Tatkala Juventus tampil baik, pemain yang acap beroleh sorotan adalah Federico Chiesa, Paulo Dybala atau sang megabintang, Cristiano Ronaldo. Jarang sekali pemain semisal Arthur Melo atau Juan Cuadrado mendapat apresiasi lebih.
Walau tak mengenakkan, tetapi permainan sepakbola yang ditentukan oleh aksi ofensif dan gol bikin mereka yang identik dengan hal tersebut lebih sering dihadiahi pujian.
Arthur yang berposisi sebagai gelandang bertahan atau Cuadrado yang seorang bek kanan, terkesan kurang aduhai untuk dilambungkan namanya.
Kendati begitu, utamanya sosok yang disebut belakangan, mempunyai peran krusial terhadap langkah I Bianconeri yang diasuh Andrea Pirlo sejauh ini.
Cuadrado memang bukan figur dengan skill brilian laiknya Dybala atau Ronaldo. Bukan juga pemain dengan karisma sementereng Gianluigi Buffon.
Akan tetapi, bagi saya, lelaki Kolombia ini merupakan simbol dari daya juang dan kerja keras Juventus di atas lapangan.
Bangkit dari Masa Sulit
Lahir di Necocli pada 26 Mei 1988, masa kecil Cuadrado bukanlah momen yang diimpikan siapapun.
Di usia empat tahun, ia harus kehilangan sang ayah, Guillermo, akibat tembakan yang dilepaskan geng bersenjata. Sang ibu, Marcela, lantas membesarkan putranya sendirian.
Meski punya ketertarikan pada sepakbola, sang ibu awalnya kurang setuju bila anaknya menekuni dunia olah bola. Beliau lebih menginginkan putranya bersekolah secara serius agar kelak hidup mapan.
Namun seiring berjalannya waktu, Cuadrado mampu menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan bagus dalam mengolah si kulit bundar. Perlahan, hati ibunya pun luruh dan mengizinkan Cuadrado untuk menekuni dunia balbalan.
Menimba ilmu di Atletico Uraba, Cuadrado lalu mendapat kesempatan bergabung ke Independiente Medellin. Bareng klub yang disebut terakhir ini pula, ia mencicipi debut profesional pada 2008 silam.
Mengembara ke Eropa
Membela Independiente dalam tempo singkat, tawaran bermain di Eropa didapat Cuadrado medio 2009. Klub Serie A, Udinese, merupakan pihak yang meminati jasanya.
Bersama tim yang berkandang di Stadion Dacia Arena itu juga, namanya mulai dikenal penggila sepakbola. Terlebih ia sempat tampil memukau selama masa peminjaman di Lecce.
Perjalanan kariernya lalu berlanjut di Fiorentina yang merekrut Cuadrado dengan banderol 18 juta Euro (terdiri dari sejumlah klausul).
Di Stadion Artemio Franchi, Cuadrado kian bersinar. Keserbabisaannya mengisi sejumlah pos berbeda membuat ia sering jadi pilihan utama.
Aksi memukau di kota Florence akhirnya mendorong Chelsea untuk memboyongnya. Tak tanggung-tanggung, fulus sebesar 35 juta Euro jadi mahar pemain setinggi 176 sentimeter ini.
Merumput di Inggris rupanya jadi bencana untuk pemilik 94 penampilan bersama tim nasional Kolombia ini. Bukannya jadi andalan, dirinya malah jadi pesakitan.
Manajemen The Blues kemudian meminjamkannya ke Juventus selama dua musim, 2015/2016 dan 2016/2017. Kembali ke Negeri Spaghetti ternyata melambungkan Cuadrado.
Pelatih tim saat itu, Max Allegri, mempercayainya sebagai gacoan nomor satu di sayap kanan. Performa yang ditunjukkan Cuadrado pun tak mengecewakan.
Berkat impresi positif tersebut, Cuadrado dipermanenkan pada musim panas 2017. Selama berseragam I Bianconeri, Cuadrado memang meyakinkan. Ia bak menjalani periode reinkarnasi di Turin setelah terhunus di London.
La Vespa, julukan lelaki yang punya kontrak hingga musim panas 2022 di Stadion Allianz itu, memamerkan aksi gemilang yang bikin namanya justru susah digeser dari pos bek kanan. Padahal, tempat tersebut bukan posisi naturalnya dalam bermain.
Sejujurnya, tak ada pihak yang meragukan kualitas Cuadrado dalam menyerang dan melepaskan umpan silang. Namun tak sedikit pihak yang menyangsikan (termasuk saya) kemampuannya dalam bertahan.
Meski pada musim-musim sebelumnya Cuadrado sudah tampil sebagai bek kanan, tetap saja rasa was-was tak bisa enyah begitu saja dari dalam dada.
Namun hal itu tak membuatnya diragukan oleh para pelatih, termasuk Pirlo saat ini. La Vespa tetap menjadi opsi utama menyisir sisi kanan.
Secara keseluruhan, mengacu pada data WhoScored, Cuadrado sudah tampil di 22 pertandingan musim ini dalam semua kompetisi yang diikuti Juventus serta menyumbang 10 asis!
Dua asis yang ia berikan untuk Weston McKennie dan Leonardo Bonucci dalam partai Derbi Della Mole melawan Torino serta satu asis kepada McKennie saat bersua Barcelona di Liga Champions jadi gambaran riil kualitas pemain bernomor punggung 16 ini.
Bersama Juventus, La Vespa bak terlahir kembali dengan spesifikasi yang makin komplet.