Stadion San Siro di kota Milan kedatangan Hellas Verona pada partai pembuka Liga Italia Serie A musim 1996/97. Pada laga tanggal 8 September 1996 itu, kubu tuan rumah tertinggal lewat gol Antonio De Vitis pada menit ke-25, lalu membalas melalui sepasang gol Marco Simone pada menit ke 49 dan 66.
Memasuki menit ke-86 satu peristiwa yang sangat langka terjadi. Saat itu Verona mendapatkan tendangan sudut, alih-alih mengarah ke pemain Verona bola malah melewati sekerumunan pemain yang telah menunggu di depan gawang Milan yang dikawal oleh Sebastiano Rossi. Di sana ada sosok penyerang asal Afrika yang turun membantu pertahanan Rossoneri. George Weah mengontrol bola lalu berlari membawa bola tersebut dan memulai serangan balik.
Semua rekannya masih tertinggal di belakang sehingga ia memutuskan untuk membawa bola sendirian. Memasuki lingkaran tengah lapangan ia diapit oleh dua pemain Verona, sementara Stefano Eranio yang masuk menggantikan Marco Simone berlari cepat di sisi kanan. Bola sempat sedikit lepas dari kaki Weah namun ia kembali menguasai bola dan berlari menuju gawang sambil melewati seorang bek lawan.
Kini hanya tinggal penjaga gawang yang harus ditaklukkan, tanpa pikir panjang Weah melepaskan tembakan sesaat setelah memasuki kotak penalti Verona. Itulah gol ketiga Milan pada malam itu yang tercipta dari sebuah solo run sejauh 90 meter oleh pemain berkebangsaan Liberia tersebut.
Saat George Weah mencetak gol sensasional tersebut, ia baru memasuki musim keduanya bersama Il Diavolo Rosso. Pemain bernama lengkap George Tawlon Manneh Oppong Ousman Weah ini diboyong Milan dari Paris Saint Germain pada awal musim 1995/96. Ia langsung nyetel bersama klub barunya dan mempersembahkan gelar Scudetto pada musim perdananya di tanah Italia.
Tidak hanya itu, penyerang kelahiran Monrovia ini juga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA tahun 1995. Hal ini membuatnya sebagai pemain Afrika pertama dan satu-satunya hingga kini yang pernah menyabet gelar prestisius tersebut.
Mencuat bersama PSG
Nama Weah mencuat saat ia membela Paris Saint Germain (PSG) selama tiga tahun sejak musim 1992-1995. Gol semata wayangnya ke gawang tuan rumah Bayern Muenchen saat jumpa di fase grup Liga Champions musim 1994/95 membantu lolosnya PSG ke perempat final.
Bertemu dengan raksasa Catalan Barcelona di perempat final tak membuatnya gentar dan terbukti penyerang yang sempat mencalonkan diri menjadi presiden Liberia pada pemilihan umum (pemilu) 2005 ini mampu mencetak gol penyeimbang saat PSG menyambangi Nou Camp yang membuat wakil Prancis tersebut lolos ke fase semi final.
AC Milan yang menjadi klub Weah berikutnya menghentikan kiprahnya dan PSG di ajang tersebut. Namanya tercatat sebagai pemain PSG yang paling banyak mencetak gol di kancah Eropa dengan 15 gol. Selain itu Weah juga berada dalam daftar 10 pencetak gol terbanyak klub sepanjang masa dengan 54 gol.
Peran Wenger
Memulai karir di klub lokal, Weah kemudian menyeberang ke Eropa berkat pengamatan jitu dari Arsene Wenger. The Professor yang saat itu menangani AS Monaco adalah sosok yang memboyongnya untuk hijrah ke Prancis pada tahun 1988. Keputusan Wenger sempat menimbulkan tanda tanya besar di kalangan fans. Weah dinilai layaknya pemain jalanan yang mempunyai kemampuan olah bola mumpuni namun tidak bisa bekerja sama dengan tim.
Pada kemudian hari, berkat kerja kerasnya, Weah yang saat itu masih berusia 22 tahun menjadi andalan Wenger di Monaco. Pada akhirnya ia berhasil memersembahkan gelar Piala Prancis bersama Monaco pada tahun 1991 dan menjadi ujung tombak haus gol dengan mencetak 47 gol dari 103 penampilannya bersama Monaco, hal yang akhirnya membuat PSG kepincut untuk memboyongnya.
Penyerang yang bermain untuk Liberia sebanyak 60 caps ini pernah tiga kali memenangi gelar pribadi bergengsi yakni Pemain Terbaik di benua Afrika. Ia memenanginya pada tahun 1989 saat ia masih bermain untuk Monaco. Ia kemudian mengulanginya pada tahun 1994 kala ia bersinar bersama PSG.
Pada tahun 1995 penyerang Liberia ini kembali meraih penghargaan tersebut bersama AC Milan sekaligus meraih gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA. Pemain yang dalam karirnya mencetak 22 gol untuk negaranya ini menjadi pemain kedua yang pernah meraih gelar Pemain Terbaik Afrika sebanyak tiga kali setelah legenda Ghana Abedi “Pele” Ayew, sebelum akhirnya pencapaian ini berhasil disamai oleh mesin tank Pantai Gading Yaya Toure dan juga Samuel Eto’o yang meraih gelar ini sebanyak empat kali.
Prestasi George Weah ini diyakini menjadi salah satu (atau mungkin satu-satunya) hal yang bisa dibanggakan dari sebuah negeri yang beribu kota di Monrovia itu setidaknya dalam 100 tahun terakhir.