Der Raumdeuter atau Sang Penerjemah Ruang. Ya, itulah julukan yang disematkan kepada pemain andalan Bayern Munchen dan tim nasional Jerman saat ini, Thomas Muller. Pria kelahiran 13 September 1989 ini biasanya bermain diposisi second striker alias berada tepat di belakang penyerang murni.
Di klub, ia acap dimainkan tepat di belakang Robert Lewandowski. Sementara di level timnas, Muller sering dimainkan di belakang Miroslav Klose (tatkala Klose masih aktif). Namun, ia juga bisa diletakan sebagai winger kanan, gelandang serang maupun penyerang tengah. Maka tak heran jika pemain berpostur 186 sentimeter tersebut dianggap sebagai figur serba bisa.
Selain hebat dalam urusan mencetak gol, Muller juga piawai memanjakan rekan setim lewat umpan-umpan terukurnya. Rekan-rekan Muller di Bayern maupun di timnas sadar betul akan hal ini.
Bukti sahih tersaji pada musim 2019/2020, bersama Die Bayern, pria berperawakan ceking ini sudah mengukir 20 asis hingga pekan ke-31 Bundesliga. Catatan itu melambungkannya sebagai satu-satunya pemain di lima liga top Eropa yang berhasil membuat dua digit asis sejauh ini. Muller hanya perlu dua butir asis lagi buat melampaui rekor milik Kevin De Bruyne pada musim 2014/2015 silam.
Bareng Lewandowski yang sudah menciptakan 30 gol, Muller membentuk tandem yang sangat mengerikan bagi lini pertahanan lawan. Kolaborasi mantap keduanya bahkan mendekatkan Bayern kepada gelar Bundesliga ke-30 sepanjang sejarah klub.
Kejeniusan produk asli akademi Bayern yang satu ini dalam menyuplai bola ke Lewandowski (atau kepada rekan setimnya yang lain) dapat dilihat dari apa yang pernah ia tuturkan dalam sebuah wawancara.
“Ketika saya memberi umpan ke Lewandowski, saya kemudian berhenti dan hanya ingin melihat aksi-aksinya. Saya percaya, setiap umpan matang yang saya kirimkan untuknya pasti berbuah gol,” terangnya.
Bak sebuah keajaiban, apa yang dipamerkan pemain yang identik dengan nomor punggung 13 ini sering bikin mereka yang rajin mengulik statistik geleng-geleng kepala. Dengan perawakan yang kurang atletis sebagai pesepakbola, Muller berhasil mengubah pandangan bahwa fisik yang kokoh jadi syarat utama karier cemerlang dari mereka yang lintang pukang di atas rumput hijau. Kenyataan ini pula yang membuat eks pelatih Bayern, Pep Guardiola, melayangkan pujian kepada Muller.
“Muller menghilangkan bola lebih banyak dari sepuluh pemain Bayern lain dalam dua setengah musim terakhir. Giringannya tidak terlalu bagus dan ia juga bukan pelari tercepat dalam tim. Sundulannya tidak bertenaga dan caranya menembak pun harus diperbaiki. Ia suka menekan lawan, tapi sering melakukannya dengan kepala menatap rekan setimnya. Namun di luar itu semua, Muller adalah pesepakbola yang sangat bertalenta.”
Mengacu pada statistik yang dihimpun dari Transfermarkt, Muller yang mengenakan seragam Bayern selama sebelas musim, telah menciptakan 196 gol dan 191 asis dari 527 laga di seluruh kompetisi. Rapor ini mengantarnya duduk di posisi ketujuh sebagai penggawa Bayern dengan jumlah penampilan terbanyak. Torehan gol itu pun menempatkannya di peringkat keempat pemain tersubur dari klub yang berdiri tahun 1900 itu.
Berbekal catatan tersebut, pantas rasanya buat mendapuk Muller sebagai calon legenda Die Bayern guna bersanding dengan nama-nama lain semisal Franz Beckenbauer, Oliver Kahn, Sepp Maier, Gerd Muller, sampai Karl-Heinz Rummenigge.
Muller juga bisa dikatakan sebagai pemain terbaik Jerman dengan prestasi yang ia raih bersama Bayern. Total, Muller menyumbang 20 trofi, mulai dari gelar Bundesliga, Piala Jerman, Piala Super Jerman, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Kehebatan itu disempurnakannya dengan raihan Piala Dunia 2014 bareng Die Mannschaft.
Lebih jauh, Muller juga enam kali masuk ke dalam nominasi Ballon d’Or (2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016), sebuah penghargaan individu bagi pesepakbola dunia yang digagas majalah Prancis, France Football. Sayangnya, ia belum pernah memenangkan gelar itu sekalipun karena selalu kalah dari dua megabintang sepakbola dunia era modern, Lionel Messi, dan Cristiano Ronaldo.
Namun seperti yang telah saya paparkan di artikel ini, ia adalah pesepakbola dengan kemampuan luar biasa dan prestasi amat gemilang. Di balik hal-hal tak meyakinkan yang terlihat darinya, Muller menyimpan sihir ajaib yang dapat membelalakkan mata para penonton.
Ya, sosok kelahiran Weilheim tersebut takkan dikenang gara-gara aksi individual yang mengagumkan seperti Messi atau Ronaldo, tapi saat tim yang ia perkuat tengah mendapat peluang emas untuk mencetak gol, Muller akan memaksimalkannya dengan sangat prima. Entah lewat gol-gol dari kepala maupun kakinya atau justru umpan-umpan terukurnya bagi rekan setim. Para penggawa Bayern maupun timnas Jerman, pasti bersyukur memiliki Muller.