang sudah kita lihat dengan empat varian (hijau, kuning, biru muda, pink) juga akan mengalami perubahan setiap tiga tahun. Seakan Premier League terus tumbuh secara dinamis dan tidak takut untuk bermain dengan warna yang identik dengan LSD ceria.
Langkah ini juga menjauhkan Premier League dari kesan jadul perpaduan biru, merah, putih, yang telah jadi kombinasi andalan liga itu sejak lama. “Hal menarik lainnya adalah mereka bukan warna klub, kami benar-benar berhati-hati untuk memilih warna agar identik dengan kami,” jelas Executive Creative Director DesignStudio Stuart Watson kepada Creative Review.
Salah satu langkah besar lain yang berani diambil oleh Premier League adalah menghilangkan gambar bola atau grafis pria menendang bola dari logo mereka. Ini merupakan langkah yang pertama pada liga-liga besar Eropa, bahkan dunia.
Bundesliga menampilkan pesepak bola yang tengah beraksi. Kemudian Eredivisie, Ligue 1, serta La Liga sama-sama memperlihatkan grafis bola pada logo liga. Sedangkan Serie A menyajikan titik putih kick-off dengan warna merah-hijau mengitari gambar utama tersebut seakan membentuk stadion. Namun, Premier League berbeda dan mereka siap menanggalkan keterkaitan dengan sepak bola pada logo.
Mungkin selalu bicara tentang sepak bola setiap saat justru malah membosankan karena ada begitu banyak hal di luar lapangan hijau yang justru membuatnya bertambah indah. Seperti asyik mengobrol tentang logo baru ini misalnya.
Ah, dasar modern football. Selalu saja terpikir cara baru agar kita tidak bisa lepas dari the beatiful game.