Sekitar dua bulan terakhir, isu mengenai proses akuisisi dari salah satu klub Liga Primer Inggris, Newcastle United, terus berkelindan.
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, lewat konsorsium Saudi Arabia’s Public Investment Fund bersama dengan Amanda Staveley dan Reuben bersaudara disebut-sebut sebagai pihak yang siap mengambilalih The Magpies dari tangan Mike Ashley.
Konon, konsorsium Arab Saudi tersebut sudah menyiapkan dana tak kurang dari 300 juta Paun guna menjadi pengasuh baru klub yang berdiri pada 9 Desember 1892 itu.
Angka tersebut besarnya dua kali lipat harga yang mesti Ashley bayarkan guna mencaplok seluruh saham Newcastle pada tahun 2007 silam.
Mengingat rekam jejak Ashley yang kurang baik di mata pendukung fanatik Newcastle, kabar ini jelas memunculkan angin segar.
Layaknya proses akuisisi tim sepakbola pada umumnya, ekspektasi fans adalah menyaksikan klub kesayangannya dapat melaju ke arah yang lebih baik bersama pemilik baru.
Akan tetapi, berbeda dengan proses akuisisi sejumlah kesebelasan asal Inggris seperti Chelsea, Manchester City, dan Wolverhampton Wanderers yang tak mendapat rintangan lebih, rencana akuisisi Newcastle menemui batu sandungan dari berbagai sisi.
Hingga tulisan ini dibuat, setidaknya muncul resistensi dari sejumlah kubu. Misalnya saja kanal olahraga, Bein Sports, sebagai salah satu pemegang hak siar Liga Primer Inggris, dan Hatice Cengiz, mantan tunangan dari jurnalis kenamaan Arab Saudi, Jamal Khashoogi, yang tewas medio 2018 silam.
Pihak Bein Sports, lewat petingginya, menolak keras masuknya investor Arab Saudi ke Newcastle karena menganggap sang tetangga di kawasan Timur Tengah itu sebagai pihak yang membiarkan penyebaran siaran pertandingan sepakbola ilegal, termasuk Liga Primer Inggris, di negaranya.
Hal tersebut bikin Bein Sports mengalami kerugian dalam jumlah masif sebab Liga Primer Inggris adalah kompetisi dengan nilai hak siar selangit.
Penolakan Bein Sports yang berasal dari Qatar ini juga memunculkan anggapan bahwa mereka tak mau ada investor Arab Saudi lain di kasta tertinggi sepakbola Inggris (setelah Abdullah bin Musa’ad bin Abdulaziz Al Saud di Sheffield United) akibat konflik kedua negara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Qatar dan Arab Saudi punya perseteruan panjang di bidang ekonomi dan politik. Padahal dahulu kedua negara merupakan sekutu erat.
Sementara Cengiz meminta agar otoritas sepakbola Inggris menggagalkan upaya akuisisi The Magpies oleh pihak Arab Saudi lantaran Pangeran Mohammed disebut-sebut sebagai dalang atas wafatnya Khashoogi di kantor konsulat Arab Saudi yang berada di Turki.
Sepak terjang sang jurnalis yang getol mengkritik kebijakan pemerintah Negeri Minyak disinyalir bikin sang putera mahkota gerah dan mengirim titah kepada orang kepercayaannya buat melenyapkan Khashoogi.
Di luar dua sentimen di atas, Daily Mail juga melaporkan bahwa ada sepuluh klub Liga Primer Inggris yang enggan melihat rezim Arab Saudi masuk ke tubuh Newcastle. Sayangnya, tidak disebutkan secara rinci klub mana saja yang menolak.
Walau rumor menyebutkan langkah akuisisi Newcastle oleh Pangeran Mohammed sudah masuk ke otoritas sepakbola Inggris, tapi semuanya masih tersendat pada proses uji kelayakan pemilik klub dan direksinya yang dilakukan oleh pihak otoritas. Hingga saat ini, belum ada informasi terbaru mengenai hasil uji kelayakan tersebut.
Uji kelayakan ini sendiri dibuat guna mengetahui informasi detail terkait calon pemilik klub yang baru.
Mulai dari latar belakangnya hingga perencanaan finansial yang disusun untuk beberapa musim ke depan dari kesebelasan yang akan diambilalih.
Tujuannya agar tidak ada klub yang jatuh ke tangan orang yang salah sehingga eksistensi klub tetap terjaga serta jauh dari masalah.
Uniknya, manakala takeover oleh konsorsium Arab Saudi belum menemukan titik terang lantaran sejumlah intrik politik, lahir satu isu baru yakni ada investor lain yang siap mengambilalih Newcastle dari tangan Ashley.
Dilansir Daily Mail, investor tersebut berasal dari Amerika Serikat yaitu Henry Mauriss. Pria yang satu ini merupakan bos dari Clear TV Media, dan Credit America Corporation. Selain menggemari bisbol, Mauriss kabarnya juga seorang penggemar sepakbola dan mendukung salah satu rival Newcastle di Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur.
Belum jelasnya proses akuisisi ini memaksa pendukung setia Newcastle untuk bersabar terlebih dahulu alih-alih bereuforia.
Mimpi menyaksikan pemain-pemain bintang, entah itu Gareth Bale, Edinson Cavani, Philippe Coutinho atau James Rodriguez mengenakan baju putih-hitam khas The Magpies dan merumput di Stadion St. James’ Park kudu diredam sampai ada keputusan mutlak terkait proses akuisisi.
Apa yang terjadi pada Newcastle saat ini tak berbeda jauh dengan kabar-kabar serupa yang muncul beberapa tahun terakhir.
Lucunya, tak ada satu pun yang menjadi kenyataan sehingga kepemilikan Newcastle tetap dipegang oleh Ashley yang dari hari ke hari semakin dibenci para suporter karena status The Magpies di bawah komandonya tetap medioker dan tak memamerkan perubahan berarti.
Jika dibandingkan dengan akuisisi klub-klub sepakbola yang sudah terjadi di Italia, Prancis maupun Spanyol (seperti yang dialami oleh AC Milan, Inter Milan, Paris Saint-Germain, Real Valladolid, dan Valencia), proses akuisisi Newcastle oleh konsorsium Arab Saudi memang amat berbelit-belit. Apesnya, semua berkaitan dengan unsur di luar sepakbola.
Wajar bila pendukung The Magpies tak henti-henti bertanya, akankah proses akuisisi ini terwujud? Atau mereka harus menerima nasib lantaran terulangnya kisah-kisah akuisisi yang gagal dan terpaksa bersabar sekali lagi dengan melihat Ashley sebagai pemilik klub?