Zlatan: Sebuah Nama, Sebuah Cerita

Manusia ditakdirkan oleh nasib untuk menyukai sesuatu yang luar biasa dan di luar nalar. Ini kalimat sederhana yang harus dipahami untuk pengantar di artikel ini. Zlatan Ibrahimovic hebat karena dia melakukan yang banyak orang lain lakukan juga, namun dia melakukannya dengan cara yang dia suka. Zlatan’s style.

Zlatan adalah satu dari segelintir penyerang hebat dunia yang memiliki kapabilitas untuk mencetak gol dengan cara-cara yang dia mau dan dia sukai. Entah itu tendangan salto, tendangan kungfu, diving header, backheel membelakangi gawang, tendangan jarak jauh dahsyat, places shot manis hingga tendangan overhead surealisnya ke gawang Joe Hart ketika Swedia bertemu Inggris di Friends Arena, Stockholm, yang kemudian memenangi FIFA Puskas Awards tahun 2013.

***

Untuk tahu kehebatan Zlatan Ibrahimovic, mari ikut jalan-jalan budaya ke pedalaman Semenanjung Balkan dan bergumul dengan budaya Slavik yang keras dan topografi alamnya yang dingin.

Zlato atau Zlatan adalah sebuah kata dalam bahasa Slavik kuno untuk menggambarkan makna akan kekayaan, kemakmuran atau lebih sederhananya, menggambarkan  sebuah kejayaan. Lebih simpelnya lagi, kata Zlatan di budaya Slavik modern saat ini dipercaya sebagai kata yang berarti semacam emas atau golden.

Tentu tidak hanya Ibrahimovic yang menggunakan nama Zlatan sebagai nama depan. Ada ratusan lebih orang Balkan, utamanya mereka yang merupakan keturunan asli warga Balkan dari etnis Slavik, yang menyebar di beberapa negara seperti Serbia, Bosnia dan Herzegovina, atau pinggiran Kroasia dan di segelintir wilayah Bulgaria serta Makedonia.

Selain Zlatan Ibrahimovic, ada beberapa nama pesepak bola yang nama depannya menggunakan kata “Zlatan”. Ada Zlatan Muslimovic, Zlatan Ljubijankic, Zlatan Azinovic, Zlatan Krizanovic hingga Zlatan Bajramovic. Banyak pemain bola dan tentunya, bocah laki-laki keturunan Slavik yang menggunakan nama depan Zlatan, tapi dunia modern saat ini dan nanti di masa depan hanya akan mengingat satu nama Zlatan yang membekas di memori dan tidak lekang oleh waktu. Hanya Zlatan Ibrahimovic. There’s only one Zlatan.

Zlatan tahu benar cara memanfaatkan kehebatannya untuk membangun sebuah legacy yang membekas di benak orang tentang dongeng kehebatannya yang akan melegenda dalam waktu lama.

Kampanya komersil tentang #DareToZlatan adalah manifesto penting kenapa pria Swedia ini adalah salah satu simbol kehebatan yang nyata dari sepak bola modern. Di tengah berisiknya perdebatan siapa lebih baik antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, publik akan menyukai Zlatan karena ia adalah titik netral paling nyaman untuk dicintai selain dua makhluk dari Madrid dan Barcelona itu.

Messi dipuja oleh publik Catalan, bahkan setengahnya, ia di-tuhan-kan dengan agung di sana. Ronaldo begitu brilian di Madrid dan Manchester United. Ia digemari di dua klub tersebut karena meninggalkan catatan yang begitu membekas dan susah dilupakan.

Tapi, Zlatan? Zlatan adalah serdadu bayaran yang menakutkan dan pantang untuk gagal. Ia memenangi 13 titel juara liga dari 14 musim terakhirnya di sepak bola Eropa.

Zlatan melegenda di banyak klub untuk datang dan memenangi gelar. Kata gagal tidak ada di kamus hidup Zlatan. Ia terlahir untuk sukses. Ronaldo pernah puasa gelar di Madrid, Messi sempat puasa gelar kala Barcelona di bawah komando Gerardo Martino, tapi Zlatan tidak pernah gagal menjadi juara.

Zlatan juga punya satu hal yan membuatnya memiliki nilai komersil yang unik di mata dunia. Cristiano Ronaldo memiliki nama yang sama dengan legenda Brasil, Luiz Nazario da Lima Ronaldo. Leo Messi juga memiliki komparasi yang identik dengan Diego Maradona.

Tapi Zlatan hanya untuk Zlatan. Hanya satu Zlatan. Dan Zlatan adalah kehebatan yang hakiki. Kenapa Zlatan belum sekalipun memenangi Ballon d’Or adalah misteri dunia yang memang hanya isi kepala Sepp Blatter bisa menjawabnya.

***

Pada usia 34 tahun, Zlatan total mencetak 377 gol dari 664 laga sepanjang kariernya sejauh ini. Bukan catatan yang terlampau brilian sebenarnya, kalau mengingat bahwa standar gol yang melimpah mengacu pada pencapaian surealis Messi dan Ronaldo.

Tapi Zlatan, di usia yang senja, masih menjadi pesona yang menarik dan begitu membius sepak bola dunia, utamanya Ligue 1 di Prancis. Andai Jean Paul Sartre, filsuf eksistensialis yang pernah menukangi Stade Saint Germain (cikal bakal klub Paris Saint Germain saat ini)  itu masih hidup, Zlatan akan menjadi anak buah kesayangannya sepanjang masa.

Sepak bola ini hanya panggung eksistensi bagi Sartre, pun juga, bagi Zlatan. Zlatan tahu itu sejak dia membentuk brand image yang kuat lewat namanya. Di Swedia, nama “Zlatan” menjadi hak paten yang diakui negara dan menjadi milik Zlatan Ibrahimovic untuk digunakan sebagai brand image guna kepentingan komersil.

Zlatan tahu, ada banyak pemain hebat di luar sana, dan ia sendiri mengakui bahwa Messi adalah salah satu yang terhebat dibanding dirinya. Tapi dunia akan selalu mengingat Zlatan.

Catatan golnya mungkin akan kalah dengan Luis Suarez atau Neymar dalam beberapa tahun mendatang. Dalam dua atau tiga tahun bisa jadi ia akan pensiun dan meninggalkan sepak bola. Ia tidak akan mencetak banyak gol seperti Ronaldo, atau mencetak gol dengan liukan maut ala Messi, mengingat usianya sudah kepalang uzur.

Zlatan mungkin hanya manusia biasa, susah menetapkannya dengan standar tinggi seperti Ronaldo atau Messi, tapi tentu saja, ia bukan seperti manusia biasa pada umumnya. Sebaiknya kita sepakati dia sebagai manusia setengah dewa. Seorang demi-god.

 

Komentar

This website uses cookies.